Share

3. RUMAH BARU VALERIE

Perjalanan yang ditempuh selama empat jam membuat Valerie kecil tertidur. Selama perjalanan, Ana juga tidak berbicara dengan Valerie. 

Valerie kecil sampai di rumah barunya pada pukul empat sore. Rumah itu sangat mewah, tapi terlihat sangat suram. Seperti tidak ada kebahagiaan didalamnya.

"Apa kita sudah sampai, Ibu?" tanya Valerie.

Ana tidak menjawab pertanyaan Valerie dan berjalan lurus menuju pintu rumah. Valerie kecil mengikutinya dari belakang dan membawa barang-barangnya. 

Pintu rumah yang besar terbuka. Valerie melihat ke sekeliling rumah itu. Langit-langitnya sangat tinggi, jauh dari lantai. Ruangan yang sangat banyak, sofa yang besar, kamar mandi lebih dari tiga, ruang tamu yang seperti aula, dan ruang makan yang cukup untuk semua teman-temannya di panti asuhan.

"Anak-anak, Ibu pulang!" ujar Ana. 

Dua anak turun dari lantai dua. Satu anak laki-laki yang lebih tua dari Valerie dan satu anak perempuan yang sepertinya lebih muda dari Valerie. 

Valerie tersenyum melihat mereka berdua. Ia berpikir mungkin mereka adalah saudara angkatnya. 

"Ini Valerie, anak yang ibu angkat dari panti asuhan. Valerie, mereka adalah anakku, Hugo dan Ariel," ujar Ana.

Valerie melihat ke arah Hugo dan Ariel, lalu tersenyum senang. Mereka adalah saudara barunya. 

"Hugo adalah kakakmu dan Ariel adalah adikmu. Lalu, Rocelyn yang akan mengajakmu keliling rumah ini." lanjut Ana. 

Datang seorang wanita yang terlihat seperti berumur empat puluh tahun-an dari belakang. Wanita itu adalah Rocelyn, asisten rumah tangga di rumah baru Valerie kecil. 

"Aku dan anak-anakku akan pergi sekarang. Jadi, berkelilinglah di rumah ini bersama Rocelyn." ujar Ana sambil berlalu.

Valerie yang saat itu masih kecil belum mengerti jika ia dibedakan dari saudara angkatnya yang merupakan anak kandung Ana. Hugo dan Ariel juga mengabaikan dan tidak bersikap ramah kepada Valerie. Namun, Valerie kecil berpikir mungkin saja mereka masih malu untuk berbicara kepadanya. 

"Mari kita melihat lantai satu terlebih dahulu," ujar Rocelyn. 

Valerie tersenyum melihat senyum hangat dari Rocelyn dan suaranya yang sangat lembut. Valerie mengikuti Rocelyn dari belakang. 

Rocelyn mengajak Valerie mulai dari ruang tamu yang berwarna emas dan berisi tiga sofa besar dengan meja di tengahnya, lampu gantung berwarna emas, beberapa lemari kecil yang mewah dan tentu saja berwarna emas, serta beberapa hiasan yang terlihat mahal. 

Valerie berjalan mengikuti Rocelyn dan melihat-lihat beberapa ruang tidur yang tidak terpakai. 

"Untuk apa ruang-ruang ini, Rocelyn? Mengapa mereka dibiarkan kosong?" tanya Valerie. 

"Karena biasanya ruangan itu ditempati oleh para tamu," 

"Lalu, dimana kamar ibu dan saudara-saudaraku?"

"Kamar mereka berada diatas, begitu juga dengan kamarmu, Valerie."

"Bagaimana denganmu, Rocelyn?"

"Aku hanya asisten rumah tangga disini, jadi ruanganku ada di belakang rumah."

Valerie hanya bisa mengangguk mendengar jawaban Rocelyn, karena jika di panti asuhan, baik anak-anak, pengurus, dan pelayan di panti berada dalam satu rumah yang sama. Berbeda sekali dengan di rumah ini. Atau memang semua orang di kota seperti ini? 

