LOGINDuduk bersembunyi di tangga darurat, Shanie membuka tas yang telah Hardy bawakan untuk Elenaor Roven.
Shanie harus memeriksanya terlebih dahulu sebelum kembali ke kamar, mungkin saja dari dalam tas itu dia akan menemukan sebuah jawaban penting mengapa jiwanya bisa terjebak dalam tubuh Eleanor. Dari dalam tas itu, Shanie hanya menemukan dompet yang berisi identitas dan kartu lainnya, alat make up dan dan sebuah handpone. Cukup dengan sidik jari, handpone yang sempat terkunci akhirnya terbuka, mempermudah Shanie untuk menemukan banyak informasi didalamnya. Melalui gallery handpone, Shanie menemukan ratusan photo milik Eleanor sejak dia masih kecil hingga dewasa. Menariknya, semua photo didalam gallery itu, Eleanor tengah mengenakana pakaian ballet dengan beberapa potong cuplikan video pertunjukan gemilangnya di atas panggung. Tampaknya, Eleanor sangat mencintai ballet. Pantas saja Hardy sempat membicarakan sebuah pertunjukan pada Shanie, ternyata inilah jawabannya. Tidak menemukan titik terang dari dalam gallery photo, Shanie berpindah pencarian pada kotak pesan, mencari-cari tahu hal lain tentang Eleanor yang mungkin akan menemukan sebuah jalan pada Shanie. Satu persatu pesan telah Shanie buka, dimulai dari beberapa ucapan selamat pernikahan hingga pesan dari dua nomer asing yang tidak bernama. Shanie membuka nomer asing teratas itu dan membaca pesan singkat yang diterima. 9:49 PM xxxx ‘Satu butir obat itu murni dari racum hemlock, Anda hanya perlu melarutkannya dalam sedikit air sebelum ditenggak. Anda tidak perlu lebih banyak obat untuk menyebabkan kematian karena obat itu akan langsung menyerang system syaraf pusat dan menyebabkan kejang-kejang. Racun itu akan memberikan kematian tersenyum pada korbannya, Nona Eleanor' 'Berapa persen kemungkinan akan terjadi kematian setelah meneguknya?' 'Racun hemlock pernah menjadi hukuman mati Socrates dalam penjara. Jika Anda bertanya tentang kemungkinannya, 100% saya menjamin kematian' Pesan singkat berbahaya itu berhasil membuat Shanie merinding hingga bertanya-tanya, untuk apa Eleanor memesan sebuah racun yang mematikan dimalam sebelum hari pernikahannya? Rasa penasaran yang kian membesar membuat Shanie menggulir layar kekebawah, membuka pesan lain dari sebuah nomer tidak bernama. Saat Shanie membukanya, hanya ada rekaman audio yang sempat Eleanor kirimkan ditengah malam, namun tidak mendapatkan balasan apapun meski pesan itu telah dibuka. Ragu-ragu Shanie membuka rekaman audio itu dan mendengarkannya dengan seksama. 02:14 AM xxxx “Bertahun-tahun aku bersabar, menunggumu untuk berani berbicara dan menghadap ayahku. Sudah empat tahun aku menanti, akan sampai kapan aku digantung dengan penantian seperti ini? Berapa puluh kali lagi aku harus meyakinkanmu bahwa aku siap menghadapi konsekuensiku! Mengapa begitu sulit untukmu datang pada ayahku hanya dan mengatakan bahwa kau mencintaiku dan kau ingin menikahiku? Sekarang ayahku sakit keras dan hidupnya tidak akan lama lagi, kau baru akan bicara setelah ayahku meninggal?!” “Besok aku akan menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai, dan setelah aku menikah ayahku akan pergi selama-lamanya. Lalu apa yang kau lakukan disana? Jika kau memang mencintaiku, waktumu hanya tinggal lima jam lagi.” 05.30 AM xxxx “Sepanjang malam aku menunggumu hingga kulihat pajar kini telah datang. Sepertinya kau memang akan selamanya bersembunyi meski kau tahu bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu dan ayahku. Jika pada akhirnya aku tidak akan menjadi milikmu, dan aku akan kehilanganmu, lebih baik aku mati sebelum merasakan bagaimana rasanya kehilangan ayahku maupun dirimu untuk selamanya.” “Jika ditengah upacara nanti aku meninggal dengan senyuman dalam balutan gaun pengantin. Percayalah itu adalah senyuman terakhirku untuk ayahku, cinta pertamaku dan satu-satunya pria yang benar-benar tulus mencintaiku, bukan pecundang sepertimu.” Shanie membekap