/ Romansa / Mendadak jadi Istri Sainganku yang Tampan / 2. Sok Cuek, tetapi Perhatian

공유

2. Sok Cuek, tetapi Perhatian

작가: pramudining
last update 최신 업데이트: 2024-09-28 05:40:44

"Yah, aku nggak ma!" tolak Zoya sekali lagi.

Namun, Arvin mencekal pergelangan Zoya sembari mendelik. "Diam," bisiknya.

Zoya lantas mengatupkan bibir erat. Wajah menakutkan Arvin sekali lagi terlihat olehnya.

Dulu, dia pernah membantah perkataan lelaki itu dan berujung dengan kesakitan. Arvin tak segan-segan menggunakan kekuatan untuk membuatnya diam!

Menghentakkan kaki dan berjalan ke sofa, Zoya duduk sambil menyilangkan tangannya. "Kenapa Ayah harus memintanya menikahiku?" gumamnya.

"Aku memang nggak pantas untuk menikahimu, tapi bisakah kamu memenuhi permintaan beliau demi kesembuhannya?" kata Arvin dengan wajah datar. Sungguh sikap lelaki itu makin membuat Zoya membencinya.

"Bagus kalau kamu sadar diri. Jadi, aku akan menolak permintaan Ayah tadi."

"Zoya!" ucap Arvin tegas. Gejolak di hatinya membara.

Bukan setahun dua tahun, tatapan mata perempuan itu penuh kebencian padanya. Namun, sampai belasan tahun berlalu, Zoya tetap melihatnya seperti itu. Andai waktu bisa diputar, Arvin pasti tak ingin mengalahkan Zoya. Namun, ucapan Arsyad kembali terngiang sehingga menyebabkan semangat Arvin membara. 

"Jangan jadikan kelemahan orang tuamu dalam hal keuangan menjadi penghambat sekolahmu. Justru karena orang tuamu yang nggak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa. Maka, kamu harus berhasil. Jika kamu terus mendapatkan gelar juara, Bapak akan memberikan beasiswa sampai kamu lulus kuliah," ucap Arsyad waktu Arvin masih kelas 5 SD.

Namun, di balik semua gelar juara dan prestasi yang berhasil diraih Arvin. Ada kebencian Zoya yang tak pernah bisa dipadamkan. Demi membuktikan kemampuannya jauh di atas Arvin, Zoya rela merantau dan mengejar kariernya sendiri.

"Apa?" ucap Zoya. Matanya membulat sempurna, menantang Arvin. "Aku tahu apa niatmu saat mengiyakan permintaan Ayah. Pasti kamu ingin, aku berada di bawah kuasamu. Bukankah dengan menjadikanku istri, maka posisiku akan berada di bawah kendalimu?"

"Terserah," jawab Arvin. Dia memilih duduk di sebelah Arsyad.

Tak ada kata bantahan lagi yang keluar dari bibir Zoya. Arvin pun tak peduli dengan kehadiran perempuan itu. Dia memilih menyalakan layar laptop sambil menjaga Arsyad.

Satu jam kemudian, ketika Arvin sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Zoya tertidur pulas di sofa. Tangan perempuan itu menyilang di depan dada dengan kepala mendongak. Tersenyum, Arvin menggelengkan kepala melihat keadaan Zoya.

Sangat hati-hati, lelaki itu mengubah posisi tidur Zoya. Memberikan selimut demi kenyamanan perempuan yang sangat membencinya.

"Aku selalu berharap, kita bisa berbaikan seperti dulu. Jadi, kita bisa mendiskusikan banyak hal. Terutama tentang beberapa usaha milik keluargamu," ucap Arvin lirih. Hanya, ketika seperti inilah, Zoya tenang dan Arvin bisa berkata cukup panjang.

"Tidur yang nyenyak," ucap Arvin mengakhiri semua tindakannya. Dia sendiri akhirnya kembali duduk di sebelah Arsyad.

Rasa perih yang melilit perutnya, membuat Zoya membuka mata. Mengedarkan pandangan, netranya menangkap sosok Arvin dengan mata tertutup sambil duduk. Laptopnya pun masih menyala.

Zoya bergerak mendekati lelaki itu. "Dasar, sudah ngantuk masih saja nonton film." Tangannya bergerak hendak mematikan laptop tersebut. Namun, matanya terpaku ketika melihat wallpaper. "Sialan! Mana mungkin aku akan menikah dengan lelaki sepertinya."

Mendengar suara yang begitu dekat dengannya, Arvin menggerak-gerakan bola mata. Namun, dia masih enggan untuk membuka.

"Ada apa?" tanya Arvin dengan mata terpejam.

