Shanie duduk dalam ketegangan, mata dan telinganya telah dia siapkan setajam mungkin menanti apa yang sebenarnya akan dibicarakan Melody dan Javier ditempat ini.
“Bagaimana kesan pertemuan pertamamu dengan ibuku?” tanya Javier. Suara helaan napas terdengar dari mulut Melody. “Ibumu orang yang sangat sulit Javier, aku telah berusaha untuk mengakrabkan diri dengannya, tapi dia menciptakan tembok tinggi yang membatasiku,” keluh Melody. Javier tidak bereaksi, pria itu justru sibuk memandang keluar jendela seperti sedang memikirkan sesuatu. “Javier, kau tidak dengar ucapanku?” tegur Melody menaikan nada suaranya. “Aku mendengarnya Melody,” jawab Javier mulai menatap Melody. “Bujuklah ibumu Javier. Hari ini adikmu telah menikah, sebagai seorang kakak harusnya kau juga mudah mendapatkan persetujuan menikah seperti Killian,” pinta Melody dengan serius. Shanie menarik napasnya dengan kesulitan, dari percakapan itu Shanie bisa mengambil kesimpulan jika ternyata Javier adalah kakak Killian. Dunia begitu sempit.. Bisa-bisanya Shanie terjebak dalam tubuh perempuan yang kini berstatus sebagai adik ipar Javier! Shanie juga tidak menyangka, dua tahun dia dan Javier berpacaran, tidak pernah sekalipun Javier membawa Shanie pada keluarganya. Tapi Melody, dia tahu segala hal tentang Javier dibandingkan dengan dirinya yang akan dinikahi pria itu. Javier meneguk minuman yang telah dipesannya. “Tenanglah Melody, kau masih memiliki waktu untuk bisa meluluhkan hati ibuku, tidak perlu tergesa.” Melody menggeleng tidak setuju. “Tidak bisa Javier! Jika ibumu tidak menerimaku, bagaimana nasib hubungan kita? Kita harus segera menikah sebelum kandunganku membesar.” Deg! Dada Shanie tertohok begitu keras, waktu seakan berhenti saat itu juga, mengukir sakit yang sangat dalam sampai hatinya terkoyak-koyak. Shanie meringis, aira mata berjatuhan tidak terbendung, tidak kuasa menahan sakit yang begitu hebat atas pengkhianatan kejam yang dilakukan oleh adik dan lelaki yang dicintainya. Empat peluru yang menembus tubuhnya, tidak ada bandingannya dengan rasa sakit dikhianati. Pengkhianatan Javier tidak hanya menghancurkan hatinya, pria itu juga telah menghancurkan mimpinya akan indahnya pernikahan, harapannya tentang masa depan. Apa arti dari dua tahun hubungan mereka selama ini, jika pada akhirnya Javier berkhianat dan menjadikannya waktu yang sia-sia? Shanie mengusap kasar wajahnya yang telah basah oleh air mata, sekuat tenaga dia menahan suara isakan meski dalam hatinya dia berteriak kesakitan, bertanya-tanya apa dosa Shanie hingga Melody begitu tega menjadi selingkuhan calon suami kakaknya sendiri? Shanie menyayanginya, dia selalu ada disetiap Melody mengalami kesulitan, dan Shanie jugalah yang telah membiayai sekolah kedokteran Melody di universitas bergengsi. Tapi ini balasan Melody? Dari sekian banyak lelaki didunia ini, kenapa harus Javier yang Melody ambil? “Jangan membahas pernikahan sekarang, Melody. Aku sedang tidak ingin mendengarnya,” ucap Javier memelankan suaranya. Mata Melody menyipit, menatap Javier dengan ketidak mengertiannya. “Jika kau tidak mau membahasnya, lantas untuk apa memanggilku kesini?" “Ada hal penting yang harus aku sampaikan padamu.” “Tentang apa?” “Aku mendapat kabar dari pangkalan militer Burkina Faso, Shanie gugur pagi ini dan jenazahnya akan diantar diakhir minggu untuk disemayamkan.” Alih-alih bereaksi terkejut ataupun menangis mendengar kakaknya meninggal, Melody justru tersenyum dan bertepuk tangan kegirangan merayakan kabar duka itu. “Aku senang sekali mendengarnya. Jika Shanie meninggal, kita tidak perlu repot-repot menyiapkan alasan saat nanti menikah.” “Lalu bagaimana dengan orang tuamu Melody?” tanya Javier dengan serius, selama ini kedua orang tua Melody tahunya jika Javier adalah calon suami Shanie, bukan Melody. Melody segera beranjak, berpindah duduk dipangkuan Javier. “Sayang, orang tuaku jauh lebih suka aku yang menjadi isterimu, bukan Shanie.” *** Shanie melangkah terantuk-antuk melewati lantai yang samar-samar terlihat karena terhalang air mata, dengan kuat dia membekap mulutnya menahan jeritan tangis pilunya