mulutnya dengan kuat, berkali-kali dia mendengarkan ulang isi suara Eleanor Roven yang menangis putus asa menyampaikan kerapuhan hatinya pada seseorang yang tidak tersebutkan namanya. Seorang pria yang benar-benar Eleanor cintai, namun cintanya tidak disambut dengan baik dan hanya digantung tanpa ada kepastian maupun perjuangan. Pesan suara itu adalah sebuah jawaban yang Shanie cari dan menjadi alasan kuat mengapa hari ini terjadi sebuah keajaiban. Shanie berusaha menyimpulkan yang akhirnya berakhir pada satu titik jawaban. Eleanor Roven telah mempersiapkan diri untuk mengakhiri hidupnya dihari pernikahan yang tidak dia inginkan dengan meminum racun. Racun hemlock yang akan membuatnya mati tersenyum akan membuat semua orang berpikir bahwa dia hanya perempuan malang yang meninggal dihari pernikahan. Eleanor melakukannya karena dia kecewa dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa kekasihnya tidak memperjuangkannya hubungan mereka meski tahu Eleanor akan menikah dengan lelaki lain. Eleanor Roven tidak siap menerima kenyataan jika setelah nanti dia menikah, Hardy tetap meninggal dan dia juga kehilangan kekasihnya. Jika pada akhirnya Eleanor akan kehilangan keduanya, dia memutuskan untuk menghilangkan diri sendiri sebelum tahu bagaimana rasanya ditinggalkan. Sejatinya, Eleanor sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri karena ia menyerah, berbeda dengan Shanie yang kehidupannya berakhir karena dia diserang peluru dan artileri. Tuhan memberinya kesempatan kedua karena Shanie tidak menginginkan kematian. Sekarang, Shanie bisa bernapas dengan lega dan tidak digelayuti rasa bersalah lagi, kesempatan kedua ini terjadi bukan karena Shanie merebut jiwa Eleanor, tetapi Eleanor memberikan tubuhnya untuk Shanie ambil alih. Tapi, siapa sebenarnya lelaki pecundang yang sudah membuat Eleanor Roven sampai nekat mengakhiri hidupnya?Kobaran api membumbung tinggi ditengah kegelapan malam, suara peletikan barang-barang yang terbakar terdengar ditengah teriakan Melody yang panik meminta pertolongan pemadam kebakaran.Kepanikan Melody kian menjadi saat jendela kamarnya pecah akibat panas yang kuat, wanita itu berlari keluar kamar tanpa membawa apapun selain tas dan handphone. “Melody! Bantu ibu!” perintah Marisa dengan napas tersengal menghirup asap pekat yang mengeringkan tenggorokan dan membuat mata sangat perih.Melody berlari membantu mengangkat Anie yang tergeletak di lantai dalam keadaan pingsan.“Barang-barangku!” jerit Melody menangis menatap kamarnya yang telah terlahap api tidak sempat untuk dia selamatkan satupun. “Sudah Melody, kita harus keluar sekarang! Tidak ada waktu,” bentak Marisa ikut menangis, sekuat tenaga mengangkat Anie ditengah-tengah kebakaran yang semakin mengelilingi. “Lepaskan saja Nenek! Kita tidak bisa menyelematkannya dalam kondisi seperti ini, kita akan ikut terpanggang!” Melody men
Melody mengusap keningnya yang berkeringat dingin. Wanita itu membuka handponenya berkali-kali dengan cemas, semua orang telah dia hubungi untuk meminta pertolongan, namun tidak ada satupun dari mereka yang memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang Melody harapkan.Javier telah resmi menggugat cerai dirinya, Javier juga menuntutnya atas penipuan berencana.Melody tidak dapat melakukan apapun sekarang, jika dia nekad untuk menggugurkan kandungannya, dia akan akan mendapat masalah yang lebih besar.Meski perceraian sangat menyakitkan, Melody masih bisa mengatasinya. Namun tidak dengan tuntutan penipuan yang Javier layangkan, pria itu meminta ganti rugi 1 juta dollar.Darimana Melody mendapatkannya? Untuk menyewa pengacara saja dia menghabiskan sebagian tabungannya.Melody bingung. Saat semua orang tahu bahwa dia menikah dengan Javier Morgan, mereka berbondong-bondong ingin mengenalnya seperti tambang emas yang bisa digali. Namun, begitu mendengar desas-desus Melody akan diceraikan
