Share

Mendadak Talak

Author: El Nurien
last update Last Updated: 2024-11-20 16:30:06

“Jadi aku harus bagaimana? Membiarkan kalian terus berhubungan di sini?’

“Kalau begitu, aku yang pergi sejauh mungkin. Aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi,” sela Angel.

“Kamu pikir aku sebodoh itu? Lagi pula, untuk apa aku mempertahankan laki-laki yang lebih mementingkan jabatan dan mantan daripada perkawinannya.” Wahda beralih ke Bagus. “Gus, sekarang juga ceraikan!” 

“Oke!” teriak Bagus. "Untuk apa aku mempertaruhkan jabatan dan Angel untuk perempuan manja dan mandul seperti kamu. Kamu tidak apa-apanya dibandingkan Angel. Hanya seorang dokter, sombongnya minta ampun. Dibanding Angel kamu tidak apa-apanya. Puas?!”

Wahda tersentak. Ekor matanya melihat senyum miring Angel.

“Puas! Puas sekali. Terima kasih telah menyadarkanku. Hari ini, aku seorang Wahda, lima tahun mengabdi suami, telah dihina di depan mantan. Sekarang ceraikan saja aku. Jangan ditunda  lagi. Besok atau lusa sama saja.”

“Baik. Dokter Wahdatul Aisya, detik ini aku juga menceraikanmu,” ucap Bagus terdengar lugas dan tanpa paksaan.

Pecah sudah kaca yang sejak tadi membentuk di matanya. Ia menundukkan pandangan ke bawah. Terasa ada cairan yang merembes dari selangkangannya. 

Wahda mengangkat kepalanya, menatap wajah laki-laki yang ia cintai setengah mati. Ingin sekali, ia mencari perhatian dengan merengek seperti apa yang telah dilakukannya dulu pada Bagus. Tapi untuk apa? Bagus bukan lagi suaminya.

"Wahda, itu apa?" tanya Bagus mulai panik. 

Wahda kembali menundukkan pandangan. Ternyata cairan merah pekat itu telah menggenangi lantai. 

Tiba-tiba ia menyadari satu hal buruk akan terjadi lagi padanya. Karena ini, ia tidak akan bisa lagi memaafkan laki-laki di depannya. 

Perlahan pandangannya mulai kabur dan kesadarannya pun mulai menurun. Tubuhnya ambruk. Sesaat ia sempat mendengar panggilan dari seorang laki-laki yang baru saja mengucapkan kata cerai untuknya. 

***

"Kamu sudah sadar?" 

Sebuah pertanyaan nada khawatir keluar dari seorang laki-laki yang sangat ia cintai selama lima tahun ini. Laki-laki yang telah ia beri segenap perasaan dan perhatian. Menyadari itu, membuat sakit yang masih membekas kembali nyeri menyiksa. 

"Kenapa kamu tidak pernah cerita kalau kamu hamil?" tanya Bagus penuh sesal. 

Wahda masih belum bersuara. Ruang rawat inap yang seharusnya tempat seorang dokter bertugas, kini malah sebagai pasien. Memori beberapa jam yang lalu kembali mengulang. Menyaksikan suaminya bercumbu mesra dengan mantan.

Ia memejamkan mata. Berharap bayangan itu mau beranjak pergi. Kenyataannya gambaran semakin terlihat nyata saat mata terpejam. 

Perlahan air matanya mengalir. Ia telah kehilangan segalanya. Suami, bahkan janin yang telah lama dinantikan. Aliran darah ke lantai kembali mengulang dalam benaknya. Meski belum mendapatkan kabar dari dokter yang menanganinya, dengan darah sebanyak itu, ia tahu janin dalam kandungannya tidak akan terselamatkan lagi. 

"Tadinya aku ingin memberitahumu, tapi ternyata aku disuguhi perbuatan gila yang merenggut janinku. Pergilah. Setelah calon jabang anak kita keluar, iddahku telah berakhir. Sekarang kita tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi. Kita sekarang menjadi orang asing," ucapnya dingin dengan mata masih terpejam. 

Bagus tersentak. Ia menggeleng. "Wahda, aku menyesali perbuatanku. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki." 

Wahda menggeleng. "Tinggalkan aku!" pintanya. 

"Wahda!"

"Keluar!!" Kali ini nadanya sedikit meninggi, meski kentara dengan penekanan. 

Wahda membuka matanya. Dengan tertatih ia berusaha duduk. 

"Wahda, kamu jangan terlalu mengeluarkan tenaga," cegah Bagus sambil memegang pundaknya. 

Wahda langsung memencet tombol yang tak jauh dari kepalanya dengan membabi buta. Sehingga beberapa orang perawat berlarian mendatanginya. 

"Kenapa, Dok?" 

"Kak, kumohon suruh dia pergi! Aku ingin istirahat." 

"Wahda?!" Bagus membelalak tidak percaya. 

Para perawat kebingungan. Bagaimana mungkin berani mengusir direktur rumah sakit tempat mereka bekerja? Mereka juga tahu Wahdatul Aisyah istri Bagus Jayasari yang bekerja di rumah sakit daerah. 