mendengar kabar jika ternyata dia telah meninggal di medan perang. Jika Shanie meninggal di medan perang, itu artinya selamanya dia akan terjebak di dalam tubuh Eleanor Roven! Lengkap sudah luka dan duka yang harus Shanie terima hari ini. Menjadi isteri dari mantan lelaki yang dulu pernah menyakitinya, calon suaminya berselingkuh dengan adiknya sendiri, dan dia telah harus menerima kenyataan bahwa nama Shanie sudah tidak ada lagi didunia ini karena gugur dalam perang. Puncak yang paling menyakitkan dalam kejadian ini adalah, Javier tidak berduka apalagi menangisi kematianya. Dua tahun mereka menjalin hubungan, ternyata hanya Shanie yang menganggapnya berharga. Shanie pikir, selama ini mereka saling mencintai. Rupanya Shanie salah, cintanya bertepuk sebelah tangan dan penuh noda. Apa arti dari dua tahun kebersamaan mereka jika Javier tidak mencintainya? Mengapa Javier tidak mengakhiri hubungan mereka jika wanita yang Javier cintai sebenarnya adalah Melody? Mengapa Javier harus tampil begitu sempurna sebagai kekasihnya selama dua tahun ini jika pada akhirnya dia berkhianat? Begitu manisnya Javier berprilaku, meyayanginya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, Javier selalu memujinya cantik dan mandiri, Javier selalu mengatakan bahwa dia mencintai segala hal tentang Shanie. Tidak pernah ada pertengkaran diantara mereka, tidak pernah Shanie lihat ada prilaku mencurigakan darinya, tidak pernah sekalipun Shanie memergoki Javier dekat dengan Melody. Bahkan, ketika Javier melamarnya, Melody lah yang telah membantu memilihkan cincin untuk Shanie. Begitu bahagianya Shanie dengan semua angan-angannya, dengan bodohnya Shanie berpikir akhirnya dia telah menemukan pelabuhan hidupnya dan akan mengarungi bahtera rumah tangga dengan pria yang mencintainya. Tanpa ragu, Shanie memutuskan akan langsung pensiun setelah menikah agar bisa mengabdikan sisa hidupnya pada Javier. Ternyata, semua ini adalah omong kosong! Mungkin, ini salah satu alasan mengapa Shanie terjebak dalam tubuh Eleanor Roven. Takdir menuntunnya untuk melihat kebenaran bahwa sesungguhnya calon suaminya bukanlah lelaki baik dan adiknya tidak lebih seperti parasit yang menggerogoti kehidupannya.Suara desahan halus terdengar bersahutan, Eleanor berpegangan pada belakang kursi ditengah guncangan tubuhnya yang berada dalam pelukan dan saling menyatu. “Cukup.. Killian...” rintih Eleanor putus asa tidak diberi jeda sedikitpun untuk beristirahat.Tempat sempit itu semakin menguarkan panas dari pergumulan yang terus berlanjut.Dibawah kegelapan, wajah Killian memerah masih berselimut gairah, dia meraih wajah Eleanor dan menggigit tengkuknya, sementara tangan satunya lagi memberikan stimulasi pada daging kecil milik Eleanor yang kini telah basah.Kaki Eleanor bereaksi mengejang, suara rengekan halusnya ikut terdengar kala menerima cubitan halus dari jari Killian."Kau yakin ingin berhenti?" tanya Killian menggesek milik Eleanor ditengah hentakannya yang keluar masuk dengan kuat, pria itu menggigit daun telinga Eleanor dan mengulumnya.Eleanor mengerang pelan, tubuhnya menegang dibawah godaan yang membuat seluruh syarafnya menari dalam gelombang hasrat.Tatapan Killian membara, sema
“Lantas, apa hubungannya perempuan itu denganku sekarang?” tanya Eleanor, menguji akan sampai sejauh mana Killian berani bicara jujur tentang Shanie, perempuan yang Killian ceritakan tanpa ia sebutkan namnya.Dan, tanpa Killian tahu, perempuan itu kini berada di hadapannya…Killian menelan salivanya dengan kesulitan, pria itu bergerak tidak nyaman, tampak ragu untuk berbicara lebih jauh karena kemungkinan akan menimbulkan boomerang dalam hubungan mereka.Disisi lain, Killian tersadar bahwa dia sudah terlanjur bercerita tentang masa lalunya, rasanya sudah tidak perlu lagi untuk berbohong.Killian tidak ingin terjatuh ditempat yang sama, lebih baik dia berbicara jujur dan menerima sakitnya sekarang dibandingkan hancur diakhir.Killian menarik napasnya dalam-dalam, sampai akhirnya dia pun berkata, “Aku melihat, ada dirinya didalam dirimu Eleanor. Aku tidak bermaksud menganggapmu seperti mantan kekasihku, semuanya terjadi diluar rencanaku karena sebelumnya aku tidak melihatmu dengan car
