Share

6. APA SALAHKU?

"Bangun, Nona. Nyonya Ana, Tuan Hugo, dan Nona Ariel sudah pulang." ujar Josie membangunkan Valerie.

Valerie menahan rasa kantuknya dan memaksakan diri untuk duduk. Ia sudah menunggu kehadiran keluarganya. Rasa tidak sabar membuat Valerie berlarian ke lantai bawah mengenakan pakaian tidur. 

"Ibu?" Valerie berkeliling lantai bawah untuk mencari Ana, ibunya. 

Matanya sibuk melihat kesana kemari, tetapi tidak membuahkan hasil. Ia tak melihat batang hidung ibunya. 

"Ibu tidak ada di rumah." suara itu adalah suara Ariel, adik angkat Valerie. 

Ariel masih berusia sembilan tahun, setahun lebih muda dari Valerie. Ia memiliki rambut berwarna merah terang dan mata yang juga berwarna merah. Tidak lebih tinggi daripada Valerie, tetapi terlihat jauh lebih sehat dari Valerie. 

"Kapan kalian pulang, Ariel? Di mana Ibu dan Kakak?" tanya Valerie antusias. 

Ariel memutar bola matanya, "Tak usah kau pikirkan. Kau urus saja dirimu sendiri, jangan sampai merepotkan keluargaku." 

Ariel segera pergi dari hadapan Valerie setelah berkata seperti itu. Ia langsung menutup pintu kamarnya rapat-rapat dan mengabaikan Valerie. Semua keperluannya disiapkan oleh pelayan pribadinya, sehingga ia tak keluar lagi dari kamarnya. 

Valerie terpaku di tempat ia mengobrol bersama Ariel tadi. Merasa bingung karena Ariel yang bersikap ketus padanya. Ia bahkan baru saja mengobrol dengan Ariel untuk pertama kalinya. Apa yang sudah membuat Ariel tidak suka kepadanya? 

"Apa salahku, Josie?" tanya Valerie hampir menangis. 

Josie mengelus pundak Valerie dan mengajaknya untuk sarapan di kamar saja. Tidak ada satu orang pun di ruang makan yang besar itu, lebih baik sarapan di kamar. 

"Semua orang di rumah ini memang jarang makan bersama, Nona. Saya bahkan sudah lupa kapan terakhir kali menyiapkan makan untuk mereka," Josie menyiapkan makanan untuk Valerie dan menuangkan susu madu hangat di gelas yang memiliki ukiran bunga. 

"Nyonya besar hampir pergi setiap hari, sedangkan Tuan Hugo akan bermain di tempat keluarga lain dalam waktu yang lama, dan Nona Ariel tidak pernah keluar dari kamarnya." lanjut Josie. 

Valerie mengernyitkan dahi. Ia tak menyangka jika keluarga barunya yang ia impikan selama ini sangat berbeda jauh dari ekspektasi. Valerie kecil yang selalu mengidamkan keluarga kecil yang hangat, penuh canda tawa dan kasih sayang, seketika menjadi muram. 

"Kemana Ibu pergi, Josie?" tanya Valerie. 

Josie menggeleng, "Saya juga tidak tahu pasti, Nona. Tetapi, biasanya Nyonya pergi mendatangi pesta, atau mungkin pergi menginap di suatu tempat."

"Mengapa Ibu tak bisa diam di rumah saja?" mata Valerie berkaca-kaca. 

Josie memotong salah satu bagian dari kue madu dan menaruhnya di piring berwarna merah muda dan bermotif ikan.

"Saya tak tahu, Nona. Nyonya sudah seperti itu sejak saya datang ke sini untuk pertama kalinya," 

"Apa Ibu tak pernah mengajak Kakak dan Ariel?"

Josie menghela napas, "Selalu, Nona. Tetapi, Tuan muda dan Nona Ariel sering sekali menolak. Mereka lebih memilih untuk menjalani kegiatan mereka masing-masing, Nona."

"T-tapi.."

"Ini makanan anda, Nona. Silakan sarapan. Saya tidak bisa lagi menjawab pertanyaan anda. Anda bisa bertanya lebih banyak kepada Rocelyn. Permisi, Nona." Josie menghindari pertanyaan dari Valerie dan bergegas pergi dari kamar Valerie. 

Josie meninggalkan Valerie yang terdiam memandangi sarapan paginya. Valerie sudah tak tahu harus berkata apa lagi. 

Valerie segera mengubur dalam-dalam semua yang dipikirkannya dan menghabiskan sarapannya dalam waktu singkat. Ia berencana untuk pergi ke taman jika Rocelyn mengizinkan. 

"Sekarang mari bersiap dan turun ke lantai bawah." gumam Valerie sambil bersiap untuk mandi dan segera pergi ke taman. 

***

"Hei, Valerie! Hari ini kau datang cepat sekali!" Harley datang mendekati Valerie yang sedang duduk di seluncuran dengan gaun berwarna kuning dan rambut yang dikepang. Hari ini Valerie pergi sendirian ke taman karena Josie sedang banyak pekerjaan di rumah. 

