Share

Bab 6 MMISP

"A-apa? Me-makanku?" Shelia begitu kaget mendengar Sherkan akan memakannya. Tubuhnya langsung gemetar ketakutan.

Apa pria ini seorang kanibal? Begitu kira-kira yang Shelia pikirkan. Gadis polos itu tidak mengerti apa maksud 'memakan mu' yang diucapkan Sherkan. Shelia sedikit menggeser kursi yang ia duduki. Tapi dengan cepat Sherkan kembali menarik kursi Shelia mendekat padanya.

"Tu-tuan, daging saya tidak enak. Anda pasti tidak akan suka." Lirih Shelia dengan suara pelan.

"Tidak masalah." Sherkan mengangkat sudut bibirnya melihat Shelia yang terlihat ketakutan.

"Ta...."

"Tapi saya akan tetap suka." Potong Sherkan cepat, Sherkan tertawa melihat wajah pias Shelia, itu terlihat sangat lucu dimata Sherkan.

Jake serta beberapa pelayan yang melihat Sherkan tertawa, merasa terkejut, pasalnya setelah kejadian memilukan beberapa tahun yang lalu, tuan-nya itu tidak pernah tertawa bahkan tersenyum sekalipun.

Dulu Sherkan adalah pria yang hangat juga baik hati. Berbeda dengan Sherkan yang sekarang, begitu dingin juga kejam. Sherkan bahkan tak tersentuh sedikit pun. Tatapan matanya yang tajam serta raut wajahnya yang dingin, membuat siapa saja takut ketika melihatnya.

Tapi kali ini tuan-nya itu terlihat berbeda, tuan Sherkan tertawa. Bahkan tawanya sangat lepas.

Jake serta beberapa pelayan juga pengawal tersenyum melihat tawa sang tuan, mereka merasa bahagia, akhirnya mereka mendengar lagi tawa dari tuan mereka.

"Kenapa tuan tertawa? Aku sedang merasa takut! Tidak sedang melawak! Memang ada yang lucu?" Wajah bingung Shelia membuat Sherkan tidak bisa menahan tawanya.

Sherkan kembali tertawa melihat wajah bingung serta polos Shelia.

"Kau memang gadis bodoh!" Cibir Sherkan pada Shelia.

Wajah Shelia menekuk, bibirnya terlihat mengerucut. Shelia terlihat sebal mendengar Sherkan mengatai dia bodoh! Shelia tidak bodoh. Dulu saat sekolah dia selalu juara kelas dari SD sampai SMA. Hanya saja dia terlahir dari keluarga yang tidak mampu, jadi dia tidak bisa meneruskan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus SMA Shelia bekerja di kebun sayur milik paman serta bibirnya. Dan ini adalah pengalaman pertamanya pergi jauh dari kampung halaman, tapi hidupnya begitu sial, hingga dia terlempar kedalam rumah monster ini.

"Apa kau ingin aku merobek bibirmu itu? Jangan pernah kau tunjukan ekspresi wajah seperti itu pada pria lain! Apa kau mengerti?"

Shelia mengangguk cepat dengan memegang bibirnya yang terlihat maju beberapa centi, dia menekan tangannya pada bibirnya, agar bibir itu kembali kebentuk semula.

"Sudah tuan." Ucap Shelia.

"Apanya yang sudah?" Kini Sherkan yang terlihat bingung menatap Shelia.

"Bibir saya sudah kembali kebentuk semula, tuan. lihat ini." Shelia menunjuk bibirnya yang sudah tidak maju lagi.

Sherkan berdecak, "Dasar bodoh!"

"Aku tidak bodoh! Dasar pria aneh!" Gumam Shelia sangat pelan, dia takut Sherkan mendengar ucapannya.

Tapi telinga Sherkan yang tajam, mampu mendengar gumaman Shelia. Bukannya marah karena Shelia mengatainya aneh, tapi Sherkan malah mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman samar.

Setelah drama yang cukup panjang, akhirnya kedua orang itu memulai sarapan pagi mereka, dengan Shelia yang melayani Sherkan.

"Aku sudah selesai." Sherkan memundurkan kursinya lalu berdiri, sebelum berjalan meninggalkan meja makan, Sherkan kembali berkata, "Habiskan semua makanan yang ada dimeja. Jangan sampai ada yang tersisa, atau aku akan merobek perut mu, lalu mengeluarkan isinya!" Ancam Sherkan, pria itu memutar tubuhnya lalu berjalan meninggalkan Shelia yang terlihat sangat terkejut. Lagi-lagi bibir Sherkan tersenyum, kali ini pria itu tersenyum lebar.