Hujan turun kian deras, angin kencang menggerakan pepohonan. Musim panas telah berakhir menuju musim gugur.Diruangan yang sempit itu Eleanor dan Killian terjebak tidak memiliki tempat untuk bergerak kemanapun, hanya ada suara hujan yang berjatuhan ditemeni cahaya lampu dari handpone yang menerangi kegelapan pekat.Hembusan angin kencang dari luar menggigilkan tubuh Killin yang kini bertelanjang dada. Killian berdeham memecah keheningan, diam-diam melirik Eleanor, pria itu masih sempat-sempatnya tersenyum malu dan jantungnya berdebar menikmati kekacauan yang tiba-tiba terjadi.Rencananya untuk pergi berlayar harus berakhir terjebak ditengah kebun.Anehnya, Killian merasa jika moment ini cukup menyenangkan untuknya.Disisi lain, Eleanor yang telah diuji kesabarannya berkali-kali merutuki dirinya sendiri, menyesal telah berucap janji, tidak akan bercerai dengan Killian Morgan.Sia-sia Eleanor berjanji dan menanggapi kekonyolan Killian jika pada akhirnya dia akan tetap terjebak ditengah
Eleanor menggeram kesal, batinnya memaki frustasi. Sekian lama dia berpisah dengan Killian, sifatnya yang kekanakan dan suka merajuk sampai keinginannya terpenuhi ternyata tidak pernah mati termakan usia.Di bawah langit yang semakin gelap itu, intensitas ketegangan semakin bertambah menjadi saksi perdebatan dari pasangan yang memiliki keinginan saling bertolak belakang.Killian jelas tidak ingin ada perpisahan apapun suatu hari nanti setelah dia menyadari bahwa dia telah mencintai Eleanor.Killian tidak sanggup lagi kehilangan seseorang yang diam-diam telah mengisi kekosongan jiwanya. Belasan tahun ia mencari dan kini, dia tak rela kehilangannya untuk kedua kalinya.Sementara Eleanor, dia menganggap pernikahan mereka tidak semudah yang terlihat. Jiwa Shanie yang ada didalamnya masih terluka, benci, marah dan kecewa pada sosok Killian yang telah menorehkan luka begitu besar dalam kehidupan dia sebelumnya.Shanie ragu, sulit untuknya berdamai, terlebih Killian dan Javier adalah kakak b
Suara burung hantu terdengar malam yang mulai larut, semerbak harum aroma mawar kian terasa dibawah langit yang semakin gelap gulita bersama hembusan angin kencang.Sudah lebih dari lima belas menit Eleanor duduk menunggu, namun Killian masih betah berdiam diri ditempatnya tidak menunjukan tanda-tanda dia akan segera kembali.Posisi mereka saat ini berada ditengah-tengah kebun dan dikelilingi hutan, jauh kemanapun.Eleanor melihat kepenjuru arah yang hanya menyuguhkan kegelapan bersama beberapa buah lampu menerangi jalan disetiap jarak seratus meter.Tampaknya perjalanan untuk pergi ke tempat berlayar masih sangat jauh menuju dermaga kapal yang akan membawa mereka pergi berlayar.Eleanor menarik napasnya dalam-dalam, merasakan detak jantung yang berdebar kencang.Jiwa Shanie tidak takut dengan kegelapan yang sunyi, namun terkhusus malam ini, entah mengapa hatinya sangat gelisah dan lebih sensitif.Dengan tidak sabaran dan tidak mau menungu lebih lama lagi, Eleanor akhirnya menurunkan
“Ayah memanggilku?” tanya Thomas berdiri diambang pintu.“Duduklah Thomas,” perintah Hardy.Thomas akhirnya masuk ke dalam ruangan dan menutup rapat pintu untuk menghalangi usaha ibunya yang tengah berdiri dibalik dinding berusaha untuk mendengarkan pembicaraan.“Ayah ingin berbicara apa?” tanya Thomas setelah duduk.“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Hardy masih berdiri di depan jendela dan membelakangi Thomas.Thomas terdiam sejenak, mencoba memahami situasi yang saat ini sedang terjadi. “Semuanya berjalan baik, Yanjing pasti sudah memberitahu Ayah jika ada beberapa aturan yang aku ubah untuk penerimaan mahasiswa baru.”Hardy perlahan membalikan badannya dan melihat Thomas dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Thomas menarik napasnya dalam-dalam merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan sikap Hardy.Beberapa tahun setelah Hardy menjadi ayah tirinya, Thomas sudah cukup mengenal baik buruknya sifat Hardy Roven, meski cukup keras kepala, harus Thomas akui Hardy adalah sosok ayah