"Nggak ada. Aku mau keluar nyari makanan. Tolong jagain Ayah." Zoya segera berbalik sebelum mata Arvin terbuka. Namun, langkahnya terhenti ketika pergelangan tangannya di cekal.

"Kamu lapar? Biar aku yang beli makanan."

"Nggak usah," ucap Zoya sambil mengibaskan tangan supaya cekalan Arvin terlepas.

"Nggak usah gengsi. Di luar sana banyak orang jahat," ucap Arvin. Tatapan matanya menembus jantung Zoya. Membuat wanita itu berpikir seribu kali untuk tetap meneruskan niatnya.

"Belikan aku sate ayam," ucap Zoya memerintah. Dia juga menyodorkan selembar uang kertas berwarna merah. "Kalau kamu mau, beli juga."

"Aku cowok. Simpan uangmu." Arvin langsung berdiri dan mengibaskan tangan Zoya yang memegang uang.

"Masih saja sombong padahal jelas-jelas belum bekerja. Dari mana dapat uang. Makan sama tempat tinggal saja masih numpang di rumahku," gerutu Zoya.

Memastikan bahwa Arvin benar-benar sudah keluar dari ruangan tersebut, Zoya menyentuh benda persegi milik Arvin yang dimatikannya tadi.

"Aku harus punya bukti supaya ayah nggak memaksaku untuk menikah dengannya."

Jemarinya mulai menghidupkan layar laptop milik Arvin. Namun, lelaki itu cukup cerdas supaya tidak sembarang orang bisa membukanya. Arvin mengunci laptopnya.

"Sial," umpat Zoya, "padahal aku tadi sudah melihat foto Adeeva yang dijadikan wallpaper."

Zoya tak ingin menyerah mendapatkan bahan sebagai penolakan permintaan ayahnya. Dia memasukkan beberapa angka, tetapi gagal. "Jika password-nya bukan kelahiran Adeeva. Pasti tanggal lahirnya sendiri."

Mencoba sekali lagi, Zoya ternyata masih gagal. Sudah dua kali dia mencoba dan hasilnya nihil. "Jika aku memasukkan sekali lagi angka dan salah. Maka, aku harus menunggu sekitar satu jam untuk mencobanya. Nggak mungkin kekejar kalau begini, Arvin pasti sudah datang," gerutunya.

Jemari Zoya bergerak-gerak tak pasti di atas keyboard laptop. Sesekali menghela napas panjang karena otaknya buntu dan belum mendapatkan ide rangkaian angka yang akan dimasukkan. Perempuan itu melirik arlojinya, sudah setengah jam berlalu. Kemungkinan besar, sebentar lagi Arvin datang.

Cepat-cepat Zoya mematikan laptop, mengembalikannya ke posisi semula. Demikian juga dirinya, kembali ke sofa dengan memejamkan mata. Tak lama berselang, handle pintu yang diputar terdengar, Zoya membuka mata.

"Ini, makanlah." Arvin menyerahkan kantong plastik berwarna putih dengan logo warung sate favorit Zoya.

Lalu, lelaki itu duduk kembali di tempat semula.

"Vin, kamu beneran beli sate di warungnya Om Riswan," tanya Zoya, "memangnya masih buka jam segini?"

"Masih," jawab lelaki dengan tahi lalat di leher sebelah kiri.

"Kok bisa masih buka padahal sudah jam sepuluh lebih." Zoya membuka bungkusan yang dibawa Arvin. Matanya berbinar ketika tusukan-tusukan daging itu terlihat menyatu dengan bumbu kacang dan kecap.

"Tinggal chat Fattah saja," sahut Arvin. Setengah mati, dia menahan senyum ketika melihat Zoya mulai memakan sate. Usahanya tidak sia-sia, perempuan itu terlihat bahagia dan perkataannya tak lagi ketus seperti tadi.

"Oh, pantesan. Ternyata kamu menggunakan koneksi orang dalam." Zoya kembali melanjutkan makan malamnya. Dia begitu asyik dan menikmati semua makanan di depannya.

Perempuan dengan rambut lurus dan berponi itu tak sadar jika sudah diperhatikan oleh Arvin. Dia terus menggigit sate-sate tersebut, sesekali mengibaskan rambut dan poninya supaya tidak mengganggu. Arvin tak tahan melihat Zoya yang sedikit kesusahan dengan rambutnya. Membuka tas dan mengeluarkan kotak kecil berisi karet, dia mendekati Zoya.

Tanpa kata, lelaki itu memegang rambut sang gadis.

"Eh, mau ngapain?" bentak Zoya.

