Share

Delapan Puluh Lima

Anisa kecewa, ia benar-benar marah akan apa yang telah diperbuat oleh Abas. Terlebih lagi Kinar yang membuatnya muak. Dirinya segera bangkit, keluar dari kamar dan melangkah cepat dengan napas yang memburu.

Apa yang membuat hatinya ragu terbukti. Selain yang terdengar dan terlihat oleh mata kepalanya sendiri.

Anisa mengetuk pintu kamar sang mertua dengan keras. Tak memedulikan bila punggung tangannya telah memerah.

"Ada apa Anisa?" tanya Amira.

"Apakah bukti yang Mama maksud bila Abas tak seperti apa yang aku pikirkan?" tanya Anisa sembari menunjukkan ponselnya itu.

Amira terdiam. Ia bungkam, entah harus bagaimana cara menjelaskannya foto tersebut membuat dirinya sulit untuk mengelak.

"Sabar dulu, Nis," ujar Amira.

"Apa kata Mama aku harus sabar? Kurang sabar bagaimana aku ini Ma?" tanya Anisa.

Hati wanita yang pernah kecewa dan kini dikecewakan lagi harus bersabar?

"Takkan ada ampun untuk seorang pengkhianat," ujar Anisa.

"Anisa, mama mohon tenangkan dulu dirimu, ya, Nak,"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sartika Gultom
penulis nya kurang mantap, malah penjahat yang dibuat menang dan malah Anisa sama sekali masa ngak dengar pembicaraan Wisnu dan kinar, bahkan mereka berdua kan kompak sama" musuh, seharusnya berfikir dong Anisa sama Abas kalau mereka ingin menghancurkan hubungan abas sama Anisa, ini malah berpisah
goodnovel comment avatar
Pepi Arastya
Anisa yg emosi tgg dan tdk berpikiran jernih. Sementara Abas kenapa tdk cari bukti-bukti sich. Sedikit aneh nich ...
goodnovel comment avatar
Winarsih_wina
jadi sombong dan lupa diri Anisa dan Abas kok jadi bodoh thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status