Share

Sepakat

Author: Asayake
last update Last Updated: 2025-05-20 14:23:01

“Kemana perginya dia? Apa mungkin dia kabur?” pikir Killian tidak menemukan keberadaan Eleanor.

Killin sudah pergi menemui ayahnya, dia sudah mandi, namun Eleanor masih tidak kunjung terlihat.

Killian membaringkan dirinya di ranjang dalam keadaan bertelanjang dada, melepas lelah dan menyingkirkan pikiran beratnya dari pernikahan yang semakin membebaninya.

Killian sudah mengenal Hardy sejak dia masih kecil, lelaki itu memiliki kesan yang baik dalam hidupnya sehingga Killian segan untuk membuatnya tesinggung apalagi menyakiti hatinya.

Sementara itu, pertemuan Killian dan Eleanor hanya berlangsung satu tahun terakhir saat dia baru kembali dari luar negeri, tidak ada satu kesanpun yang Killian miliki untuk menggambarkan sosok Eleanor Roven selain dengan kata 'dingin'.

Mendengar Hardy kini tengah sakit parah, rasanya tidak tega jika Killian membuatnya hati sahabat ayahnya itu terluka. Mungkin lebih baik jika Killian bersandiwara sejenak dihadapan Hardy agar Hardy bisa tenang dan bahagia di masa-masa terakhir dalam hidupnya.

Bersandiwara sejenak bukan masalah bukan?

Toh, Killian dan Eleanor saling membenci, bukan suatu beban jika nanti mereka berpisah baik-baik setelah nanti Hardy tiada. Sekalipun Eleanor akan menjadi mantan isterinya, orang tuanya pasti akan tetap menyayanginya.

Killian akan kembali pada kebebasannya, dan Elleanor akan kembali pada kehidupannya.

Samar Killian tersenyum, memuji jalan pikirannya yang cukup picik.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu terdengar, membawa Killian untuk bangkit meninggalkan ranjang dan melihat siapa yang datang.

Begitu tahu orang yang ada diluar adalah Eleanor, Killian langsung membuka pintu itu dan menyambutnya dengan tatapan meneliti.

Baru satu jam yang lalu Killian melihat Eleanor dalam keadaan berantakan, kini dia harus melihat pemandangan yang berbeda lagi. Wajah Eleanor merah sembab dan matanya bengkak karena banyak menangis, dia persis seperti seekor kucing tersengat lebah.

“Jangan menghalangi jalanku,” ucap Shanie dengan ketus, melewati Killian begitu saja hingga menabrakan bahunya menandakan permusuhan.

“Kita perlu bicara,” jawab Killian.

“Besok saja, sekarang aku sangat lelah,” jawab Shanie langsung melompat ke ranjang.

Baru saja hatinya mereda dari amarah dan kesedihan, namun saat melihat Killian, mendadak Shanie kembali jengkel karena kembali teringat bahwa kini dia terjebak dalam kehidupan dua pria yang dibenci.

Killian Morgan dan Javier Morgan sudah masuk kedalam daftar lelaki brengsek yang sangat Shanie benci! Sama-sama pemain wanita, pandai berbohong dan menipu, bermodal cangkang sempurna yang dengan hebatnya bisa menutupi prilaku amoralnya.

Tidak begitu mengherankan jika Killian dan Javier sama-sama brengsek, mereka adik kakak!

Shanie memukul keras dadanya dengan tangan terkepal, hatinya benar-benar sangat sakit saat kembali teringat kejadian di bar itu.

Javier dan Melody sangat keterlaluan, tidak termaafkan!

Shanie tidak rela membiarkan mereka melenggang sempurna menata masa depan setelah mengkhianati Shanie disaat dirinya tengah berjuang dimedan perang dan kini gugur.

Mereka berdua perlu diberi pelajaran atas pengkhianatan yang mereka lakukan.

Tidak akan pernah Shanie biarkan mereka berdua bahagia, keduanya harus hancur, sehancur hati Shanie malam ini.

