Share

Sembilan Puluh Empat

Zani memijat pelipisnya. Pikirannya tengah melanglang buana. Memikirkan sang putri yang sejak tadi muntah-muntah.

Wajah Kinar pun terlihat begitu pucat, ia khawatir anaknya telah melewati batas dan ini hasilnya. Dirinya takut jika putrinya itu hamil. Apa kata orang nanti? Namanya bisa tercemar seketika.

"Kinar ada yang kamu sembunyikan dari mama?" tanya Zani.

Anaknya bungkam seribu basa. Tatapannya begitu kosong. Firasatnya seorang ibu tidak pernah salah. Ia tahu ada yang terjadi dengan Kinar hingga dia menjadi seperti itu.

"Katakan jangan bilang kau hamil!" seru Zani. Ia sudah tak sabar lagi menghadapi putrinya yang bagai segumpal daging hidup itu.

"Tidak, aku hanya sedang tak enak badan saja. Sepertinya maagku kambuh," ujar Kinar.

Zani menggeleng tak percaya dengan jawaban putrinya. Ia harus membuktikan terlebih dahulu.

"Ayo kita ke dokter," ujar Zani.

Kalimat tersebut telah berkali-kali terucap dan Kinar selalu menolaknya mentah-mentah. Namun, kali ini sang ibu bertindak, i
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status