Share

Bab 7

Gadis bernama Alicia Devendra mematung di tempatnya berdiri. Dengan sedikit gugup, dia memutar tubuhnya.

Mata hitamnya menatap gadis yang berdiri tepat di depannya dari atas sampai bawah. Dahinya mengernyit melihat gadis yang terlihat asing itu.

"Kau pelayan baru disini?" Tanya Alicia dengan nada meremehkan.

"Nona, bertanya pada ku?"

"Ck... kalau tidak pada mu, pada siapa lagi? Hanya ada kau dan aku disini!" Alicia melipat tangannya didada.

"Aku bukan pelayan nona." Jawab Shelia.

"Bukan pelayan?"

Shelia mengangguk, "Aku istri tuan Sherkan."

Jawaban dari Shelia membuat Alicia terdesak ludahnya sendiri, "Uhukk... Uhuk..."

"Nona. Nona baik-baik saja?

Alicia menghempas tangan Shelia yang menyentuh lengannya, "Jauhkan tangan kotor mu itu!" Sentak Alicia, matanya melotot menatap tajam pada Shelia.

'Apa salah ku? kenapa matanya melotot begitu!" Ucap Shelia dalam hati.

"Tadi kau bilang apa? Ulangi sekali lagi," Perintah Alicia. Mungkin saja tadi dia hanya salah mendengar, tidak mungkin gadis yang ada di depannya ini istri dari Sherkan.

"Yang mana?" Tanya Shelia bingung.

Alicia berdecak, "Yang kau bilang, kalau kau itu istri kak Sherkan." Ucap Alicia malas.

"Oh, itu. Aku memang istri tuan Sherkan. Baru semalam kita menikah." Jelas Shelia yang membuat Alicia kembali melebarkan matanya menatap Shelia.

"Jangan bohong!" Bentak Alicia, "Gadis kampung sepertimu mana mungkin istri, kak Sherkan!" Bentaknya lagi dengan menunjuk wajah Shelia dengan jarinya.

"Aku tidak bohong, nona. Aku memang istri tuan Sherkan. kalau kau tidak percaya, tanya saja sendiri pada tuan Sherkan."

"Aku akan memberimu pelajaran jika kau berbohong! Berani-beraninya pelayan sepertimu, bermimpi menjadi istri kak Sherkan!" Dengan wajah merah padam, Alicia kembali masuk ke dalam kamar Sherkan disusul oleh Shelia di belakangnya.

Alicia menghampiri Sherkan yang tengah duduk di sofa yang ada di dalam kamar.

"Kak. Berani-beraninya pelayan ini mengaku sebagai istrimu! Kau harus memberinya pelajaran!" Alicia menatap sinis pada Shelia.

Sedangkan Shelia hanya diam, hatinya juga sedikit was-was jika Sherkan tidak mengakuinya sebagai istri. Dia baru ingat perkataan Sherkan kemarin, jika dirinya hanya budak disini.

Mengingat itu Shelia semakin gugup. Bahkan keringat dingin sudah membasahi keningnya.

"Kak!" Panggil Alicia sekali lagi. Membuat Sherkan menghentikan kegiatannya sejenak, lalu menatap dua gadis yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

"Dia memang istriku!" Setelah mengatakan itu Sherkan kembali melihat iPad yang ada ditangannya.

"APA! DIA ISTRIMU! Aku tidak terima! Harusnya aku yang menjadi istrimu, kak! Bukan perempuan kampung ini!" Sungut Alicia tidak terima. Harusnya dia menjadi istri Sherkan bukan gadis kampung ini. Dia sudah menunggu Sherkan selama tujuh tahun, dia tidak mau berakhir sia-sia.

Shelia bernafas lega, karena Sherkan mau mengakuinya sebagai istri. Tadinya dia berpikir Sherkan tidak akan mengakuinya sebagai istri. Tapi ternyata dugaannya salah.

"Keluarlah!" Titah Sherkan.

"Baik, tuan." Jawab Shelia yang mengira Sherkan menyuruhnya keluar.

"Bukan kau! Alic, keluarlah. Jangan membuat ku mengeluarkan perintah untuk kedua kalinya!" Ucap Sherkan dingin.

Alicia menghentakkan kedua kakinya dengan kesal. Mau tak mau dia pun keluar dari kamar Sherkan. Nyalinya tidak sebesar itu, hingga dia berani membantah perintah yang Sherkan berikan.

"Kau kemarilah!" Shelia mengangguk, lalu berjalan menghampiri Sherkan yang duduk di sofa. Dengan sedikit gugup serta takut, Shelia berdiri di depan Sherkan.

"Duduk!" Shelia menurut. Gadis cantik itu pun duduk disamping Sherkan.

"Geser!" Shelia menggeser tubuhnya menjauh dari Sherkan setelah pria itu memintanya untuk bergeser.

"Bukan menjauh! Mendekat lah!" Sentak Sherkan saat melihat Shelia malah menjauh darinya.