“Kita perlu bicara, sekarang!”

Perlahan Shanie membuka matanya lagi, melirik Killian yang tahu-tahu sudah terbaring miring disisinya dalam keadaan telanjang dada.

Shanie tidak dapat menahan pandangannya untuk menelusuri wajah Killian yang masih tetap seperti beberapa tahun lalu, fisiknya selalu terpahat sempurna dari ujung kaki hingga kepala.

Dulu, kesempurnaan Killian yang tanpa celah sudah berhasil membuat Shanie terlena dalam pesonanya, hingga akhirnya ada satu moment dimana Shanie tersadar bahwa dia hanyalah kekasih tropi Killian.

Barang taruhan yang sengaja dirancang untuk dikejar, ditiduri, lalu ditinggalkan.

Shanie menghela napasnya dengan berat, mengembalikan kesadarannya lagi dari pesona semu Killian yang tidak ada bedanya dengan Javier. Apa yang terkanvas difisik mereka, berbanding balik dengan hatinya.

“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Shanie.

Perlahan Killian bangkit dari posisi tidurnya.

Setiap gerak tubuhnya terlihat elegant dengan alami, menunjukan kepribadian dari seorang pria bangsawan yang sudah diciptakan untuk berada level berbeda dari pria pada umumnya.

“Aku sudah dengar tentang ayahmu, sekarang aku mengerti mengapa kau tidak berusaha menentang pernikahan menyebalkan ini. Sudah terlanjur menikah dan membuat ayahmu banyak berharap, lebih baik kita senangkan hatinya agar ayahmu bisa tenang.”

Ucapan tidak terduga Killian berhasil membuat Shanie bangkit dari tempatnya. “Maksudmu apa?"

"Kita berpura-pura menjadi pasangan harmonis untuk keperluan keluarga dan bisnis,” jawab Killian menggantung, tidak berapa lama dia kembali berbicara, “aku tidak bermaksud mengharapkan hal buruk terjadi pada ayahmu Eleanor. Namun, jika suatu hari nanti ayahmu meninggal, lebih baik kita berpisah.”

Shanie yang kini terjebak dalam tubuh Eleanor itu mulai merenung. Meski kini tubuh Eleanor miliknya, Shanie harus bertanggung menjalankan kehidupan Eleanor dengan benar.

Eleanor Roven yang asli sangat menyayangi ayahnya, sudah sepatutnya Shanie membahagiakan Hardy sebagaimana Eleanor Roven yang asli menyayangi ayahnya.

“Aku setuju,” jawab Shanie.

Killian mengulum senyuman, dia cukup puas mendengar Eleanor yang langsung menyujui usulannya tanpa perlu berdebat. Kilian menjatuhkan tubuhnya lagi di ranjang dan terbaring terlentang.

“Kenapa kau terbaring disini?” protes Shanie tidak suka.

“Tentu saja tidur.”

“Tidak bisa, kita harus tidur terpisah.”

Killia merenggut tidak terima diusir dari tempat tidurnya, dengan tangan terlipat dada dia menjawab, “Jika ingin tidur terpisah, silahkan kau yang pindah. Aku tidak terbiasa membaringkan tubuhku disembarangan tempat.”

Shanie terperangah, pandangannya mengedar seketika mencari tempat yang bisa dijadikan untuk tidur, namun sayangnya tidak ada.

Dilihatnya kembali Kilian yang tetap terbaring dengan tenang ditengah-tengah ranjang, menghabiskan banyak tempat.

“Kenapa kau tidak tidak mengalah saja!” protes Shanie.

Killian mendengus kesal, matanya sudah sangat berat karena mengantuk, tapi wanita membosankan yang kini telah menjadi isterinya itu justru sibuk memperdebatkan perkara tempat tidur.

