Share

Permainan Arsa

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-09 17:26:18

"Katakan, kau marah padaku?"

Wahda menggeleng. 

"Lalu?" 

Wahda kembali menghidupkan kompor. Ia mengambil spatula,  lalu mengaduk masakan. Arsa terus berdiri di sampingnya. 

"Aku cuma sedih, di saat kamu kesulitan aku tidak bisa ngapa-ngapain. Bahkan sekadar mengantar makanan saja juga buatan ibu. Aku iri dengan Cintia. Dia membantumu menyelesaikan masalah kantor, sedang aku? Bisaku cuma merengek." 

Arsa merengkuh badannya. "Aku tidak butuh itu. Aku hanya ingin kita saling mempercayai dan menjaga kepercayaan."

Wahda merapatkan tubuhnya. Aroma parfum Arsa sedikit membuat hatinya terasa lega. 

"Mungkin Cintia

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mendadak Talak    Motif di balik Lunch box

    Di saat seperti ini, barulah ia menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan Arsa. Tapi untuk apa? Sebagai penghibur? Sedang dirinya sudah sejauh mana berbuat untuk Arsa? Dirinya ke mana saat Arsa ditimpa masalah demi masalah? *** Pagi sekali Sanad datang ke kantor August. Arsa langsung menyerahkan tablet yang telah diisi semua data perusahaan. "Email-nya menggunakan email perusahaan. Password-nya yang aku kirim dichat," seru Arsa sambil memutar, duduk di sofa dudukan panjang. Sanad hanya mengangguk. Tatapannya sudah tertuju sebuah file. Arsa memerhatikan wajah sepupunya yang datar itu. Tidak memiliki ekspresi dari apa yang dilihat. Seakan-akan wajah itu kehilangan titik saraf ekspresi. Ia berpikir apakah data perusahaan August terlalu hambar di mata Sanad?"Aplikasinya sudah lancar. Aku dengar kau yang memperbaikinya."Arsa menggeleng. "Temanku.""Dia bisa akses ke dasbor?"Kembali Arsa menggeleng. "Ia cuma memperbaiki unduhannya. Sudah selesai, baru dipasang ke aplikasi.""Oh.""

  • Mendadak Talak    Keberadaanmu

    Arsa hanya diam. Dari dulu juga begitu. Selalu ada Sanad yang membelanya. Sekarang ia bertanya-tanya, benarkah keberadaannya di sini untuk membantu Fatima? Jangan-jangan dirinya yang merepotkan? Buktinya sekarang Sanad harus turun tangan ke August setelah kekacauan yang ia buat.*** Setelah pulang dari Hotel, Arsa menghapus aplikasi pelacak Wahda. Ada saatnya ia perlu menahan diri untuk tidak peduli.Ada saatnya ia membiarkan Wahda mandiri, mampu melindungi diri sendiri. Kemanjaan Wahda memang disebabkan kakak-kakaknya yang semuanya laki-laki. Lalu sekarang, mungkin ia pun punya handil penyebab kemanjaan itu.Mungkin sekarang ia harus mempertimbangkan saran Andre. Sebuah ketukan menyadarkannya. Diiringi dengan kemunculan Cintia. "Paket atas nama Bapak." Cintia membawa sebuah kotak kecil. Arsa menerima kotak itu dengan kerutan kening, terlebih lagi ketika melihat nama sumbernya. "Terima kasih," ucapnya tanpa menoleh pada Cintia yang masih berdiri di depan mejanya. Merasa diabaikan,

  • Mendadak Talak    Rembug Keluarga

    "Pikirkanlah! Elo bantu kami edit aplikasi ini sekalian belajar, lalu kita bikin aplikasi baru lagi atau yang ada lo otak atik. Meski mungkin lo belajar mulai nol lagi, gua yakin lo cepat kok nangkapnya, karena sudah pernah ngotak ngatik. Gua taruh palingan 3 bulan. Ya harapannya sih selamanya di sini. Prospek dunia cyber lebih kemilau, Sob."*** "Kak, bagaimana keadaan Ibu?" "Ibu sudah pulang hari ini. Aku minta sehari lagi ya. Aku mau nyadap sehari dulu, lumayan untuk sangu ke sana. Ya?""Baiklah. Aku tunggu ya, Kak."Wahda mengembuskan napasnya. Meski masih kecewa, tetap saja harus disyukuri. Setidaknya lusa ia akan terbebas dari rutinitas yang membuat hubungannya dengan Arsa memburuk.Ia kembali membuka daftar panggilan. Tak lama panggilannya langsung terhubung. "Ya, Wahda? Ada apa?""Nur, bisa nggak kamu yang temani Bagus? Aku ada acara keluarga.""Maaf, Wahda. Sebentar lagi aku ada operasi. Maaf ya." "Ya sudahlah kalau begitu!" keluh Wahda lalu menutup panggilannya tanpa per