"CEPAT! Bawa dia keluar!" teriak Wahda. Seketika ia meringis sambil memegang perutnya.

"Wahda?!" Bagus ingin mendekat, tetapi langsung dicegah salah seorang perawat laki-laki. 

 "Maaf, Dok!"

Bagus masih menatap Wahda tidak percaya. Tanpa menoleh Wahda berbaring, lalu menutup dirinya dengan selimut. 

"Wahda!" 

Wahda masih bersembunyi di selimutnya. Akhirnya Bagus pasrah, memutuskan keluar ruangan. 

Wahda keluar dari persembunyiannya setelah Bagus hilang dari pandangannya. Seketika tangisnya pecah. Merutuki nasib yang tiba-tiba berubah hanya beberapa jam. Mengapa secepat kilat semuanya terenggut darinya? 

Siapapun tidak akan menyangka kalau Bagus selingkuh darinya. Pagi-pagi Bagus masih sempat mencumbu yang membuatnya terlambat bekerja. 

Ia menyadari ada yang berubah pada dirinya saat jam makan siang di kantin. Tiba-tiba ia sangat tidak suka aroma masakan hati dan ampela yang di etelasi kantin. Perut mual membuatnya urung memesan makanan, lalu berlari ke toilet terdekat. Saat itulah ia baru menyadari kalau siklus mensnya telah terlambat entah berapa Minggu. 

Itulah salah satu kebiasaan buruknya, tidak mengingat kapan mens dan berakhir. Tidak. Awalnya ia memang sengaja berusaha tidak peduli dengan siklus menstruasi karena mengingat dirinya yang sering kecewa akibat mens terlambat.

 Hanya Allah yang tahu, bagaimana perasaannya saat melihat garis dua biru di testpack miliknya. Ingin rasanya ia berteriak di dalam toilet, andai tidak mengingat kalau dia tidak sedang berada di rumah sakit. 

Namun, ia memutuskan memberi tahu Bagus malam hari saja sekalian menjemput pulang. Nahasnya, tanpa diketahui dirinya sebenarnya menuju jalan kehancuran. 

Secepat kilat ia ditalak, dan hanya beberapa menit kemudian masa iddahnya habis. Seketika mereka menjadi orang asing. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Kiki
Bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mendadak Talak    Hubungan Emosi

    “Dokter, Sonia kritis.” Mataku membelalak. Setelah itu tidak jelas lagi Mama Sonia berucap apa, hanya terdengar deru tangis. “Tante, aku pergi dulu.”Aku bergegas membuat ponsel ke dalam tas dan langsung berdiri. “Kritis? Siapa yang kritis?" tanya Tante Fatima. Arsa dan semua ada di situ ikutan menoleh. "Pasien aku, Tante," ucapku sambil menyalami tangan Tante Fatima. Tante Fatima mengerutkan kening. Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku saat ini. "Aku pergi, Tante. Assalamu alaikum.""Tunggu!" Langkahku terhenti. "Arsa, antar Wahda ke rumah sakit," titah Tante Fatima.Arsa melongo. "Aku bawa mobil sendiri, Tante," selaku sambil kembali bergegas. "ARSA!" Kali ini suara Tante Fatima menggelegar. "Dia panik begitu, sangat berbahaya mengemudi." Teratai terdiam dengan piring lauk masih di tangan. Caroline melongo. Mungkin dia tidak mengerti apa yang dibicarakan."Iya, Tante," sahut Arsa dengan wajah sewot. Aku langsung berlari ke depan. Tidak ada waktu melihat wajah terpaksa

  • Mendadak Talak    Di sebuah Pesta

    Aku tidak mendengar lagi perbincangan Tante Fatima dengan Caroline. Perhatianku teralih pada Arsa yang berjalan mendekati ibu. "Assalamu'alaikum, Tante. Bagaimana kabar Tante? Sehat?"Saat ia ngobrol dengan ibu, ingin rasanya aku menghilang. Diabaikan setelah sekian lama bersahabat, rasanya sangat menyakitkan. Sayangnya, aku tak punya hak untuk mengeluh, apalagi membela diri karena semua ini bermula dariku. Beruntung MC cepat memanggil dia, sehingga dia cepat berlalu dan aku dapat bernapas lega. Aku tidak bisa membayangkan, di mana menaruh muka setelah diabaikan di depan orang banyak. “Tante, kami mau naik dulu,” izin Arsa pada Tante Fatima. Tante Fatima mengangguk. Arsa mengulurkan tangan pada Caroline seperti yang kulihat di film Barat. Betapa anggun dan elegant. Tepuk tangan meriah mengiringi langkah mereka hingga sampai ke atas panggung. “Selamat malam semuanya.” Salam Arsa langsung disambut dengan tepuk meriah. Ia memperkenalkan diri juga Caroline Poni. Ternyata Caroline s

