Share

Bab 6 Hampir Tergoda

Penulis: Sigma Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 21:04:40

Tangan Debbie terulur mencoba menjauhkan kepala Eric dengan bibir, serta lidahnya yang bermain di telinganya. “Eric, kau tidak bisa melakukan hal ini padaku.”

Tangan Debbie yang terulur untuk mendorong Eric menjauh, justru membuat bagian dadanya menjadi terbuka. Dan hal itu tidak disia-siakan oleh Eric dengan memberikan ciuman dari leher, hingga bagian dada Debbie. Eric bahkan ikut masuk bathub tersebut dengan dirinya berada begitu rapat tubuh Debbie.

Suara lenguhan lolos dari bibir Debbie yang langsung di tutup oleh Eric dengan mulutnya. Walaupun dirinya berada dalam bathub dengan air yang sudah menjadi dingin.

“Shh! Apa yang kau mau?” bisik Eric dengan suara serak.

Meski begitu Eric keluar dari bathub ia berjalan mengambil jubah mandi yang tergantung pada gantungan. Ia berjalan kembali mendekati bathub diserahkannya jubah mandi tersebut kepada Debbie.

“Cepat turun saya sudah menyiapkan makan malam untuk kita!” tandas Eric.

“Baiklah!” sahut Debbie.

Ia tidak langsung keluar dari bathub ditunggunya Eric keluar kamar mandi. Barulah dirinya keluar berjalan menuju kamar.

Dibukanya goodiebag diambilnya kaos, serta celana pendek. Selesai berpakaian dan menyisir rambutnya. Ia berjalan keluar dari kamar menuruni tangga menuju di mana Eric sudah menunggunya di ruang makan.

Sesampai di sana dilihatnya Eric sudah duduk dan menyantap makanannya. “Maaf, sudah membuat kamu memasak makan untuk kita. Saya juga sudah membuat kamu menunggu lama.”

Eric mendongak menatap Debbie. Ia hanya memberikan isyarat, melalui tangannya agar duduk dan menyantap makanan yang sudah ada di atas mejanya.

Debbie duduk tepat berhadapan dengan Eric. Ia sedikit merasa canggung, setelah kejadian di kamar mandi tadi. Namun, sikap Eric yang berubah dingin, bahkan cenderung mengabaikan dirinya membuat ia bisa sedikit bernafas lega.

Disantapnya steak itu dan langsung saja ia merasakan kelezatan dari daging sapi yang dimakannya. Ia pun tidak tahan untuk tidak melontarkan pujian. “Kamu ternyata pandai memasak juga.”

Eric meletakkan sendok yang ada di tangannya ke dalam piring, ia melayangkan tatapan tajam kepada Debbie. “Saya hanya memanaskan saja, pelayan di rumah inilah yang telah memasaknya.”

Mendengar kata pelayan, Debbie menjadi senang. “Apakah pelayan itu tinggal di sini juga? Mengapa ia tidak terlihat?”

“Apakah kau takut, kalau hanya berdua saja dengan saya di rumah ini? Dia tidak tidur di rumah ini. Mulai besok kaulah yang harus menyiapkan makanan untuk kita berdua!” tandas Eric.

Debbie urung memasukkan sendok ke mulut, ia menatap Eric dengan kening dikerutkan. “Saya tidak masalah menyiapkan makanan untuk kita berdua. Akan tetapi, untuk berapa lama kita berada di tempat ini? Dan apa yang akan kita lakukan di sini?”

“Kita di sini sampai aku merasa sudah saatnya kita kembali ke kota!” tegas Eric.

Denyut nadi di leher Debbie bergerak naik turun dengan cepat. Ia menatap tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Eric. Ada banyak pertanyaan yang hendak ditanyakan, tetapi melihat raut wajah bosnya itu yang terlihat begitu dingin. Membuat ia menjadi urung melakukannya.

Ia kembali menyantap makan malamnya yang terasa kebas di lidah. Namun, ia terus memaksakan diri untuk menelan makanan tersebut.

Ericlah yang lebih dahulu menyelesaikan makan malamnya. Ia menggeser kursinya berjalan keluar dari ruang makan begitu saja. Meninggalkan Debbie untuk menyelesaikan makan malamnya.

‘Kenapa ia berubah menjadi diam dan semakin dingin? Bukankah kejadian di kamar mandi tadi adalah kesalahannya? Ia yang memulainya dan ia juga yang untungnya cepat tersadar,’ batin Debbie.

Wajah Debbie terasa hangat, saat ia mengingat apa yang terjadi tadi. Satu sisi nakal dari dirinya mengharap Eric tidak berhenti mencumbu dirinya.

Dengan kesal dihempaskannya garpu yang ia pegang ke atas meja. ‘Sial! Aku tidak boleh mengingat apa yang telah terjadi. Aku tidak boleh tergoda oleh Eric, ia sudah memiliki seorang istri. Dan aku tidak seharusnya memiliki perasaan apa pun juga kepada bosku itu.’