"Nah, ini adalah ruang makan. Kau akan makan bersama keluargamu di sini setiap jam makan," ujar Rocelyn. 

"Wah! Besar sekali meja ini, Rocelyn! Berapa banyak orang yang makan disini?" tanya Valerie dengan penuh semangat.

"Hanya kau dan keluargamu, Valerie." jawab Rocelyn. 

Valerie bisa membayangkan betapa banyak makanan yang bisa disajikan di meja makan itu. Betapa senangnya jika ia bisa mengajak teman-temannya ke rumah barunya.

"Lalu, tempat ini adalah dapur. Tapi kau tidak perlu kesini, Valerie. Tempat ini hanya untuk para pelayan yang menyiapkan makan," jelas Rocelyn. 

"Mengapa aku tidak boleh kesini?" tanya Valerie. 

"Karena kau adalah anak dari keluarga ini. Bagian belakang rumah ini adalah tempat yang tidak seharusnya kau datangi. Mari kita ke lantai atas untuk melihat kamarmu." jawab Rocelyn dengan jelas. 

Rocelyn segera membawa Valerie yang masih penasaran itu ke lantai atas, tempat yang lebih mewah daripada lantai bawah. 

Ada empat kamar yang sangat besar sekali, satu ruangan yang sepertinya ruang keluarga dengan pemanas ruangan yang berada ditengahnya, televisi di atasnya, dan beberapa hiasan. Ada sebuah perpustakaan sederhana,  lalu ada empat kamar mandi mewah yang sangat besar, benar-benar kamar mandi orang kaya. 

"Ini kamarmu, Valerie." ujar Rocelyn. 

Valerie melihat kamarnya yang besar tapi tampak lebih sederhana dari kamar ibu dan saudara-saudaranya. Walaupun begitu, kamar ini sudah lebih dari cukup baginya.

"Apa aku boleh menghias kamar ini?" tanya Valerie. 

Rocelyn tersenyum dan berkata, "Tentu saja Valerie, ini adalah kamarmu,"

"Wah, terima kasih Rocelyn!" 

"Tak perlu berterima kasih, Valerie. Kau bisa memanggilku jika membutuhkan bantuan saat menghias kamarmu. Kalau begitu, selamat beristirahat. Kau pasti lelah setelah perjalanan panjang." 

"Aku sudah tertidur selama perjalanan, Rocelyn. Tapi aku akan beristirahat lagi seperti perkataanmu!" ujar Valerie. 

Rocelyn hanya menjawab dengan senyuman dan pergi kamar Valerie. Sedangkan, Valerie kecil sedang menikmati beristirahat di kasurnya yang besar dan empuk itu. 

***

Valerie kecil terbangun ketika kamarnya sudah menjadi gelap. Ia terbangun sekitar pukul delapan malam. Sepertinya perjalanan dari panti asuhan ke rumah barunya itu bener-benar melelahkan untuk anak yang berumur sepuluh tahun tersebut. 

Valerie segera mengganti pakaiannya dan keluar dari kamar untuk turun ke bawah. Ia mencari ibu dan saudara-saudaranya yang tak kunjung pulang dari sore tadi. Valerie berjalan menuju dapur untuk menemukan Rocelyn. 

"Dimana ibu dan saudara-saudaraku, Rocelyn?" tanya Valerie. 

"Mereka tidak akan pulang hari ini, besok pun juga belum tentu," jawab Rocelyn. 

"Memangnya, kemana mereka pergi?"

"Mendatangi pesta mungkin, atau menginap di kota lain." 

Valerie saat itu hanya bisa menunggu keluarga barunya itu pulang. Padahal, hari ini adalah hari pertamanya berada di rumah ini. Ia juga belum sempat bercakap-cakap dengan keluarga barunya itu. 

"Aku akan mengantarmu ke ruang makan," ujar Rocelyn.

