Share

Bab 13

Author: Zelda
"Kamu!"

Yasmin belum sempat mengatakan apa-apa, tetapi Rachel sudah berjalan pergi.

Yasmin berdiri diam di tempat, gemetaran karena amarah!

Pada saat ini, James dan Ivana berjalan mendekat.

Yasmin segera mengendalikan diri, memasang wajah menyedihkan, lalu berkata, "Ayah, Ibu, lihatlah. Aku hanya ingin berbicara dengan Kakak, tapi dia mengabaikanku."

Mata James dipenuhi kilatan dingin ketika bertanya, "Yasmin, kejadian pingsannya Nenek nggak ada hubungannya denganmu, 'kan?"

Jika tidak, mengapa waktu kedatangan mereka begitu tepat? Selain itu, bukankah Yasmin yang mengusulkan untuk pergi ke rumah tua?

Wajah Yasmin menegang, lalu dia segera menyangkal, "Ayah, apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin ini ada hubungannya denganku?"

Mata Yasmin seketika berkaca-kaca. "Karena masalah video itu, aku mengajak kalian semua datang untuk membantu mengatakan hal baik tentangku pada Nenek, agar Nenek nggak begitu membenciku. Bagaimana aku bisa tahu kalau Nenek akan pingsan ...."

Ivana menegur, "Benar, Yasmin adalah anak yang sangat baik dan pemalu. Dia bahkan nggak berani menginjak semut sampai mati, bagaimana mungkin dia melakukan hal seperti itu? Kamu jangan menuduhnya."

"Sebaiknya memang begitu," ujar James sambil mendengus dingin.

Untuk membuktikan dirinya tidak bersalahan, Yasmin berkata, "Tenang saja, Ayah. Nenek pasti akan sadar. Aku sudah menghubungi kenalanku untuk mencari dokter terkenal. Aku dengar ada dokter wanita muda yang terkenal dengan kegeniusannya dari Negara Anjaya bernama Sunny. Dia sedang berada di Kota Handar. Meskipun sangat misterius, aku pasti akan menemukannya untuk mengobati Nenek. Nenek pasti akan sadar."

James membalas, "Kamu memang berbakti. Segera hubungi dia."

Setelah berkata demikian, dia dan Ivana pergi terlebih dulu. Yasmin berdiri di tempat, perlahan mengepalkan jarinya erat-erat.

Kenapa? Kenapa dia selalu ditekan dengan keras oleh Rachel?

Saat pesta ulang tahun kemarin, hari ini pun juga! Seharusnya Rachel sudah hampir kehilangan segalanya, tetapi Nenek malah memberikan sahamnya pada si jalang Rachel!

Lima puluh satu persen!

Ketika mendengar angka itu, Yasmin merasa cemburu sampai hampir menggila!

"Dasar tua bangka bodoh! Kamu begitu nggak suka padaku, ya?" batin Yasmin.

Yasmin benar-benar menyesal tidak langsung menggunakan obat keras untuk membunuh Stella!

Sementara mengenai obat itu ....

Sudut bibir Yasmin menunjukkan senyum dingin.

Tidak masalah. Mereka mengatakan bahwa hal ini akan dilakukan secara rahasia. Jadi, tidak akan ada yang mengetahuinya, meskipun dokter genius itu datang!

...

Dua hari berlalu dengan cepat. Rachel terus berada di Rumah Sakit Handar.

Dia memanggil Camila, lalu mereka berdua mengawasi semuanya secara langsung di rumah sakit. Keduanya mempelajari rencana pengobatan untuk Stella.

Di ruang medis, Camila menggosok keningnya dengan lelah.

"Bagaimana bisa begini? Sampai sekarang kita masih belum menemukan penyebab Bu Stella pingsan! Pengobatan barat sudah dicoba, tapi tetap nggak ada tanda-tanda dia akan sadar!" ujar Camila.

Rachel tetap tenang, mengeluarkan buku medis yang baru-baru ini ditelitinya, lalu bertanya "Bu Camila, bagaimana dengan resep obat ini? Aku ingin mencobanya."

Camila membetulkan kacamatanya, lalu melihat resep dengan cermat. Matanya langsung menunjukkan kekaguman, lalu dia berujar, "Benar juga, kombinasi semua tanaman herbal ini sangat bermanfaat. Mungkin ini akan memberikan efek yang kita inginkan. Kamu berhasil menemukan resep ini."