  • Mendadak Talak    Orang Baru

    "Dicari-cari ternyata di sini." Teratai muncul dengan selembar undangan di tangan.Tiba-tiba jantungku mencelos."Kenapa?" "Undangan buatmu."Aku menerima dengan wajah penuh tanya. "Ulang tahun August Market. Besok malam." Aku mengangguk. "Terima kasih ya.""Kau harus datang," jawab Teratai sambil memegang pundakku lalu masuk ke dalam ruko. Sepeninggalan Teratai, aku mengembuskan napas pelan. Lalu mencermati undangan hitam yang bertintakan warna emas itu. Mengapa tadi tiba-tiba jantungku terasa lepas saat melihat undangan ini? Padahal dilihat sampulnya saja sudah jelas ini bukan undangan perkawinan. Aku menggelengkan kepala atas kekonyolan sendiri.Jadi Arsa ke sini demi menghadiri ulang tahun August? Itu artinya dia akan balik lagi ke Amerika? ***"Dokter!" Sapa gadis kecil yang duduk di kursi roda ketika aku keluar dari ruang praktik. "Sonia, kenapa keluar?""Maaf, Dokter. Dari tadi dia merengek mau ke sini," ucap ibunya yang mendorong kursi roda yang diduduki Sonia. Aku t

  • Mendadak Talak    Sesal

    Aku telah meluncur ke bandara dan jangan menyusulku. Kurasa kita harus memikirkan ulang hubungan kita. Benarkah yang kita lakukan ini?Sanggupkah kita menerima dunia masing-masing? Sanggupkah kita menerima masa lalu pasangan?Aku memahami jiwamu, tapi aku juga ingin diprioritaskan dari siapa pun. Aku egois, tapi aku tak bisa memaksamu meninggalkan duniamu.Seberapa keras pun aku berpikir, aku ingin kamu hanya untukku. Dulu kita berpikir, selama kita saling bergantung, cinta itu belakangan. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Ternyata ketergantungan, masih kalah dengan cinta dan hati.Kalaupun ketergantungan itu ada, bukankah kita bisa tetap bersama tanpa harus menikah? Terlebih lagi kita telah terikat hubungan darah. Seberapa pun jengkelnya, kita tidak akan bisa mengabaikan karena memiliki hubungan darah. Dari genetik yang sama.Sengaja kutinggalkan cincin itu. Jika sepeninggalanku kau bertemu laki-laki yang membuat jantungmu berpacu cepat seperti yang kau inginkan, laki-laki yan

  • Mendadak Talak    Diabaikan

    "Wah, sore ini Arsa datang. Kami mau menjemputnya, kamu mau ikut?" Pertanyaan Teratai membuatku syok. Diam, tetapi di dalam bergemuruh hebat. Betapa aku merindukan laki-laki itu. Arsa mau datang? Mengapa dia tidak mengabariku? Sepertinya dia benar-benar membenciku? Dia sudah tak menganggapku lagi. "Kok bengong?! Masa tunangan nggak dijemput?"Aku masih bungkam. Tunangan? Benar juga, kami memang belum menyampaikan situasi kami kepada orang tua.Atas nama tunangan, aku bisa saja menjemputnya. Hanya saja, masihkah dia menganggapku tunangan? Sedang kabar kepulangannya saja tidak mengabariku. Bagaimana kalau dia datang dengan perempuan lain? Tentu akan sangat menyakitkan."Wah, kau bawa mobil sendiri ya. Aku ikut, ada yang mau kucari di Banjarmasin." Tiba-tiba gadis es kutub muncul dari persembunyiannya. Aku mengangguk linglung. ***Berkali-kali aku meremas tanganku yang terasa dingin. Badanku tak bisa diam duduk di kursi panjang. Sesekali aku melirik Adeena yang sibuk dengan ponselny

  • Mendadak Talak    Kepergian Arsa

    Ponsel Wahda berdering ketika ia sedang memasang high heelsnya. Sambil memegang memasang, ia menjepit ponsel dengan bahunya. "Iya, Kak. Ada apa?""Wahda, Bagus hilang?" seru Naura. Wahda tersentak. "Apa? Kok bisa? Kakak ke mana?""Cuma ditinggal sebentar ke kamar mandi. Pas keluar dia sudah nggak ada. Aku cari-cari juga sekitar nggak ketemu. Bantu aku aku, rumah sakit luas sekali."Wahda memerhatikan jam di tangannya. Masih ada sejam lagi."Baiklah. Aku akan ke sana. Kakak cari seputar rumah sakit ya. Oh iya, laporkan juga juga kepada perawat di sana, biar mereka bantu cari.""Iya."Dengan cepat ia melepaskan high heelsnya, lalu mengganti dengan sneaker. ***Di rumah sakit ia bertemu dengan Angel yang juga panik. "Belum ketemu?"Angel menggeleng. "Kita berpencar cari di luar ya," pinta Angel. Wahda mengangguk. "Kakak tunggu di sini. Kalau dia datang telpon kami," seru Angel kepada Naura yang baru saja muncul dengan napas memburu."Angel, aku kira dia sedang berusaha mengembalik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status