Setelah mengatakan ancaman yang sangat menakutkan bagi Shelia, pria kejam itu pergi meninggalkan Shelia begitu saja.

Shelia menelan saliva-nya susah payah. Dia menatap punggung Sherkan yang menghilang di balik pintu, lalu matanya kembali menatap banyaknya hidangan yang ada diatas meja. Shelia kembali menelan saliva-nya.

Apa dia bisa menghabiskan semua makanan ini? Apa perutnya yang kecil bisa menampung semua makanan ini?

"Aaagggrrr... Dasar pria menyebalkan! Kejam! Jahat! Aku benci monster itu!" Teriak Shelia tanpa sadar.

"Ehem... Nona, anda tidak boleh berkata seperti itu pada tuan." Tegur bibi Jane, membuat Shelia menyadari kesalahannya. Shelia menjadi salah tingkah, dia melirik bibi Jane yang berdiri disamping duduknya.

"Bibi Jane. Apa bibi akan mengadukan apa yang baru saja aku katakan pada tuan Sherkan?" Shelia menjadi takut sendiri, dia takut apa yang baru saja keluar dari mulutnya dilaporkan pada tuan Sherkan.

'Matilah aku. Jika bibi Jane mengadu pada tuan Sherkan,' Kata Shelia salam hati.

"Tanpa saya beritahu, pun. Tuan akan tahu dengan sendirinya, nona. Karena apa yang ada dirumah ini tidak pernah lepas dari pantauan tuan Sherkan."

Ucapan bibi Jane membuat Shelia menjadi lemas. Dia sangat takut jika tuan Sherkan tahu apa yang baru saja dia katakan tentang dirinya. Shelia Bahkan mengumpati pria itu.

'Matilah aku!' Wajah Shelia berubah pucat pasi.

Sedangkan di dalam mobil, Sherkan malah tertawa melihat wajah ketakutan Shelia.

"Jake. Kelinci kecil ku sangat lucu sekali." Sherkan kembali tertawa saat melihat Shelia tertunduk lemas.

*

*

Waktu bergulir begitu cepat. Dari waktu matahari bersinar terik, hingga tenggelam berganti bulan yang bersinar terang.

Sherkan berjalan menuju kamarnya dilantai atas, hari ini begitu melelahkan untuknya, dia ingin segera berendam air hangat dalam bathtub dengan sabun aromaterapi kesukaannya.

Setelah lift terbuka, Sherkan segera berjalan menuju kamar dan saat pintu kamar ia terbuka. Sorot matanya berubah dingin serta tajam.

"Apa yang kau lakukan disini!" Suaranya terdengar datar juga dingin.

Mata tajamnya menatap dingin gadis cantik yang sedang duduk disofa yang ada di kamarnya.

Gadis itu berdiri dari duduknya, dia berjalan mendekati Sherkan yang masih berdiri diambang pintu.

"Siapa yang mengizinkan mu masuk kedalam kamar ku!" Ucapnya dingin.

"Kak, aku sangat merindukan mu. Apa kau tidak rindu pada ku?" Gadis cantik itu menatap wajah Sherkan dengan tersenyum manis.

"Keluar!" Satu kata itu membuat gadis itu menekuk wajahnya kesal.

"Kak! Aku datang jauh-jauh untuk bertemu dengan mu. Aku rindu dengan mu, apa kakak tidak merindukanku?" Tangan gadis itu memegang tangan Sherkan lalu menggenggam-nya.

Sherkan menarik tangannya dengan paksa, hingga gadis itu ikut terdorong kedepan.

"Aku tidak suka mengulangi perkataan ku! Jika kau masih ingin bebas datang ke rumah ini. Bersikaplah dengan baik. Atau aku akan melarang mu datang kesini!"

Sherkan menarik tangan gadis itu lalu menyeretnya keluar dari kamar. Sherkan mendorong gadis itu hingga ia terjerembab ke lantai. Sherkan masuk kedalam kamar dengan membanting pintu dengan keras.

Gadis itu tidak merasa kaget atau terkejut karena dia sudah terbiasa dengan perlakuan Sherkan padanya. Dia segera berdiri, dan menatap pintu kamar Sherkan yang sudah tertutup.

"Jika kau tidak kaya, mana mungkin aku mau merendahkan diriku demi pria buruk rupa seperti mu! Lihatlah wajah mu yang menjijikan itu! Seharusnya kau bersyukur karena aku mau menjadi istri mu, selain diriku mana ada yang mau dengan pria buruk rupa seperti mu!" Gumamnya dengan suara pelan.

"Siapa yang kau bilang pria buruk rupa?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status