Camila melihat ke arah Rachel dengan perasaan yang sangat puas. "Rachel, inilah dirimu yang sesungguhnya. Pencapaianmu dalam penelitian medis luar biasa, benar-benar genius. Kamu harus tahu kalau beberapa obat revolusioner yang aku kembangkan, semuanya adalah berkat jasamu. Tapi kamu terlalu rendah hati, nggak mengizinkanku untuk memberimu penghargaan. Dengan bakatmu yang begitu hebat ini, kamu seharusnya bersinar di bidang ini, bukan tunduk untuk mengabdi pada orang lain."

Rachel tersenyum simpul, lalu menjawab, "Ya. Aku mengerti, Bu Camila."

Camila mengangguk puas, lalu berkata dengan nada serius, "Tapi beberapa tanaman herbal di sini sangat langka. Beberapa mungkin akan sulit ditemukan. Bahkan dengan harga tinggi pun, belum tentu kita bisa membelinya. Kita perlu memikirkan cara."

Rachel mengangguk. "Aku tahu. Aku akan mencarinya sore ini."

Camila merasa prihatin pada muridnya, lalu berkata, "Kamu sudah nggak tidur selama dua hari dua malam. Istirahatlah dulu."

Rachel menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu, aku baik-baik saja. Bu Camila, pulanglah dan istirahatlah. Terima kasih atas kerja kerasmu selama dua hari ini. Kalau aku sudah menemukan semuanya, aku akan segera memberitahumu."

"Baiklah kalau begitu," ujar Camila.

Sore hari, di kaki Gunung Calla.

Gunung ini berada di pinggiran Kota Handar, dengan lingkungan yang sangat baik serta pemandangan alam yang indah.

Akademi Kedokteran memiliki lahan percobaan tanaman herbal di sini, khusus untuk tanaman pembuatan obat tradisional. Rachel datang ke sini untuk mencari beberapa tanaman herbal yang dia inginkan.

Setelah memarkirkan mobilnya, dia turun dari puncak gunung. Di tengah gunung, Rachel menemukan area percobaan itu, lalu melangkah masuk ke dalamnya.

Sekitar 200 meter jauhnya, di sisi lain gunung, terdapat area pemakaman alam.

Pada saat ini, di anak tangga, seorang pria yang tampak gagah sedang membantu seorang pria tua menuruni gunung.

Suara rendah Caden terdengar.

"Hati-hati dengan tangganya. Jaga dirimu."

Pria tua itu melihat ke arah putranya, lalu berkata, "Aku masih muda, apa yang perlu dikhawatirkan? Pada zamanku dulu, aku pernah mendaki lima gunung saat latihan."

Caden tersenyum simpul, lalu menjawab, "Aku tahu. Prestasi luar biasamu sudah diketahui semua generasi muda Keluarga Finston."

Pria tua itu menatap kesal ke arah Caden sambil berkata, "Apa kamu sedang mengejekku? Kamu percaya atau nggak kalau aku ...."

Caden segera membantu pria tua itu.

"Sudahlah, perhatikan jantungmu," ujar Caden.

Wajah pria tua itu menjadi muram ketika dia berujar, "Melihat kondisi jantungku, mungkin waktuku nggak banyak lagi. Semua dokter di dunia ini nggak bisa membantu. Aku datang melihat ibumu hanya untuk memberitahunya supaya menyisakan tempat untukku di sana, jadi aku bisa menyusulnya."

Kening Caden berkerut. "Omong kosong apa yang kamu katakan?"

Pria tua itu menatap putranya, lalu berkata dengan nada lega, "Nggak apa-apa, aku sudah nggak memiliki penyesalan. Aku merasa lega sudah membesarkanmu menjadi orang yang begitu luar biasa, serta menyerahkan Keluarga Finston padamu. Hanya saja, kamu sudah bekerja sangat keras. Sejak kecil kamu nggak pernah mengalami masa-masa bahagia. Ayah sudah terlalu keras padamu."

Caden membalas, "Pasti ada caranya. Setelah kembali ke negeri ini, aku sudah menyuruh orang mencari dokter genius Sunny. Setelah menemukannya, dia mungkin bisa membantu."

