Share

Samuel Rorimpandey

Seorang resepsionis di sebuah hotel bintang lima tampak gugup saat Samuel menanyai keberadaan Bianca, kekasihnya, di salah satu kamar. Wajah gadis berbalut cardigan biru itu pucat pasi. Beberapa orang pengunjung yang mengantri check in hanya bisa menyaksikan interaksi keduanya dengan tegang.

"Saya cuma mau tahu apa ada nama Bianca Downey di hotel ini, ngerti?" tekan Samuel. Dadanya sudah bergemuruh menahan amarah sejak beberapa saat lalu saat dia mendapat kabar dari orang kepercayaannya, bahwa Bianca check in di hotel yang sedang didatanginya ini, dengan seorang pria yang cukup populer dalam industri perfileman tanah air.

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa memberitahu ke pihak luar privasi tamu kami. Saya hanya menjalankan prosedur hotel, Pak," timpal si resepsionis dengan suara bergetar.

"Denger, ya ... Irene," ucap Samuel sembari membaca name tag di dada si resepsionis. "Kamu tahu ...." Belum sempat Samuel melanjutkan kata-kata, pandangan matanya menangkap dua sosok pria dan wanita yang baru saja keluar dari lift.

Si pria berusia sekitar lima puluhan dan berbadan tambun. Sementara si wanita adalah Bianca, kekasihnya. Darah Samuel seketika mendidih melihat keduanya. Lalu tanpa babibu, Samuel dengan kedua telapak tangan mengepal menghampiri Bianca dan si pria.

"Sam," ucap Bianca, wanita cantik berkulit putih dengan penampilan fisik setegah bule itu tampak sangat terkejut melihat sosok Samuel dengan mata menyala merah berdiri menghadang langkahnya.

"Jalang!" maki Samuel dengan rahang mengeras.

"A-aku bisa jelaskan," ucap Bianca terbata.

"Brengsek!" Kali ini pandangan Samuel tertuju pada si pria tambun. Tanpa menunggu lama, dilayangkannya sebuah bogem mentah ke arah wajah pria itu.

Bianca menjerit, pria itu mengaduh, dan suasana lobi hotel yang tadinya lengang kini berubah riuh. Beberapa pengunjung juga ikut menjerit melihat aksi brutal Samuel menganiaya pria itu. Beberapa yang lain malah mengambil kesempatan untuk mengabadikan kejadian itu di ponsel mereka. Tentunya mereka tidak mau melewatkan periwtiwa langka seorang rockstar ternama menghajar teman kencan pacarnya, yang ternyata juga adalah orang penting di dalam industri hiburan tanah air. Mereka bisa menjual berita ini ke media dengan harga mahal.

Dua orang security berusaha menahan Samuel yang mengamuk dan membuat pria tambun itu babak belur. Sementara Bianca menangis sambil menolong teman kencannya berdiri.

"Brengsek kamu, Bi! Murahan! Jalang!" maki Samuel di sela-sela apitan dua security.

"Maafin aku, Sam ... sebenarnya aku mau bilang hal ini ke kamu sejak beberapa minggu lalu, tapi aku belum ketemu waktu yang tepat."

"Urusan kita belum selesai, Bi!" tunjuk Samuel sebelum kedua security membawanya ke luar lobby. Terdengar si pria babak belur berteriak mengancam Samuel untuk melaporkannya ke polisi.

"Anjing!" maki Samuel seraya menendang roda mobilnya yang terparkir di luar hotel.

"Maaf, Pak ... sebaiknya bapak segera meninggalkan tempat ini," ujar salah seorang security. Samuel mendesis, lalu masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya kencang.

Hanya satu yang hendak dilakukan Samuel malam ini, kembali ke apartemennya dan minum-minum untuk melupakan sakit hatinya. Bianca adalah wanita yang dipacarinya setahun terakhir. Dia adalah wanita yang telah membuat hidup Samuel berubah menjadi lebih teratur, dan juga membuatnya mampu berkomitmen untuk menjalani hubungan yang serius.

Sebelum bertemu Bianca; seorang modela yang bercita-cita menjadi aktris, Samuel hinggap di pelukan wanita satu dan lainnya tanpa ada ikatan apa pun. Dengan Bianca, Samuel merasa bahwa she is the one. Namun, apa yanb terjadi malam ini menghancurkan semua harapannya untuk hidup dengan normal dan setia pada satu wanita.