Bangkit dari duduk Debbia memutuskan untuk langsung membersihkan bekas makan mereka. Ia ingin menyibukkan diri dengan harapan bisa melupakan apa yang sudah terjadi.

Beberapa menit kemudian, ia sudah selesai membersihkan bekas makan mereka berdua. Ia berjalan keluar dari pantry tanpa memperhatikan langkah.

Sampai dirinya membentur badan yang terasa kokoh dan kuat. Sebelum ia terjatuh ke lantai, sebuah tangan menahan pinggangnya.

“Perhatikan langkahmu saat berjalan!” bentak Eric kasar.

Pria itu mendorong Debbie menjauh dengan cepat, seolah menyesal telah menyentuh Debbia. “Jangan pernah mencoba menarik perhatianku dengan cara seperti itu lagi! Lain kali, aku akan membiarkanmu terjatuh dengan keras.”

Debbie membelalakkan matanya, ia menatap Eric dengan ekspresi wajah marah. “Saya tadi lebih suka terjatuh daripada ditolong olehmu! Saya juga tidak menginginkan tanganmu yang suci itu menyentuhku!”

Ia berjalan cepat melewati Eric yang berdiri terdiam di tempatnya. Bahkan, tanpa sengaja pundak mereka saling bersentuhan. Ia terlalu marah untuk bersikap sopan kepada pria yang masih berstatus sebagai bosnya itu.

Sebuah tarikan pada pinggang Debbie membuatnya tidak dapat berjalan. “Kenapa kamu menghentikan langkahku?”

Eric menarik Debbie mendekat, hingga badannya membentur dada bidang Eric. “Aku tidak akan membiarkan ada yang berlaku tidak sopan kepadaku!”

Debbie mendongak mengangkat dagu tinggi-tinggi, ia tidak akan membiarkan Eric menganggapnya sebagai wanita yang lemah.

“Bukankah Anda mengatakan ini di luar kantor, sehingga kita tidak perlu bersikap layaknya atasan dan bawahan!” tegas Debbie dengan ekspresi tegas.

Eric merendahkan kepalanya hingga embusan nafasnya yang hangat dan beroma mint menerpa wajah Debbie.

“Benarkah aku berkata seperti itu? Lantas hubungan, seperti apa yang kamu inginkan selama kita berada di tempat ini?” bisik Eric begitu rapat di telinga Debbie.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Badai

    Debbie membalikan badan dan sontak saja rasa takut, serta terkejutnya berubah menjadi emosi. “Lepaskan saya! Saya mau pergi dari tempat terasing ini. Kamu tidak berhak menahanku di sini dan aku akan melaporkanmu kepada polisi!”Bukannya menuruti pemintaan Debbie, Erick justru menurunkan wanita itu secara perlahan menemel badan Eric. Hingga Debbie dapat merasakan panasya badan Erick, walaupun tengah diguyur hujan deras.Erick menempelkan bibirnya tepat di telinga Debbie. “Kenapa kau terlihat terkejut? Pria mana yang tidak akan menjadi bergairah melihat penampilanmu saat ini. Rambut yang berantakan dan pakaian yang tipis menempel ketat memperlihatkan lekuk tubuh.”Dada Debbie naik turun deru nafasnya terdengar cepat. Ia menggigit pundak Erick, agar pria itu melepaskan pegangan di pinggangnya. Karena sentuhan pria itu mulai mempengaruhiya di mana ia seharusnya membenci pria itu.“Kau pria yang kejam! Apa maumu dengan meninggalkanku terkurung di tempat yang terpencil ini? Apakah kau ingin

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Kembali Ditinggal

    Keterpukauan Debbie berubah menjadi emosi dengan galak ia berkata, “TIDAK!”Erick mengangkat pundaknya, kemudian berlalu pergi dari kamar mandi, sambil bersiul. Begitu sudah berada di luar Erick menarik nafas lega. Ia berhasil mencegah dirinya untuk tidak menarik Debbie mengajak sekrretarisnya itu. Bercinta untuk kesekian kalinya.‘Ada apa dengan diriku? Mengapa aku dengan mudah tergoda kepada wanita itu dan melupakan istriku?’ gumam Eric.Ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampai di kamar Erick melempar handuk yang dipakainya ke atas tempat tidur. Berjalan menuju walking closet. Diambilnya kaos pas badan, serta celana kain. Selesai berpakaian Erick keluar dari kamarnya.Pada saat berada di tengah tangga Erick berpapasan dengan Debbie. Selama sesaat yang singkat keduanya terdiam. Hanya saling pandang dengan tatapan yang tidak dapat dibaca.Debbielah yang lebih dahulu tersadar. Dibasahinya bibir yang terasa kering dengan lidahnya. Ia tidak mau Erick salah menduga dirinya. De

