Share

Bab 5

Brukk

Tubuh ramping itu terhempas ke lantai. Shelia meringis merasakan sakit pada punggung serta sikunya.

Mata Shelia mengerjap saat dia melihat wajah Sherkan sudah berada tepat didepan wajahnya. Posisi mereka saat ini, Shelia berbaring dilantai sedangkan Sherkan membungkuk tepat didepan wajah Shelia.

"Bangun. Dasar pemalas!" Cibir Sherkan.

Pria itu kembali menegakkan tubuhnya, dia menatap Shelia yang masih bergeming diatas lantai. Tadi ia sengaja menarik kaki Shelia hingga gadis itu terjatuh ke lantai.

Mata Shelia mengerjap berulang kali, otaknya yang kecil berusaha mengumpulkan ingatannya. Setelah ingatan itu terkumpul, Shelia dengan cepat bangun dari berbaring-nya.

Gadis cantik itu langsung berdiri dengan sedikit menahan ngilu pada punggung serta siku, akibat terjatuh barusan.

"Apa yang bisa saya bantu, tuan?"

"Kau siapkan air hangat serta baju ganti untukku!" Perintah Sherkan, dia menatap Shelia dari atas sampai bawah, hingga matanya tertuju pada buah yang terlihat menyembul dari balik baju tipis yang dikenakan gadis itu.

"Cepat lah! Kau lelet sekali!" Bentak Sherkan membuat Shelia gelagapan dan langsung berlari menuju kamar mandi.

"S*hit" Umpatnya, saat dia merasakan tubuhnya memanas saat matanya menatap buah milik Shelia.

Semalam dia juga sengaja menyuruh Shelia untuk tidur di sofa, jujur saja dia sempat tergoda dengan tubuh gadis cantik itu. Tak dipungkiri tubuh Shelia sangat menggoda. Padahal sebelum menuju kamar dia sempat meyakinkan dirinya tidak akan tergoda dengan gadis ingusan seperti Shelia. Namun ternyata dia salah, saat pertama kali masuk kedalam kamar dan melihat Shelia hanya menggunakan baju tipis, tubuhnya langsung bereaksi.

"Tuan, airnya sudah siap." Kata Shelia setelah ia keluar dari kamar mandi, kakinya segera melangkah menuju walk in closet untuk mengambil baju ganti untuk Sherkan.

"Hem. Kau kemarilah," Langkah kaki Shelia terhenti, gadis berhidung mancung itu memutar tubuhnya dan berjalan menghampiri Sherkan.

"Ya, tuan." Jawab Shelia dengan menunduk.

"Angkat kepala mu! Apa kau jijik melihat wajah saya!" Sentak Sherkan, wajahnya terlihat geram dengan Shelia yang selalu saja menunduk saat berbicara dengannya. Dia tidak suka itu.

"Ma-af tuan." Shelia mengangkat wajahnya untuk menatap wajah seram Sherkan. Dia bukanya jijik hanya takut pada pria arogan ini.

"Kemarilah." Sherkan berjalan menuju kamar mandi, di ikuti Shelia yang berjalan dibelakangnya.

"Layani saya mandi," Kata Sherkan membuat mata Shelia membola.

'melayani dia mandi? Itu artinya aku memandikan-nya?' Kata shelia dalam hati.

Sherkan menarik tangan Shelia hingga gadis itu terjingkat kaget, "Apa kau tuli? Apa kau ingin kehilangan telingamu!"

Shelia menggeleng, "Tidak tuan, saya akan melayani anda mandi."

"Bagus! Lepas baju saya."

Dengan tubuh gemetar Shelia melepas satu persatu baju Sherkan, ingin memejamkan mata tapi dia takut singa yang berdiri didepannya ini akan mengamuk lagi. Jadi mau tak mau Shelia harus melihat pemandangan yang membuat pipinya memanas hingga memerah seperti kepiting rebus.

Setelah semua baju yang ada pada tubuhnya terlepas, Sherkan berjalan dan masuk kedalam bathtub. Dia tidak perduli dengan Shelia yang sudah gemetar juga malu.

Shelia dengan telaten memandikan bayi besar itu, dari mencuci rambut pria itu, menggosok punggung serta seluruh tubuh Sherkan tanpa terkecuali. Bisa dibayangkan betapa gugup serta malunya Shelia,namun dia bisa apa? Mau membantah pun tak berani.

Setelah selesai dengan ritual mandi, Shelia kini memakaikan Sherkan baju kerjanya.