"Makan saja. Rambutmu mengganggu kalau nggak dikuncir." Tak menggubris protesan si gadis, Arvin melanjutkan kegiatannya. Menyatukan semua rambut Zoya ke belakang dan menguncinya dengan karet yang sudah dia bawa tadi. Lalu, dia juga merapikan poninya Zoya, menjepitnya ke samping kiri dengan jepit kupu-kupu yang sudah disiapkan.

Sejenak, Zoya terdiam. Lalu, berkata, "terima kasih." Melanjutkan makannya kembali.

"Sama-sama," jawab Arvin. Tak ingin jantungnya terus berdisko, dia kembali duduk di dekat Arsyad.

"Tumben ngomong terima kasih," kata Arvin dalam hati.

Selesai dengan makan malamnya, Zoya menatap Arvin dengan gelisah. "Vin," panggilnya.

"Apa?"

"Bisa pinjem laptopmu?"

"Untuk," jawab Arvin datar nyaris seperti orang mengintimidasi.

"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."

"Pake saja."

Menghidupkan kembali benda yang sempat tadi diotak-atik, Zoya memajukan bibir. "Password-nya, Vin."

"260597," ucap Arvin santai. Namun, tidak dengan Zoya.

Kening perempuan itu berkerut.

Bukankah ini tanggal lahirnya?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Mendadak jadi Istri Sainganku yang Tampan   42. Kebahagiaan Sebenarnya

    Happy Reading*****Zoya berbalik akan segera berlari menjauhi sang suami. Namun, Arvin sudah memegang pergelangan tangannya terlebih dan mendekapnya sehingga Zoya cuma bisa tertawa."Puas, ya, ngerjain Mas kayak gini?" Menciumi seluruh wajah dan kepala sang istri. Zoya tertawa lepas. Setelah banyaknya kejadian tidak mengenakkan yang terjadi akhir-akhir ini, sekarang dia mendapatkan kebahagiaan. Pernikahan yang awalnya membuat ragu kini akan berubah menjadi keluarga kecil yang Insya Allah membahagiakan. "Mas, sih. Mukanya tegang gitu padahal yang over thinking sebelumnya adalah aku. Kenapa berubah nggak yakin setelah melihatku tadi?" Kedua tangan Zoya menangkup pipi Arvin membuat bibir lelaki itu monyong. Arvin berusaha tersenyum, tetapi kesulitan karena kedua tangan Zoya. Akhirnya, lelaki itu hanya memandang sang istri lekat sambil membayangkan ketika dulu Zoya sering sinis dan marah-marah tidak jelas padanya. Walau lelaki itu sudah berusaha menjelaskan dan bertanya kenapa sikap

  • Mendadak jadi Istri Sainganku yang Tampan   41. Overthinking

    Happy Reading*****Zoya beranjak meninggalkan Arvin. Kakinya menghentak keras karena kesal. "Katanya cinta, cuma diminta tolong gitu saja nggak mau," gerutunya sepanjang perjalanan menuju kamar. Sebagai lelaki yang cukup peka dengan sikap istrinya, Arvin menyusul wanita yang sudah dia cintai sejak dulu itu. Sebelum sampai di kamar dan membuka pintu, pergelangan Zoya dipegang. "Jangan marah dulu, dong, Sayang. Bukannya Mas nggak mau beliin mangga muda, tapi Mas penasaran sama sikapmu sekarang. Kamu nggak pengen periksa ke dokter?""Aku nggak sakit, ya. Ngapain periksa?" Zoya menyilangkan tangannya. Bibirnya mengerucut dan tatapan matanya semakin jengkel pada sang suami. Menghela napas sambil mengelus dada, Arvin meletakkan tangannya ke pundak sang istri. "Ke dokter bukan cuma sakit saja, kan? Kamu nggak kepikiran aneh padahal sudah hampir dua bulan nggak datang bulan. Minimal, kamu tes mandiri deh, Sayang." Saat itulah kening Zoya berkerut. Entah mengapa beberapa bulan ini, dia tid