Namun, kesialan malam itu belum berakhir. Saat Samuel tengah berkutat dengan alkohol dan meratapi nasib di apartemennya, dia dijemput paksa oleh beberapa petugas polisi dan di bawa ke kantor. Tentu saja itu atas laporan si pria tambun teman kencan Bianca yang tidak terima dirinya dianiaya.

Malam itu pun Samuel mendekam di sel tahanan, sampai Agustian-manager band Stonedhell-datang untuk mengeluarkannya dari penjara, tentu saja dengan jaminan yang besar.

"Kamu ini gimana, Sam. Bisa-bisanya kamun bikin keributan di hotel. Kamu tahu kan siapa orang yang kamu aniaya itu? Ronald Sinaga, Sam. Kamu tahu kan siapa dia?" omel Agustian, pria berusia empat puluhan yang telah menjadi manager Stonedhell sejak awal karir band cadas itu di industri musik tanah air saat mengantar Samuel kembali ke apartemennya.

Samuel tak menyahut ucapan Agustian. Dia hanya mendesis sebal dan memalingkan wajahnya ke luar jendela mobil. Hal itu membuat sang manager bertambah kesal. "Kamu tahu nggak, video kamu menganiaya Ronald sudah tersebar di media. Parah banget, Sam, parah banget. Kenapa kamu nggak bisa hati-hati sih? Ini buruk untuk reputasi Stonedhell!"

"Kamu kalau jadi aku juga akan melakukan hal yang sama, Gus," sahut Samuel asal.

"Aku ngerti kamu sakit hati. Tapi setidaknya kamu pikir-pikir dulu sebelum bertindak bodoh. Kamu harus ingat kamu ini siapa. Semua tindakan kamu disorot oleh media."

"Aku nggak peduli, Gus. Kalau perlu aku bunuh juga pria brengsek itu!"

"Heh!" bentak Agustian. "Jangan macam-macam kamu, Sam." Dia memperingatkan.

Agustian mengantar Samuel hingga masuk ke apartemennya. Samuel berniat melanjutkan acara minum-minumnya yang tertunda karena ulah polisi, tapi segera dicegah oleh sang manager.

"Mending kamu tidur untuk menjernihkan pikiran," ujar Agustian.

"Kamu pikir aku bisa tidur saat tahu pacarku selingkuh dengan pria lain?" hardik Samuel kesal bukan main.

Agustian menggeleng. "Ingat besok ada audisi pemain additional dan kamu harus datang."

"Persetan lah!" Samuel menyambar botol minumannya yang masih tergeletak di meja bar. Namun Agustian segera saja merebutnya.

"Jangan bertindak seenaknya, Sam. Stonedhell bukan hanya kamu. Bersikaplah profesional."

"Astaga! Kamu cerewet banget ya, kaya emak-emak!"

"Terserah kamu mau ngomong apa, Sam. Yang jelas, aku nggak mau kamu besok nggak nongol di studio untuk seleksi pemain additional. Besok, jam sepuluh pagi." Setelah mengucapkan hal itu, Agutian meninggalkan apartemen Samuel.

Samuel menghempaskan badan ke atas sofa. Botol minuman sudah ada di tangannya. Dia tidak peduli peringatan dari sang manager untuk tidak melanjutkan acara minum-minumnya. Hatinya benar-benar kacau dan dia butuh penghiburan.

Malam semakin larut dan Samuel tenggelam dalam kehangatan alkohol yang justru membuatnya semakin mengingat apa yang telah diperbuat oleh Bianca. Disambarnya ponsel di atas meja dan mencari nomer telepon kekasihnya itu, atau lebih tepatnya, calon mantan kekasih.

Lama teleponnya tidak mendapat respon dari seberang, membuat Samuel menunggu dengan kesal. Dalam benaknya, Bianca pasti sedang bersama si Ronald tambun itu. Dadanya bergemuruh menahan geram jika memikirkan hal itu. Namun dia harus bicara dengan Bianca dan wanita itu harus menjelaskan semua padanya.

"Bi, kita harus bicara. Sekarang!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status