Pria tua itu menghela napas pelan. "Lupakan saja. Ada begitu banyak dokter hebat, tapi nggak ada yang bisa membantuku. Aku sudah ...."

Sebelum kata-katanya selesai, tubuh pria tua itu tampak goyah, wajahnya tiba-tiba memucat!

Wajah Caden berubah. Dia segera menopang tubuh ayahnya. "Ayah!"

Gawat! Penyakitnya kambuh!

Pria tua itu hampir kehilangan kesadaran, tetapi masih berjuang untuk berkata, "Kalau aku pergi seperti ini, semuanya akan jauh lebih mudah. Aku bisa langsung kembali. Letakkan saja aku di samping ibumu .... Ah ...."

Caden mengerutkan keningnya dengan keras. "Jangan bicara lagi, atur napasmu! Aku akan segera membawamu ke rumah sakit sekarang!"

Namun, pria tua itu sudah benar-benar kehilangan kesadaran. Caden segera menggendong ayahnya di punggung, bergegas menuruni gunung!

Rachel sudah keluar dari kebun tanaman herbal. Dia berhasil menemukan dua jenis tanaman herbal di kebun, tetapi masih kekurangan satu jenis lagi.

Rachel mengerutkan kening ketika melihat tanaman herbal di tangannya. Dia berpikir keras di mana bisa mencari tanaman herbal terakhir.

Ketika sedang berkonsentrasi melihat tanaman di pinggir jalan, bayangan hitam melintasi dengan cepat di depannya. Begitu Rachel mengangkat kepalanya, dia melihat seorang pria menggendong orang lain untuk menuruni gunung dengan cepat.

Rachel memfokuskan pandangannya, langsung mengenali orang itu.

"Caden?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 100

    Caden melirik Gavin sekilas, lalu berkata."Masuk."Rachel membuka pintu dengan santai. Begitu melangkah masuk, dia langsung melihat Gavin yang berdiri di depan.Kening Rachel berkerut. 'Kenapa dia ada di sini?' pikir Rachel.Ketika Gavin melihat Rachel, dia langsung menunjukkan senyuman."Rachel."Saat mendengar Gavin memanggil, mata dingin Caden menyipit tajam.Sikap formal Gavin tadi langsung berubah. Dia tersenyum dengan hangat, lalu menjelaskan, "Aku datang menemui pamanku untuk menyerahkan laporan keuangan."Rachel perlahan melangkah maju, menanggapinya dengan dingin, tanpa mengatakan apa-apa.Gavin sama sekali tidak tersinggung. Dia malah melanjutkan dengan nada lembut, "Terima kasih atas kesempatan yang kamu perjuangkan untukku. Aku pasti akan berusaha keras, nggak akan mengecewakanmu."Rachel menatapnya dengan tatapan tegas. "Sudah aku katakan kalau aku menyelamatkanmu demi Pak Randy yang sudah tua. Aku nggak ingin dia merasa terkejut. Ini nggak ada hubungannya denganmu secara

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 99

    Pria itu memperhatikannya dengan cermat sambil bertanya, "Benarkah?"Rachel yang akhirnya benar-benar pulih, langsung menjawab, "Uhuk, uhuk .... Ya."Caden masih merasa khawatir. Tanpa sadar, dia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk punggung Rachel dengan lembut.Awalnya Rachel tidak merasa ada yang aneh. Dia sudah terbiasa dengan kontak fisik seperti itu. Namun, ketika dia akhirnya menyadari situasinya, dia melihat semua orang di bawah podium menatap dirinya dan Caden dengan tatapan tertegun.Baru pada saat itulah Rachel menyadari betapa intimnya gestur ini. Dia segera mundur beberapa langkah dengan canggung.Caden sama sekali tidak peduli. Matanya hanya menatap Rachel dengan khawatir."Apa kamu benar-benar sudah baikan?" tanya Caden.Rachel jelas melihat kilatan penuh gosip di mata setiap orang yang ada di bawah podium. Dia tersenyum canggung, lalu berbicara melalui giginya yang terkatup."Aku benar-benar sudah baikan. Pak Caden, bisakah kamu kembali ke tempat dudukmu?"Setelah mel