  • Mendadak Talak    Tawaran Andrea

    “Alhamdulillah, baik. Tante mengundang Paman Ardiansyah, ibumu juga kamu dan Arsa makan siang nanti.”Wahda tergagap. Arsa mengangkat wajahnya. “A … ada apa ya, Tante?” “Selain menyambung tali kekeluargaan, juga membicarakan gimana kelanjutan hubungan kalian. Sudah saatnya kita membicarakannya.”“Tapi, Tante, Arsa-nya lagi sibuk. Rasanya dia tidak bisa konsentrasi memikirkan itu. Apa tidak menunggu waktu sedikit luang dulu?!”Arsa hanya diam menatap. “Kita ngumpul-ngumpul dulu. Kita bicarakan sama-sama. Di mana ada masalah, kita selesaikan sama-sama. Tante juga akan mengajak Teratai dan Sanad. Siapa tahu Sanad bisa membantu pekerjaan Arsa, kalau memang pekerjaan Arsa sangat banyak. Yang penting kita kumpul dulu ya. Jangan lupa ya, siang di Hotel Delima. Kasih tahu Arsa.”“Arsa ada di sini.”“Syukurlah kalau begitu. Tante tunggu ya!”“Jangan katakan kau tidak bisa datang!” tukas Arsa setelah melihat wajah redup Wahda setelah menutup telepon. “Aku sudah janji siang menemani Bagus CT

  • Mendadak Talak    Cemburu

    "Aaa … badanku capek sekali, kenapa kau malah mengingatkan itu?!" rengek Wahda. Teratai terkekeh. ***Petugas resepsionis menatap heran. Arsa yang baru saja menerima titipan lunch box, bukannya langsung membawa ke kantor, malah membongkarnya di atas meja resepsionis. Ia tersenyum kecut. Ketika melihat hanya satu sendok dengan garpu."Terima kasih," ucapnya lesu. Sambil berjalan, sebelah tangannya membuka layar ponsel, lalu aplikasi pelacak. Langkahnya terhenti ketika melihat titik keberadaan Wahda. Ia memerhatikan jam tangannya, seketika keningnya mengerut.***"Maaf, aku tadi terlelap. Tiba-tiba mendengar dia mengerang kesakitan, jadi agak panik. Kesadaranku tak sepenuhnya pulih, tiba-tiba melihat dia kesakitan. Tanpa pikir panjang aku menelponmu," ucap Nurul Hadi sambil menatap Bagus yang terlelap. Akibat reaksi obat yang diberikan dokter. Wahda mengembuskan napasnya. "Syukurlah dia tidak apa-apa." "Besok dia CT scan, kau mau menemaninya 'kan?" Wahda mengedikkan bahunya. "Apa

  • Mendadak Talak    Luka yang Tersisa

    “Wah, bolehkah aku meminta lagi padamu?”Wahda mengangkat alisnya, lalu mengangguk. “Saat ini, hanya kamu dan Nurul yang kukenal, dan kurasa kamu lebih mengenalku daripada Nurul. Karena itu ….”“Karena itu?”“Kau mau tetap menemaniku sampai aku pulih?”Wahda terdiam. Bukannya tidak mau, tapi bagaimana dengan Arsa? Laki-laki itu juga perlu perhatian. Kenyataannya ia hanya bisa mengangguk. Sebagai seorang dokter, tentu ia harus tetap mengutamakan pasien.Bagus tersenyum semringah. “Terima kasih ya.”“Makanlah, nanti buburnya dingin.”***

  • Mendadak Talak    Permintaan Bagus

    "Iya, aku mengerti. Begini saja, pindah rawatnya ke rumah sakit dia bekerja. Siapa tahu lalu lalang orang-orang di sana bisa membantu memulihkan ingatannya."Wahda tersenyum semringah."Benar juga.""Tapi mungkin kamu sedikit lebih capek, bolak balik dari satu rumah sakit ke rumah sakit itu."Wahda menghela napasnya. "Apa boleh buat. Terima kasih, Dokter. Semoga urusanmu di sana cepat selesai dan cepat balik ke sini.""Amiin. Terima kasih juga atas pengertiannya."***Wahda mendorong kursi roda yang diduduki Bagus menyusuri lorong rumah sakit."Selama

  • Mendadak Talak    Mengembalikan Ingatan

    Andre lagi berdecak mengejek. “Serius amat hidup Lo. Hebat.” Andre mengacungkan dua jempolnya. "Atau jangan-jangan punya mainan baru?!"Arsa hanya merespon dengan tersenyum nyengir."Wah, dari senyumnya mengerikan. Jangan katakan di sana mainan lo perempuan!"Andre teman seasrama dari Jakarta. Anak IT. Andre sering ngajak ke club mereka, yang akhirnya Arsa juga tergiur ikut bersama mereka. Hanya saja, sejak itu ia sudah berprinsip hanya sekadar mainan buatnya. Dari awal, ia hanya ingin mendedikasikan untuk Tante Fatima. Setelah pulang, ia pun melupakan segalanya. Meski sesekali teringat mainan di Amerika jika melihat Angga mengerjakan orderan di kafe Teratai.Ia tidak begitu peduli tentang IT di perusahaan karena sudah ada divisi yang menanganinya. Siap

  • Mendadak Talak    Permainan Arsa

    "Katakan, kau marah padaku?"Wahda menggeleng."Lalu?"Wahda kembali menghidupkan kompor. Ia mengambil spatula, lalu mengaduk masakan. Arsa terus berdiri di sampingnya."Aku cuma sedih, di saat kamu kesulitan aku tidak bisa ngapa-ngapain. Bahkan sekadar mengantar makanan saja juga buatan ibu. Aku iri dengan Cintia. Dia membantumu menyelesaikan masalah kantor, sedang aku? Bisaku cuma merengek."Arsa merengkuh badannya. "Aku tidak butuh itu. Aku hanya ingin kita saling mempercayai dan menjaga kepercayaan."Wahda merapatkan tubuhnya. Aroma parfum Arsa sedikit membuat hatinya terasa lega."Mungkin Cintia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status