“Jika bisa tidur berdua, kenapa harus repot-repot terpisah?” tanya Killian dengan nada menggantung. Matanya perlahan terbuka dan secara terang-terangan meneliti tubuh Shanie yang kini terjebak dalam tubuh Eleanor. “Jangan-jangan, kau takut lupa diri karena ketampananku?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak di Pelaminan dengan Mantan   Mengusir

    “Ayah memanggilku?” tanya Thomas berdiri diambang pintu.“Duduklah Thomas,” perintah Hardy.Thomas akhirnya masuk ke dalam ruangan dan menutup rapat pintu untuk menghalangi usaha ibunya yang tengah berdiri dibalik dinding berusaha untuk mendengarkan pembicaraan.“Ayah ingin berbicara apa?” tanya Thomas setelah duduk.“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Hardy masih berdiri di depan jendela dan membelakangi Thomas.Thomas terdiam sejenak, mencoba memahami situasi yang saat ini sedang terjadi. “Semuanya berjalan baik, Yanjing pasti sudah memberitahu Ayah jika ada beberapa aturan yang aku ubah untuk penerimaan mahasiswa baru.”Hardy perlahan membalikan badannya dan melihat Thomas dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Thomas menarik napasnya dalam-dalam merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan sikap Hardy.Beberapa tahun setelah Hardy menjadi ayah tirinya, Thomas sudah cukup mengenal baik buruknya sifat Hardy Roven, meski cukup keras kepala, harus Thomas akui Hardy adalah sosok ayah

  • Mendadak di Pelaminan dengan Mantan   Pesan Hardy

    “Kita sudah sampai Pak,” ucap sopir menyadarkan Hardy bahwa mereka telah sampai dengan rumah.“Kau boleh keluar, aku mau duduk disini sebentar,” jawab Hardy.Sopir itu mengangguk samar sebelum akhirnya meninggalkan Hardy seorang diri di dalam mobil itu.Hardy memandangi layar handponenya dalam waktu lama, memperhatikan photo terakhirnya bersama Eleanor dihari pernikahannya. Hari yang paling begitu penting untuk hidupnya.Dulu Hardy berpikir bahwa dia akan merasa tenang setelah berhasil menyaksikan Eleanor menikah dan berada ditangan orang-orang yang paling dia percaya. Namun, entah mengapa kali ini hatinya gelisah seolah masih ada suatu perkara yang harus dia selesaikan.Perkara apalagi yang harus Hardy selesaikan?Hardy mengusap layar handphonenya, membuka daftar nomer telepon untuk mencari nama Killian untuk menghubunginya.Sesungguhnya, Hardy tidak begitu yakin apa yang akan dia bicarakan dengan Killian, namun hatinya terdorong untuk tetap melakukannya seakan ini bukanlah sesuatu y

  • Mendadak di Pelaminan dengan Mantan   Tertolak

    “Sepertinya teman-temanku akan datang terlambat, apa aku boleh duduk bergabung disini bersama kalian?” Eleanor menggenggam erat alat makannya dengan jantung berdebar kencang, menanti jawaban apa yang akan Killian berikan pada mantan kekasihnya yang hampir dia nikahi.Secara tidak terduga, tanpa repot-repot melihat ke arah Miranda, Killian menjawab, “Tidak bisa, duduk di tempat lain,” tolak Killian begitu cepat dan berhasil membuat Eleanor tercekat kaget.Senyuman dibibir merah Miranda berubah kaku. "A-a apa aku mengganggu kalian?" tanya Miranda gelagapan.“Jika sudah tahu akan menjadi pengganggu, ngapain berdiri lebih lama disitu?” jawab Killian dengan nada tidak bersahabat dan secara tidak langsung menegaskan bahwa Killian tidak bersedia membagi ruang dengan Miranda.Miranda tersenyum kaku, berusaha tetap anggun meski jelas wajahnya memucat malu.“Oh.. baiklah, maaf mengganggu waktu kalian,” ucap Miranda perlahan bergerak menjauh dan duduk di kursi yang jauh dari posisi Eleanor bers