"Ya! Kau datang cepat hari ini. Bukankah keluargamu sudah pulang? Mengapa kau bermain di taman saat keluargamu pulang?" tanya Hailey, adik kembar Harley. 

Valerie memeluk Hailey, "Mereka sudah pulang semalam saat aku sudah terlelap. Ibu pergi lagi tadi pagi, Kakak tak tahu di mana, dan Ariel...."

"Mengabaikanmu?" sela Harley.

Valerie membelalak. Ia tak percaya bagaimana bisa Harley menebak dengan benar. 

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Valerie.

"Semua anak sudah mengenalnya, Valerie. Adikmu itu selalu saja mengabaikan anak-anak dari keluarga yang setara dengannya dan berusaha membaur dengan anak-anak dari keluarga bangsawan," jawab Hailey. 

"Cih! Padahal dia bukan bagian dari bangsawan!" oceh Harley dengan kesal. 

Valerie tampak sedih mendengar pendapat kedua temannya mengenai adik angkatnya itu. Seburuk itukah citra Ariel di mata anak-anak dari keluarga kaya? 

"Ah! T-tapi maafkan aku, Valerie. Aku tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan adikmu," ujar Harley sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

"Tidak apa-apa, Harley. Aku juga belum terlalu mengenal Ariel. Mungkin saja ia tak seperti yang kalian bicarakan," Valerie berusaha berpikiran yang baik tentang Ariel. 

"Ah, sudahlah! Mari kita bermain saja!" ajak Hailey mencairkan suasana. 

Valerie bermain seharian bersama Harley dan Hailey hingga lupa untuk pulang pada saat jam makan siang. Tetapi, tak ada satupun pelayan yang mencari Valerie karena pelayan di rumah sedang sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing dikarenakan adanya Ariel di rumah. 

"Ah! Aku tak menyangka jika kita bermain selama ini!" ujar Valerie terkejut ketika melihat langit sudah mulai berwarna jingga dan matahari sudah mulai menenggelamkan dirinya. 

Harley memegang perutnya, "Pantas saja aku merasa sangat lapar!" 

"Hahaha! Kau kan selalu merasa lapar, Harley! Dasar Si Rakus!" ejek Hailey. 

Wajah Harley memerah tanda kesal dan malu. Kesal karena Hailey yang mengejeknya dan juga malu karena fakta itu diketahui oleh Valerie.

"Tak apa, Harley. Aku juga sangat suka makan! Aku harap kita bisa makan bersama-sama nanti!" hibur Valerie. 

"Benar juga! Kami akan mengundangmu untuk minum teh di rumah kami, Valerie. Kau akan datang, kan?" tanya Hailey. 

"Dengan senang hati! Aku akan bertanya terlebih dahulu kepada Ibu dan Rocelyn." jawab Valerie. 

"Kami akan mengirimkan surat undangan untukmu! Um, kalau bisa kau sendirian saja yang datang, tak usah mengajak adikmu." Hailey berkata dengan wajah yang tak enak, takut Valerie merasa sedih. 

"Kita undang pun Ariel tak akan datang, Hailey. Kecuali jika kita berasal dari keluarga bangsawan yang diimpikannya itu." sela Harley. 

Valerie hanya bisa tersenyum kecil, "Baiklah, aku akan membalas surat kalian! Kalau begitu, sampai jumpa!" 

"Sampai jumpa, Valerie!"

***

Valerie sampai di rumah ketika sudah dekat waktu makan malam. Ia melihat beberapa pelayan sedang sibuk berjalan kesana kemari menyiapkan makanan. Sepertinya makanan tersebut milik Ariel. 

"Hai, Rocelyn! Apa aku bisa meminta makan malamku sekarang?" tanya Valerie kepada Rocelyn yang sedang memasak. 

"Bersihkanlah badanmu dan aku akan menyuruh pelayan untuk mengantarkan makan malammu di kamar, sekaligus makan siangmu. Aku tahu kau bermain dari pagi hingga menjelang malam." ujar Rocelyn.

"Baiklah, Rocelyn!"

Valerie segera pergi ke lantai atas untuk membersihkan badannya dan membawa beberapa buku dari perpustakaan untuk dibaca sebelum tidur nanti. 

Tak lama, seorang pelayan masuk mengantarkan makan malam yang berisi kentang dan daging, lalu makan siang yang tadi dilewatinya dengan menu sup jamur. 

Valerie segera menghabiskan makanannya karena perutnya sudah berbunyi saking laparnya. Wajar saja karena ia melewatkan jam makan siangnya. Setelah itu, Valerie menghabiskan waktunya dengan membaca buku dan belajar sebelum akhirnya memasuki mimpi indahnya. 

Seperti inilah Valerie melewati hari-harinya. Ibu yang tak peduli dengan anak-anaknya, seorang kakak yang jarang pulang ke rumah, dan seorang adik yang bahkan tak ingin melihat wajah Valerie. Lalu, bermain bersama teman dekatnya, Hailey dan Harley hingga menjelang malam dan pulang ke rumah untuk makan, belajar, dan tidur. 

Semua masih sama setiap harinya, tak ada masalah bagi Valerie. Ia sudah terbiasa dengan semua hal ini. 

Sebelum kejadian buruk itu terjadi. 

*** 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status