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Kamar Mandi

    Wajah Debbie bersemu merrah, dengan nada suara kesal ia berkata, “Dalam keadaan sedang mabuk saja kamu masih menyebalkan seperti ini.”Sambil mengentakan kaki Debbie berjalan keluar dari kamar mandi tersebut. Namun, baru beberapa langkah ia mendengar suara berdebum benda jatuh dengan keras disertai umpatan nyaring.Debbie bergegas kembali ke kamar mandi ia menjadi ragu hendak mendekat ke arah Eric, yang jatuh tersandar pada dinding kamar mandi dengan luka berdarah di pelipisnya.Suara erangan sakit yang keluar dari bibir Eric membuat Debbie maju mendekat untuk menolong Eric. Berlutut di hadapan Eric yang bertelanjang dada hanya memakai celana dalam. Yang membuat penampilan Eric begitu menggoda mendebarkan jantung Debbie.“Brengsek, kau Debbie! Apakah kau hanya akan diam saja memandangi tubuhku? Dengan matamu yang berseri, gaun tidurmu yang basah, hingga aku dapat melihat dengan jelas isi di balik gaun itu!” ejek Eric.Debbie mengepalkan kedua tangan untuk mengatasi rasa malu, karena

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Mabuk

    “Biarkan saja ia sendirian di sini!” tandas Eric.Eric berjalan keluar dari rumah itu tanpa menoleh ke belakang. Diikuti oleh pegawainya yang juga menjadi sopir pribadinya selama ia berada di pulau tersebut.Mobil yang dikemudikan sopir Eric berhenti di depan sebuah bar yang ada di kota. Jauh dari rumahnya di mana pada saat ini. Turun dari mobil Eric memasuki bar tersebut dan duduk di depan meja bartender.“Buatkan aku minuman paling keras!” perintah Eric kepada bartender.Bartender dengan kepala pelontos itu menatap Eric dengan senyum lebar di wajahnya. Memperlihatkan giginya yang rapi dan putih bersih.“Jadi sudah berapa lama kau berada di pulau ini, Bos? Aku tidak mendengar kedatanganmu kali ini. Apakah kau akan lama berada di pulau ini?” tanya bartender tersebut, sambil meracik minuman untuk Eric.Eric melayangkan tatapan tajam menusuk kepada bartender tersebut. “Kau menjadi cerewet sejak terakhir kita bertemu. Aku tidak perlu menjelaskan apa pun juga kepadamu!”Bukannya marah men

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   BAB 10 Kegelisahan Debbie

    M 3Wajah Debbie menjadi merah seperti kepiting rebus. Ia mengacungkan kepalan tangannya ke arah Eric. “Silakan saja berpuas diri, tetapi saya tidak akan mau mengakui apa pun juga!”Dengan langkah cepat Debbie berjalan meninggalkan Eric. Sesampai di rumah ia langsung masuk kamar dan mengunci pintunya.Berada dalam kamar mandi Debbie menatap pantulan dirinya di depan cermin wastafel. Pantulan matanya terlihat berbinar dengan rona bahagia. Tangan Debbie terulur mengusap pipinya yang terlihat merona.‘Apa yang terjadi denganku? Aku tidak boleh merasa tertarik sedikit pun juga kepada Eric. Ia sudah menikah. Menyukainya hanya akan membuatku menderita saja,’ batin Debbie.Ia menggeleng berulang kali coba mengusir bayangan percintaannya dengan Eric. Suara desahan terlontar dari bibir Debbie. Dipejamkannya mata, sambil menggigit bibir. Ia merasa benci kepada dirinya yang begitu lemah hingga dengan mudahnya terkena pesona bosnya itu.Beranjak dari depan cermin wastafel Debbie menuju bathub dan

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Bab 9 Bercinta

    Menggunakan kakinya Debbie menendang lutut Eric. Hingga dirinya berhasil terbebas dari Eric. Dengan nafas yang memburu dan mata menyala karena emosi Debbie menatap tajam Eric. “Simpan jauh-jauh fikiran itu dari kepalamu! Aku tidak akan pernah secara suka rela bersedia kau sentuh.”Eric mengerucutkan bibirnya, ia memandang Debbie dengan santai ia berkata, “Mengapa tidak? Kau begitu menyedihkan hingga membuatku merasa kasian kepadamu. Sekarang berhentilah berpura-pura kau tidak menyukainya.”Wajah Debbie berubah menjadi merah rasa marah dan malu bercampur menjadi satu. Ia tidak mengerti mengapa begitu lihainya Eric bermain kata. Akan tetapi, mengapa juga ia harus merasa heran? Bukankah bosnya itu memiliki sifat yang tidak mudah ditebaknya. Hal itu baru diketahuinya hanya beberapa jam setelah mereka berada di pulau terpencil ini.Jentikan jari Eric tepat di depan wajah menyadarkan Debbie dari lamunannya. Ia menggembungkan pipi dan mengempiskannya kembali. “Saya tidak akan mendebatnya kar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status