  • Mendadak di Pelaminan dengan Mantan   Tamu tidak Diundang

    Sonya berdiri di pinggiran pagar tangga, melihat kedatangan Thomas yang terlihat kusut. Sudah lama Sonya menunggunya pulang karena tidak seperti biasanya Thomas mendadak tidak dapat dihubungi.“Kenapa kau tidak bisa ibu hubungi?” tanya Sonya tidak menahan rasa penasaranya labih lama. Sonya sedang berusaha keras mendekat para pemegang saham agar mereka mendukung Thomas menjadi peminpin yang sebenarnya setelah Hardy pensiun sepenuhnya. Eleanor tidak memiliki banyak pengalaman, berbeda dengan Thomas yang telah bertahun-tahun mengabdikan diri di sekolah seni.“Thomas, ada apa?” tanya Sonya sekali lagi.Thomas membuang napasnya dengan kasar, pria itu melangkah lebar menuju kamarnya diikuti oleh Sonya. “Eleanor mencuri handponeku, dia mengambil alih semuanya, mengambil semua data penting yang masuk melalui em*ail.”Sonya terbelalak “Apa? Bagaimana mana bisa?”Thomas menarik lepas dasi yang terpasang dilehernya, pria itu tidak berbicara sepatah katapun meski tahu ibunya berdiri menunggu jaw

  • Mendadak di Pelaminan dengan Mantan   Firasat

    Hardy yang berdiri di pinggiran halaman dengan bantuan tongkat yang menopang tubuh lemahnya, diam termenung menghabiskan waktu beberapa menitnya dengan memandangi langit, larut dalam kegelisahan yang sulit untuk dia mengerti.Setelah pagi tadi bertemu Eleanor, Hardy tidak bisa menghapus sosok putrinya dari benaknya. Rindu menekan dada Hardy.. Hardy masih teramat merindukan pelukan hangat Eleanor, meski Hardy mendekap putrinya dengan sangat erat, entah mengapa Hardy tetap merasakan Eleanor begitu jauh dari dirinya, seperti mereka telah terpisah waktu yang sangat panjang.Hardy mengusap dadanya yang berdebar kencang, merasakan suatu kesedihan dan kekosongan yang semakin hari semakin kuat.Disetiap malamnya, Hardy terus bermimpi didatangi Eleanor yang menangis dengan mengatakan satu yang sama, ‘Ayah, aku menyesal’.Hardy tidak tahu, kenapa dia merasakan sesuatu yang aneh seperti ini.Apa ini pertanda?Dalam satu gerakan kecilnya Hardy berbalik, memutuskan duduk dikursi yang telah dia t

  • Mendadak di Pelaminan dengan Mantan   Bimbang

    Sambungan telepon akhirnya terputus, menyisakan kesunyian dan penjelasan yang tengah dinantikan Killian melalui tatapannya yang tersirat.Eleanor sedikit membuang muka, menolak untuk bersentuhan. “Aku ingin, besok setelah pesta temanmu selesai, kita langsung pulang.”“Apa terjadi sesuatu?” tanya Killian masih menunggu kejujuran Eleanor untuk berbicara."Kenapa kau ingin tahu?" tanya balik Eleanor.Dagu Killian sedikit terangkat, pria itu berdeham pelan menyembunyikan kepeduliannya yang harus dia sembunyikan. "Sekarang aku ini suamimu, sangat memalukan jika suatu hari nanti aku justru tahu masalahmu dari orang lain."Eleanor menarik napasnya dalam-dalam, melihat bayangan mereka yang terlihat di permukaan jendela. “Aku akan memenjarakan Sonya juga Thomas atas pembunuhan berencana.”Killian terdiam tidak merespon, ekspresi diwajahnya tetap tenang namun sorot matanya terlihat tajam. “Pembunuhan berencana terhadap siapa?”Eleanor menghela napasnya dengan berat, sangat berat untuknya bercer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status