'Makannya kalau ngomong yang bener! ngomong hanya, 'Geser!'. Mana aku tau, dia ingin aku bergeser menjauh atau mendekat! Dasar menyebalkan!' Kesal Shelia, dia hanya berani mengucapakan itu dalam hati.

Shelia pun bergeser mendekat kearah Sherkan.

"Lebih dekat!" Ucap Sherkan lagi.

Shelia pun kembali bergeser lebih dekat dengan Sherkan.

"Ck.. Apa kau tuli?! Aku bilang mendekat! Dasar bodoh!" Bentak Sherkan membuat Shelia menggeser tubuhnya hingga menempel pada tubuh Sherkan.

"Ck.. Apa kau ingin mencari kesempatan untuk selalu menempel pada ku?" Cibir Sherkan dengan senyum sinis.

'Kau yang menyuruhku mendekat! Dasar monster!' Kesal Shelia, tapi lagi-lagi dia hanya berani mengumpat Sherkan dalam hatinya.

"Tidak usah mencari kesempatan untuk menempel pada ku! Apa kau ingin merayu ku?"

Shelia memaksakan tersenyum saat Sherkan menatapnya, "Kok, tuan tau? Kalau saya ingin menempel pada tuan?" Ucap Shelia dengan tersenyum kaku.

"Cih... Dasar gadis murahan!" Cibir Sherkan.

'Astaga mulutnya! Apa aku boleh menampol mulutnya dengan sandal?' Geram Shelia dalam hati.

"Tuan. Saya kan istri anda. Jadi sah saja jika saya ingin menempel pada, anda." Kata Shelia dengan mengedipkan kedua matanya berulang kali.

"Apa mata mu ingin ku congkel?"

Shelia cemberut mendengar ucapan Sherkan yang akan mencongkel matanya, "Kau kejam sekali tuan. Saya istri anda, lho." Ucap Shelia sendu.

"Sana!" Sherkan mendorong tubuh Shelia, hingga gadis itu terjengkang ke samping, "Siapkan air hangat untuk ku mandi," Kata Sherkan.

Dengan wajah kesal, tapi tidak bisa ia tunjukkan. Shelia hanya bisa tersenyum dengan paksa. Dalam hati dia sudah mengumpat pria ini berulang kali. Ingin rasanya ia menenggelamkan pria ini ke dalam Palung Mariana.

Malam ini Shelia melayani Sherkan mandi. Saat ini Shelia tengah menggosok punggung tegap Sherkan.

Punggung tegap dengan kulit putih bersih, membuat Shelia menelan saliva berulang kali. Tangannya sedikit gemetar saat kulit tangannya menyentuh kulit punggung Sherkan.

Tubuhnya juga merasa panas dingin. Apalagi pipinya, yang pasti sudah memerah semerah buah tomat.

Setelah selesai dengan punggung, Shelia mencuci rambut Sherkan. Dia memberikan pijatan lembut pada kelapa suaminya.

Sherkan sangat menikmati pijatan Shelia pada kepalanya, dia memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan tangan istrinya itu.

"Sudah, tuan." Kata Shelia saat dia sudah membilas rambut Sherkan dengan air bersih.

Shelia bangkit dari duduknya, dia berjalan akan mengambil handuk untuk Sherkan. Saat ia akan menyerahkan handuk itu, kakinya tidak sengaja terpeleset dan..

Byurrr....

Tubuh Shelia terjatuh dalam bathtub dan menimpa tubuh polos Sherkan. Kedua tangannya berada diatas dada bidang Sherkan sedangkan bibirnya mendarat persis diatas bibir tebal suaminya.

Mata Shelia membola saat dia melihat bibirnya menempel pada bibir basah suaminya. Dengan perasaan gugup, juga jantung berdebar, mata coklatnya melihat kearah mata Sherkan.

Shelia langsung menjauhkan tubuhnya saat dia melihat tatapan mata Sherkan yang terlihat dingin dan menyeramkan.

"Ma-maaf, tuan. S-saya tidak sengaja." Shelia menunduk tidak berani menatap wajah Sherkan.

Dia sangat takut jika Sherkan marah padanya. Saat melihat mata Sherkan tadi membuat nyali Shelia menciut.

"Keluar!" Ucap Sherkan dingin, "Keluar, kataku! Apa kau tuli!" Bentak Sherkan saat melihat Shelia hanya bergeming tidak bergerak.

"B-baik, tuan!" Dengan perasaan yang gugup serta takut, dia segera beranjak keluar dari bathtub.

Shelia segera keluar dari dalam kamar mandi meninggalkan Sherkan sendiri. Dia kan membersihkan dirinya dikamar sebelah.

"S*hit! Dasar gadis bodoh!" Umpat Sherkan saat dia merasakan tubuh bagian bawahnya mengeras.

Sherkan mengeram kesal, saat merasakan gejolak yang sudah lama tidak ia rasakan.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status