  • Mendadak jadi Istri Sainganku yang Tampan   40. Merajuk

    Happy Reading*****"Ibu," teriak Hasbi. Lelaki itu segera merangkul perempuan yang telah melahirkannya dan berteriak untuk memanggil Ambulance.Sementara Arvin, mencengkeram kuat leher Noval. Dia juga melayangkan bogem dengan sekuat tenaga. Polisi langsung mengamankan lelaki yang telah melukai ibunya Hasbi tersebut. Namun, lelaki itu terus memberontak hingga satu pukulan kembali melayang padanya. "Dasar manusia jahat. Masih saja ingin melawan. Kamu mau membusuk di penjara seumur hidup?" bentak Arvin."Aku bersumpah nggak akan mati sebelum menghabisi kalian semua. Nggak usah mimpi, Vin," umpat Noval. "Menyerahlah sebelum kami melakukan tindakan lebih buruk dari ini." Polisi memukul kaki Noval, mengurangi pergerakannya.Sementara itu, Zoya terpaku melihat tantenya bersimbah darah di pelukan Hasbi. Air matanya tak henti-hentinya mengalir. "Bi, gimana kalau tante ....""Sstt. Berdoa yang baik-baik saja." Hasbi langsung menggendong ibunya kelur dari ruang meeting. Di luar, ambulance s

  • Mendadak jadi Istri Sainganku yang Tampan   39. Korban

    Happy Reading*****"Om, jangan bertindak gegabah. Njenengan itu sudah menjadi buronan polisi saat ini. Kalau sampai Mbak Zoya terluka, hukuman yang didapat nggak main-main. Kemungkinan besar, Om Sano akan membusuk di penjara," peringat Hasbi. Dia bergerak pelan untuk menyelamatkan saudaranya."Diam, Bi. Jangan ikut campur. Kalau kamu bergerak lagi. Aku benar-benar akan menghabisinya," ancam Sano. Pisau yang dia acungkan ke leher Zoya menempel erat di kulit. Di belakang lelaki paruh baya itu sudah ada Noval dan lelaki yang paling dibenci Hasbi. Suami ibunya itu membawa serta perempuan yang telah melahirkan Hasbi. "Jangan ikut campur kalau nggak mau nyawa ibumu melayang," peringat Noval. Lalu, dia menatap semua orang yang ada di ruangan itu. "Sebaiknya, kalian juga diam. Jangan ada yang berani bergerak untuk menghubungi polisi kalau nggak mau nyawa melayang."Noval melemparkan map berwarna hitam ke meja meeting. "Silakan kalian tanda tangani berkas itu. Setelahnya, kalian bisa pergi

  • Mendadak jadi Istri Sainganku yang Tampan   38. Tertangkap

    Happy Reading*****"Jika laporan rugi laba ini benar, kenapa pihak-pihak yang bekerja sama dengan kita masih komplain? Para karyawan juga banyak yang mengeluh jika Zoya membiarkan masalah itu terus berlanjut," tanya Sekar. "Benar. Ketika saya mengadakan sidak beberapa waktu lalu, salah satu karyawan sempat mengatakan bahwa kamu nggak mengambil tindakan apa pun. Cuma menyortir bahan amentah yang ada di frezer gudang. Selebihnya, kamu nggak amengambil tindakan apa pun," kata salah satu pemilik modal."Pasti yang bapak tanyai adalah karyawan dengan posisi pekerja biasa atau pelaksana. Coba njenengan tanya pada semua jajaran presidium yang ada di pabrik ini. Bagaimana Mbak Zoya dan saya berusaha mengatasi masalah yang ada tanpa bantuan siapa pun. Kami malah mendapat intimidasi dari beberapa orang tak dikenal," terang Hasbi. Zoya berdiri, menetap semua orang yang hadir penuh selidik. "Saya tahu, ada seseorang dari njenengan-njenengan ini yang nggak mau saya berada di posisi sekarang. Se

  • Mendadak jadi Istri Sainganku yang Tampan   37. Masuk Perangkap

    Happy Reading*****Arvin menatap semua anggota keluarganya bergantian. "Kalau kita nggak menyembunyikannya. Aku takut, apa yang mereka rencanakan akan jauh lebih besar lagi. Bukan nggak mungkin kalau nyawamu juga menjadi incaran mereka," ucapnya pada sang istri. Diam, semua orang yang ada di ruang perawatan itu mencoba berpikir dan menimbang ide yang dikemukakan Arvin."Mereka itu orang yang berpikiran sempit. Kita nggak bisa menjamin jika mereka nggak merencanakan semua itu apalagi selama ini rencana-rencana yang disusun selalu gagal. Bu, Pak, aku nggak bisa mengambil resiko jika sampai mereka benar-benar menargetkan kematian Zoya.""Sepertinya, apa yang dikatakan Mas Arvin benar. Ada baiknya kita mengikuti permainan mereka. Mungkin dengan jalan ini, kita bisa mengetahui keberadaan Om Sano dan Noval. Jika orang yang dianggap penghalang sudah nggak ada, bisa dipastikan keduanya akan muncul," tambah Hasbi yang merasa ide sang ipar bisa dijalankan.Terdengar tarikan napas Zoya, dia m

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status