Share

Bab Dua Puluh Dua

"Asal kau tahu saja, Kalila. Si anak pungut itu memendam rasa sama kamu."

Ragaku mematung saat itu juga. Kalimat terakhir yang kudengar dari mulut Mas Amar, mau tidak mau membuatku sibuk mencari-cari apa yang ia maksud.

Anak pungut? Apa maksudnya anak pungut?

"Kenapa diam?" Suara Mas Amar terdengar mendekat. "Kaget? Kamu baru tahu kalau Ilham itu cuma anak pungut?" Om Amar tertawa puas, mendapati keterkejutanku.

"Kalila, Kalila. Kau pikir saja, mana ada laki-laki dewasa memberi perhatian lebih pada perempuan dewasa, tanpa maksud apa-apa? Tanpa punya perasaan apa-apa? Apalagi sebatas teman atau saudara. Pikir baik-baik!" Om Amar berjalan mengitari tubuhku yang masih membatu.

Secepatnya kugelengkan kepala untuk mengembalikan kesadaranku. Tidak. Aku tidak boleh terpengaruh olehnya. Mas Amar pasti hanya mengada-ada. Ia pasti sedang mencari-cari topik pembicaraan, agar aku bisa lebih lam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status