Valerie menggeleng, "Tak perlu, Rocelyn. Tolong antarkan saja makan malamku ke kamar. Aku tak bisa makan sendirian di sana tanpa keluargaku." 

Rocelyn menuruti perkataan Valerie dan menyuruh pelayan membawakan makan malam ke kamar Valerie. 

Malam ini, Valerie harus menyantap makan malamnya seorang diri. Biasanya, ia akan menyantap makan malam bersama teman-temannya dengan penuh canda tawa. 

***

Matahari sudah menampakkan dirinya, namun batang hidung keluarga barunya itu tak nampak sedikit pun. Valerie pergi mengelilingi lantai bawah, namun tak kunjung menemukan Rocelyn. 

"Apa aku harus mencari ke belakang rumah?" tanya Valerie pada dirinya sendiri. 

Valerie terpaksa harus pergi ke belakang rumah walaupun sudah dilarang oleh Rocelyn. Ia terkejut melihat sebuah rumah kecil yang tampak tak layak huni namun dihuni oleh beberapa orang. Di belakang rumah pula tempat gudang, cucian, dan tempat membakar sampah berada. 

Valerie melihat sekeliling untuk menemukan Rocelyn. Lalu, ia menemukan Rocelyn yang sedang mencuci pakaian dengan bersemangat.

"Rocelyn!" panggil Valerie.

Rocelyn terkejut melihat Valerie mendatangi tempat itu. Ia tak ingin Valerie melihat tempat yang lusuh dan penuh penderitaan bagi para pelayan. 

"Mengapa kau kesini?" tanya Rocelyn. 

"Aku mencarimu. Aku ingin menanyakan tentang keluargaku, mengapa mereka belum pulang, Rocelyn?"

Rocelyn menghembuskan napas, "Mereka sepertinya tidak akan pulang dalam waktu dekat. Ayo, aku akan mengantarkanmu ke perpustakaan, kau bisa membaca buku di sana untuk menghabiskan waktumu." 

Valerie mengikuti Rocelyn yang pergi dari tempat tersebut dengan tergesa-gesa dan meninggalkan pakaian yang harus dicucinya. 

"Habiskanlah waktumu di sini jika kau bosan, panggil aku jika kau lapar. Jangan pernah pergi ke belakang lagi. Cukup teriakkan namaku jika kau mencariku. Aku pergi dulu, Valerie." ujar Rocelyn. 

Valerie masuk ke dalam perpustakaan  tersebut dan melihat-lihat buku apa yang akan di bacanya. Dahulu, tidak ada perpustakaan seperti ini di panti asuhan. 

Saat berkeliling mencari buku, matanya tertuju pada sebuah buku yang menceritakan tentang kota ini. 

"Mari kita lihat buku ini!" gumam Valerie. 

Buku itu berjudul "Family Tree of Noble", buku yang menceritakan tentang keluarga kerajaan dan bangsawan di kota ini. Setelah sedikit mendengar dari para pelayan, Valerie mengetahui urutan kasta di kota ini. Yang tertinggi adalah keluarga kerajaan, lalu keluarga bangsawan, keluarga pengusaha atau keluarga kaya, rakyat biasa, dan rakyat miskin. 

Roland, keluarganya merupakan salah satu dari keluarga kaya. Ia merasa beruntung karena di adopsi oleh keluarga tersebut. 

"Raja Claude X, Pangeran Ashin, lalu Putri Alicia..." gumam Valerie. 

Ia membaca nama-nama dari keluarga kerajaan dan bangsawan. Nama-nama mereka terdengar sangat mewah namun asing sekali. 

"Ternyata kota yang kutinggali sekarang di bawah kekuasaan keluarga Duke Flad," gumam Valerie sekali lagi. 

Ia melihat silsilah keluarga Duke Flad dan mengetahui yang memimpin sekarang adalah Duke Robin Flad yang mempunyai tiga anak, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan yaitu Allan Flad, Asher Flad, dan Aciane Flad. 