"Sudah tuan." Ucap Shelia setelah setelan jas itu sudah melekat sempurna ditubuh atletis Sherkan.

"Mulai sekarang ini lah tugasmu. Melayani saya, karena kau adalah budak disini! Apa kau mengerti? Kau budak disini!" Sherkan menekan setiap kata yang dia ucapkan, membuat Shelia mengangguk mengerti.

Setelah Sherkan keluar kamar dan pintu itu tertutup rapat, tangis Shelia pecah. Tangis yang sudah ia tahan sedari tadi.

"Aku ingin pulang!" Gumam Shelia disela-sela tangisnya.

*

*

Jake berjalan menghampiri tuannya, dia sudah mendapatkan informasi tentang Shelia juga Sheli.

"Tuan, saya sudah mendapatkan informasinya." Jake menyerahkan sebuah dokumen berisi semua informasi kedua gadis itu.

Sherkan menerima dokumen itu dan membacanya secara teliti. Bibirnya tersenyum miring setelah dia mengetahui gadis yang bernama Sheli tengah menipunya.

"Apa anda akan menjemput nona Sheli tuan?" Jake berkata dengan melihat reaksi apa yang akan tuannya ini berikan.

"Tidak! Biarkan saja dia bersenang-senang dulu, lagi pula saya suka dengan kelinci kecil itu." Kata Sherkan menatap Shelia yang baru saja keluar dari dalam lift.

Jake mengerti apa yang tuannya inginkan, dia pun hanya mengangguk, "Baik, tuan."

Jake menatap tuannya yang tersenyum miring ketika melihat Shelia berjalan semakin mendekat kearah mereka.

"Tuan," Sapa Shelia ketika ia sudah berdiri disamping Sherkan.

"Duduklah," Perintah Sherkan pada gadis yang terlihat manis dengan gaun selutut berwarna peach itu.

Shelia mengangguk lalu ia pun duduk disamping Sherkan, "Tuan, mau makan apa?" Tanya Shelia saat ia menatap beberapa menu sarapan yang tersaji di meja makan.

Shelia melihat banyak sekali makanan yang terlihat asing baginya. Shelia segera membuka piring yang ada dihadapan Sherkan , "Tuan mau sarapan apa?" Ulang Shelia lagi.

Tapi Sherkan hanya diam saja tidak menjawab ucapan dari Shelia. Dia masih sibuk dengan iPad yang ada ditangannya.

Melihat itu Shelia kembali urung untuk mengambilkan sarapan untuk suaminya, dia akan menunggu suaminya itu selesai dengan urusannya terlebih dulu.

'Banyak sekali makanan-nya, apa pria ini bisa menghabiskan semua ini?' Shelia melirik Sherkan dengan ekor matanya, sepertinya tidak mungkin pria ini bisa menghabiskan semua makanan yang ada dimeja makan ini.

Lima menit menunggu akhirnya Sherkan meletakkan ipad-nya dimeja, dia melihat Shelia yang menatap setiap menu yang ada dimeja makan. Lagi-lagi bibirnya tersenyum miring, "Apa kau tidak pernah melihat makanan seperti ini?" Kata Sherkan pada Shelia.

Gadis cantik itu menggeleng tanpa menoleh pada Sherkan karena sejak tadi matanya masih fokus melihat satu persatu hidangan yang ada diatas meja.

"Tentu saja kau tidak pernah melihat makanan mahal ini. Apa kau tau, makanan ini dimasak oleh chef profesional." Sherkan menyeringai ketika melihat wajah kesal Shelia. Tapi gadis itu berusaha menutupi wajah kesalnya dengan senyum, yang Sherkan tahu hanya senyum keterpaksaan.

"Ya, tuan memang saya tidak pernah melihat makanan mahal seperti ini." Shelia tersenyum menatap Sherkan, 'Aku juga tahu kau ingin menghinaku dengan kata-katamu itu, dasar monster!' Geram Shelia yang hanya bisa dia ucapkan dalam hati, mana berani dia mengatakan langsung didepan pria ini, bisa-bisa nyawanya melayang saat ini juga.

"Jadi, tuan ingin sarapan dengan makanan mahal yang mana?" Tanya Shelia dengan bibir tersenyum kaku.

Sherkan menarik kursi Shelia hingga kini jarak mereka sangat dekat. Sherkan mendekatkan wajahnya, dia menempelkan wajahnya yang rusak pada pipi Shelia lalu dia berbisik ditelinga Shelia, "Aku ingin memakan mu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status