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 98

    Keesokan harinya.Di kantor pusat Grup Finston.Trey menunggu di lobi seperti biasa. Ketika melihat Rachel dan tim dari Akademi Kedokteran tiba, dia melangkah maju, menyambut dengan hormat, "Selamat pagi, Nona Rachel. Pak Caden sudah menunggumu."Rachel mengangguk pelan. "Baiklah. Kami sudah menyiapkan semua dokumennya, juga siap memulai pertemuan segera.""Baiklah, silakan ikuti aku," balas Trey.Saat mengikuti Trey naik ke lantai atas, mereka bisa mendengar dengan jelas suara pelan karyawan Grup Finston di sepanjang jalan."Aku dengar Pak Caden sudah menunggu di ruang rapat bersama para manajer departemen. Ini pertama kalinya dalam sejarah Pak Caden menunggu orang lain untuk rapat. Sungguh pemandangan yang langka!"Begitu mendengar kalimat itu, jantung Rachel berdetak sedikit lebih kencang.Di ruang rapat lantai teratas.Ketika Rachel dan tim Akademi Kedokteran membuka pintu untuk melangkah masuk, mereka langsung melihat Caden duduk di posisi utama.Pria itu mengenakan setelan hitam.

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 97

    Wajah Ivana tampak menegang. "Bukankah Gavin anak dari Keluarga Finston? Cepat atau lambat, dia akan ....""Gavin akan dikeluarkan dari Keluarga Finston karena pernikahannya dengan Yasmin. Dia nggak akan lama menjadi bagian Keluarga Finston," potong Caden.Wajah Ivana dan Yasmin langsung membeku.Mereka tidak menyangka Caden akan berbicara dengan begitu kejam.Caden melanjutkan dengan nada dingin, "Karena pernikahan ini didapatkan dengan cara rendahan seperti itu, kalian harus siap menerima semua konsekuensinya. Itu pantas kalian dapatkan."Wajah Yasmin tampak makin pucat ketika mendengar kata-kata ini.Caden melangkah maju, sementara tatapannya hanya melembut saat memandang Rachel."Aku masih ada urusan yang perlu aku selesaikan. Aku akan pergi dulu," ujar Caden.Rachel mengangguk pelan. "Baiklah."Yasmin mengepalkan tangan hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya. Melihat sosok Caden dan Rachel berdiri bersama, amarah di hatinya menjadi makin membara.Dia tidak bisa menerimanya,

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 96

    Rachel melihat ponselnya, tiba-tiba teringat akan kata-kata Trey. Dia bilang akan menemani Caden untuk melakukan inspeksi toko, jadi Caden seharusnya berada di sini.Rachel tanpa sadar langsung berbalik, lalu berjalan keluar.Di dalam mal, langkahnya agak tergesa-gesa. Begitu keluar tidak jauh, dia langsung melihat seorang pria yang berdiri beberapa meter di depannya.Itu adalah Caden.Trey serta beberapa staf manajemen mal tampak berdiri di belakangnya. Ketika melihat kehadiran Rachel, langkah Caden terhenti.Rachel seketika menghentikan langkahnya. Di sekitarnya ada banyak orang, sepertinya pria itu sedang sibuk. Rachel tidak tahu apakah sebaiknya mendekat atau tidak.Kemudian, Caden mengatakan sesuatu dengan suara rendah. Trey mengangguk penuh hormat, lalu pergi bersama orang-orang itu.Setelah itu, pria itu melangkahkan kakinya yang panjang, berjalan ke arahnya.Rachel mengerucutkan bibir merahnya, sementara jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Begitu sampai di depan Rach

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 95

    Rachel dan Sonya sama-sama mengerutkan dahi. Suara Yasmin yang penuh kemenangan terdengar, "Maaf, Kak. Kebetulan aku tertarik dengan yang ini."Rachel menyipitkan mata sambil menatapnya.Yasmin sengaja berkata, "Aku masuk toko ini lebih dulu, jadi kalau aku mengatakan aku tertarik, itu sah-sah saja, 'kan? Kakak nggak akan merebutnya dariku, 'kan?"Dia sengaja ingin membuat Rachel marah, bahkan menatapnya dengan tatapan penuh tantangan.Sonya langsung naik pitam. Baru saja dia akan maju untuk berdebat, tetapi Rachel sudah menahannya."Lupakan saja. Ayo kita lihat yang lainnya.""Rachel!"Melihat keteguhan di mata Rachel, Sonya hanya bisa melotot sekali lagi sebelum melanjutkan melihat pakaian lain dengan Rachel.Yasmin berdiri di tempatnya, wajahnya tampak makin puas.Setelah beberapa saat, Rachel melihat pakaian lainnya. "Yang ini juga bagus. Bagaimana kalau ...."Yasmin segera muncul di belakangnya, langsung berkata, "Pelayan, aku juga mau yang ini."Rachel menatapnya dengan tatapan d