Valerie terkejut saat mengetahui bahwa Sam Roland yang merupakan suami Ana yang sudah meninggal merupakan sahabat dekat Duke Robin Flad. Wajar saja jika Ana masih hidup kaya raya walaupun suaminya kini sudah tiada. Ternyata selama ini keluarga Roland mendapat beberapa bantuan dari keluarga Duke Flad. Ia juga menyadari jika usia anak-anak duke sama seperti usia dirinya dan juga kedua saudaranya. 

Buku tersebut juga berisi beberapa keluarga duke dari kota lain seperti keluarga Duke Shier, Duke Helme, dan.. 

"Duke Houston? Mengapa sama seperti namaku?" gumsm Valerie.

Namun, Valerie mengabaikan pikiran aneh apapun. Karena wajar saja jika mempunyai marga yang sama. Mungkin saja ia merupakan keluarga jauh duke Houston seperti Elijah yang merupakan keluarga jauh Viscount Moran. 

"Ah, ternyata melelahkan sekali membaca buku setebal ini." keluh Valerie. 

Ia menutup buku tebal itu dan menyusunnya kembali di rak buku. Lalu, Valerie keluar dari perpustakaan menuju ruang makan, tersadar ia belum makan sejak bangun pagi tadi. 

"Sudah selesai? Aku baru saja akan memanggilmu," ujar Rocelyn. 

"Aku lelah, Rocelyn. Apa menu makanan pagi ini?" tanya Valerie.

"Segelas susu hangat dan sepotong irisan kue keju. Lalu, kau juga bisa memakan beberapa kue yang sudah disajikan. Baiklah, selamat makan." jawab Rocelyn.

"Terima kasih, Rocelyn." ujar Valerie.

Rocelyn melangkahkan kakinya ketika sudah menyiapkan semua makanan untuk Valerie. Namun, baru saja akan keluar, Valerie kembali memanggil dirinya. 

"Rocelyn! Tunggu sebentar!" teriak Valerie.

"Ada apa?" tanya Rocelyn. 

"Bolehkah aku bermain keluar ketika selesai sarapan?" 

"Tentu saja. Tapi aku akan menyuruh salah satu pelayan untuk menemanimu,"

"Kau yang terbaik, Rocelyn!"

Rocelyn tersenyum, "Baiklah, aku pergi dulu."

Valerie segera menyantap sarapannya yang lezat itu dengan cepat. Ia tak sabar untuk menjelajahi sekitaran rumahnya,  lantaran kemarin ia terlalu lelah untuk keluar rumah.

***

"Baiklah, Valerie. Anak ini yang akan menemanimu keluar rumah, namanya Josie. Kalian harus pulang sebelum makan siang." ujar Rocelyn.

Valerie hanya mengacungkan jempol dan berlarian ke luar rumah diikuti oleh Josie. Ia pergi ke arah taman yang sangat indah. Sepertinya itu adalah taman untuk semua orang disekitaran perumahan ini.

"Ayo duduk disini, Josie!" ajak Valerie sambil duduk di ayunan. 

"Mana mungkin saya berani duduk di sebelah anda, Nona." ujar Josie. 

"Ayolah, Josie. Aku ingin bermain bermain bersamamu," 

"Kalau begitu, saya akan mendorong ayunan anda, Nona."

"Baiklah. Dorong yang kuat, Josie! Ini menyenangkan!" 

Valerie tertawa bahagia selama memainkan ayunan tersebut. Ia juga berkeliling taman untuk bermain mainan lain. Karena sangat bahagia, ia sampai berlarian dan menabrak seseorang. 

"Aduh! Ma-maafkan aku!" ujar Valerie.

"Ah, tidak apa-apa." jawab anak tersebut. 

"Sini aku bantu," ujar Valerie sambil menarin tangan anak tersebut. 

"Terima kasih. Oh iya, kau siapa? Apa kau baru pindah kesini?" tanya anak tersebut.

"Namaku Valerie, Valerie Roland. Aku anak angkat dari keluarga Roland." jawab Valerie. 