Kegelapan malam menyelimuti ibu kota. Eleanor membuang muka, membiarkan jendela yang terbuka membawa angin masuk yang menerpa wajahnya.Kesal, itulah yang Eleanor rasakan saat ini, pasalnya Killian kukuh untuk mengikutinya meski Eleanor berkal-kali melarang, pria itu seperti seekor anjing yang tidak terantai, terus bergerak dibawah kakinya dan mengibaskan ekornya.Setelah saling jujur tentang kebenaran yang terjadi, Eleanor berpikir bahwa Killian akan mulai berpikir dua kali dengan setiap tindakannya, namun sepertinya Eleanor harus menyimpan harapannya dalam-dalam.Tidak ada yang bisa mengubah kepribadian Killian..“Shanie,” panggil Killian mengusap paha Eleanor.Eleanor membuang napasnya dengan berat. “Jangan menyebut nama itu lagi Killian. Aku bukan Shanie lagi,” peringat Eleanor menepis tangan Killian dari pahanya.Tidak lebih dari satu detik, Killian kembali menempatkan tangannya di paha Eleanor dan mengusapnya, tangannya yang lain tengah menyetir. Pria itu memandangi jalanan den
“Ya, aku Shanie..”Deg!Jantung Killian berhenti berdetak, pria itu membeku, waktu seakan ikut berhenti saat itu juga.Jawaban Eleanor meledakan perasaan yang telah lama terbelenggu di dalam hati terdalam Killian. Menjawab hayalan Killian yang selama ini melampaui akal sehatnya sampai membuat Killian berpikir, bahwa dia semakin tidak waras karena tidak bisa membedakan Eleanor Roven dan Shanie Spancer.Kini, terjawab sudah, bukan Killian yang tidak waras, namun nalurinya yang terlalu kuat untuk menyadari keberadaan Shanie Spancer.Ternyata, inilah alasan Killian yang belasan tahun tidak pernah bisa melupakan Shanie tiba-tiba dengan mudahnya dapat berpaling pada Eleanor Roven yang bertahun-tahun lamanya dia benci.Shanie-nya yang Killian cari telah ada disampingnya, menyatu dengan raga Eleanor.Di kehidupan pertama maupun yang kedua, Shanie Spancer memang telah ditakdirkan untuknya meski wanita itu membencinya, jiwa Shanie adalah miliknya.Killian kembali memandangi Eleanor, tenggelam
Tubuh Eleanor menegang terjebak dalam pelukan Killian, pria itu menyembunyikan wajahnya di pundak terbuka Eleanor dan menghirup aromanya dalam-dalam dengan mata terpejam.“Sebentar saja,” bisiknya memeluk lebih kuat kala Eleanor bergerak hendak melepaskan diri.Sekali lagi Killian menghirup aroma Eleanor, perlahan membuka mata dengan napasnya yang memberat.Bukan salahnya jika Killian terus menerus teringat dengan Shanie Spancer. Eleanor sendiri yang memancing ingatan Killian untuk terus menerus mengingat Shanie.Cara bicaranya, tingkahnya bahkan hal-hal kecil yang biasa Shanie lakukan ada pada diri Eleanor.Bahkan saat Killian mampu mengatakan dengan lantang bahwa mencintai Eleanor, tetap saja ada bayangan seorang Shanie yang Killian lihat dibalik diri isterinya.Killian tidak tahu apakah kegilaannya telah kembali kambuh, atau ini suatu takdir yang memang digariskan untuknya. Killian pernah disiksa oleh penyesalan selama belasan tahun, menanti kesempatan kedua dari seorang Shanie hin
Pintu terbuka, harum aroma masakan menyambut kedatangan Killian di panthouse itu. Dengan seikat bunga di tangan, pria itu bergerak ke dapur yang mengundang nalurinya untuk datang ke sana.Eleanor yang membelakanginya, tengah sibuk memasak dengan kaki tidak beralas. Sudut bibir Killian terangkat mengukir senyuman, hatinya menghangat melihat untuk pertama kalinya, Eleanor Roven berkutat di dapur mempersiapkan makan malam.Inilah yang Killian suka jika mereka hanya tinggal berdua, Killian tidak perlu membuang banyak waktu untuk orang lain selain Eleanor. Killian bisa bebas memalukan apapun. Bahkan, jika tidak ada makanan yang bisa disantap, ada Eleanor yang bisa Kilian baringkan di meja makan untuk dia makan seorang diri.Killian pernah mencicipi Eleanor dengan ice cream. Bagaimana rasa Eleanor jika dia bercampur anggur?Bibir Killian memutar menahan senyuman yang semakin lebar karena bayangan liar yang muncul di kepala.Killian meninggalkan bunganya di meja, menanggalkan jassnya di k