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 94

    Rachel sebenarnya ingin menghindari mereka agar tidak mendapat masalah, tetapi Sonya langsung menarik tangannya."Yasmin pikir dia itu siapa? Berani-beraninya dia mengganggu acara belanja kita! Ayo, kita masuk dengan percaya diri!" ujar Sonya.Begitu melangkah masuk, mereka langsung mendengar suara Yasmin."Bu? Menurutmu yang ini bagaimana? Aku rasa aku akan terlihat cantik memakainya."Ivana berkata, "Ini memang bagus, tapi toko ini hanya menjual model peragaan busana serta barang kustom. Harganya nggak murah. Kamu juga sudah membeli beberapa di tempat lain, uang kita ...."Yasmin tidak peduli. "Bu, bukannya ini hanya sejumlah kecil uang? Dalam beberapa hari ini, aku akan meminta kartu hitam dari Gavin. Nanti, aku bisa berbelanja dengan sesuka hati."Ivana langsung tersenyum lebar ketika memikirkan ini. Dia berujar, "Putriku memang patut dibanggakan!"Ketika mereka berbalik, mereka melihat Rachel dan Sonya.Mata Yasmin langsung berkilat dengan kebencian ketika melihat keduanya.Dia me

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 93

    Camila merasa sangat gembira mendengar ini. "Baguslah. Kalau begitu, aku akan segera memberi tahu departemen terkait waktu konferensi peluncuran obat baru."Rachel tersenyum tanpa daya, lalu berjalan kembali ke laboratorium.Sore harinya, ketika Rachel baru saja bersiap meninggalkan laboratorium, Camila datang menghampirinya."Rachel, waktu konferensi peluncuran obat baru sudah diberitahukan. Peluncurannya akan dilakukan pada hari Senin minggu depan," kata Camila.Rachel mengangguk. "Baiklah."Camila melanjutkan, "Oh ya, besok kamu harus memimpin tim Akademi Kedokteran untuk mengunjungi Grup Finston."Rachel terkejut. Setelah mendengar kata-kata Grup Finston, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.Selama seminggu ini, Rachel belum bertemu dengan Caden karena kesibukannya. Yang lebih penting, Rachel menduga bahwa Caden mungkin masih marah padanya karena kejadian terakhir kalinya. Jadi, Rachel juga tidak punya keberanian untuk mencarinya.Dia hanya sempat menyerahkan obat untuk mengg

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 92

    Gavin melirik ke arahnya sambil bertanya, "Apakah kamu sudah tahu sejak awal kalau kamu sedang hamil?"Yasmin sedikit menggigit bibirnya. "Awalnya aku ingin mencari waktu yang tepat untuk memberitahumu, tapi Rachel si wanita jalang itu nggak melepaskanku. Jadi, aku terpaksa memberitahumu tentang hal ini di kantor polisi.""Terpaksa?" Gavin tersenyum sinis. "Ini adalah alat tawar menawar untukmu, 'kan? Kamu tahu kalau kamu sedang hamil, lalu memberitahuku dan ayahku untuk membebaskanmu. Kalau kami menolak, kamu pasti akan membuat masalah besar dengan anak ini."Yasmin mengerjapkan matanya dengan polos, lalu membalas, "Bagaimana bisa kamu salah paham sampai seperti ini? Aku hanya ingin berbagi kabar gembira denganmu kalau kita akan memiliki anak yang lucu. Tentu saja, kalau Keluarga Finston nggak mau mengakuinya, aku terpaksa mencari keadilan untuk kami berdua. Paman Mario selalu mementingkan reputasi. Saat ini kamu juga nggak bisa menghadapi skandal lainnya lagi. Bukankah saham kantor c

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status