"Anak angkat? Baiklah. Namaku Harley Graffin dan yang sedang bermain ayunan disana adalah adik kembarku, Hailey Graffin. Hey, Hailey! Cepat kesini!" ujar anak yang bernama Harley tersebut. 

"Ada apa, Harley? O-oh? Kau siapa?" tanya Hailey, adik kembar Harley. 

"Aku Valerie, Valerie Roland." ujar Valerie mengenalkan diri sekali lagi. 

"Baiklah, Valerie. Senang bertemu denganmu," ucap Hailey. 

Valerie tersenyum senang karena mendapatkan teman, "Senang bertemu denganmu, Hailey dan juga Harley."

"Baiklah, maafkan kami Valerie karena tidak bisa mengobrol lebih lama denganmu karena sudah waktunya makan siang. Ayo cepat, Harley! Ibu akan memarahi kita!" ujar Hailey sambil berlari. 

"Sampai jumpa, Valerie! Seringlah datang ke taman jika ingin bermain dengan kami!" ucap Harley sambil melambaikan tangan dan berlari menyusul Hailey 

Valerie melambaikan tangan ke arah mereka. Ia sudah bertekad akan sering datang ke taman mulai besok. Ia juga mengajak Josie pulang karena memang sudah waktunya makan siang. 

"Ayo Josie, kita juga pulang." ajak Valerie. 

"Baik, Nona." 

***

Valerie pulang ke rumah dengan semangat. Ia tak sabar menceritakan bahwa ia mendapatkan teman kepada Rocelyn. 

"Menu makan siang hari ini adalah steik daging dan juga kentang rebus, Valerie. Selamat makan." ujar Rocelyn. 

"Terima kasih, Rocelyn! Tapi sebelum itu, aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu! Aku mendapatkan teman!" ujar Valerie menggebu-gebu. 

"Oh ya? Siapa mereka?" tanya Rocelyn.

"Mereka menyebut nama mereka adalah Harley Graffin dan Hailey Graffin. Mereka kembar!" 

"Bagus sekali, Valerie. Aku juga mengenal mereka. Mereka adalah anak-anak yang baik. Aku senang sekali jika kau berteman dengan mereka." 

"Ya, kau benar! Mereka sangat baik!"

"Baiklah, sekarang habiskan dulu makananmu, lalu kau bisa tidur siang jika mau atau membaca buku di perpustakaan."

"Baiklah, Rocelyn!" 

Valerie menyantap makan siangnya dengan semangat. Rasa makanan yang dimakannya sekarang benar-benar terasa enak. Mungkin karena ia baru saja mendapatkan teman. 

Setelah menghabiskan makanan, Valerie pergi ke lantai atas untuk mengambil beberapa buku cerita dan membawanya ke kamar. Ia akan menghabiskan waktunya untuk membaca buku dan tidur siang jika lelah. 

Belum selesai membaca buku, Valerie sudah terlelap karena terlalu lelah setelah bermain di taman tadi. Ia sampai memimpikan bermain bersama teman-temannya. Ia terlalu bahagia sampai masuk ke dalam mimpi. 

Mungkin seperti inilah Valerie akan menghabiskan sisa waktunya sambil menunggu keluarga barunya itu pulang. Ia juga tak sabar untuk menceritakan kepada keluarganya bahwa ia mendapatkan teman baru. 

Valerie berharap jika ia membuka mata nanti, ibu dan kedua saudaranya sudah berada di rumah dan bisa makan malam bersama dirinya. Pasti sangat menyenangkan makan malam bersama di meja makan yang besar dengan penuh canda tawa dan obrolan ringan yang membuatnya bahagia. 

Ia juga berharap kedua saudaranya akan berbicara dengan santai terhadap dirinya seperti kebanyakan saudara lainnya di luar sana. Dari sejak dulu, Valerie selalu membayangkan bagaimana rasanya mempunyai keluarga seperti yang selalu dibacanya di buku cerita. Semoga saja semuanya berjalan sesuai keinginannya. 

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status