Najma terkejut saat Gangsa yang berdiri jauh di luar rumah menjerit kesakitan, saat para ustad dan para santrinya mulai membacakan ayat-ayat suci untuk mengusirnya.Najma sebenarnya ingin sekali langsung berlari ke arah Gangsa namun tidak dia lakukan, karena jika dia lakukan itu, Keberadaan Gangsa akan di ketahui oleh ustad dan para santrinya.Najma tetap bertahan walau mendengar teriakan Gangsa meminta tolong."Sudah pak ustad, di sini tidak ada apa-apa, Nuri hanya terlalu khawatir padaku," ucap Najma dengan wajah penuh rasa khawatir karena mendengar Gangsa terus saja menjerit.Najma memutar otaknya untuk menolong Gangsa yang terlihat sangat kesakitan."Aku harus pura-pura kesurupan!" Ucap Najma."Aaaaa!" Teriak Najma tiba-tiba, membuat semua yang ada di sana terkejut dan segera melihat ke arah Najma, Najma menundukkan kepalanya dalam-dalam sambil mengacak-acak rambutnya hingga berantakan."Kakak! Kakak!" Teriak Nuri ketakutan.Gangsa segera menghentikan teriakkan nya, diapun terkeju
"Kamu! Apa kamu tidak bisa menolongku!" Teriak Najma pada Gangsa yang tadi hanya diam, menatap ke arah Toni.Toni menghentikan langkahnya mendengar ucapan Najma, yang aneh itu, lalu dia sedikit tertawa."Apa kamu begitu takut padaku, tenang aku ini Abang kamu, pasti aku akan memperlakukan kamu dengan lembut," ucap Toni."Bang! Kumohon jangan gila! Ini uang yang Abang minta! Aku bayar lunas!" Ucap Najma."Pegang saja uang itu buat kamu! Asalkan kamu mau sama Abang!" Balas Toni."Jangan gila bang!" Teriak Najma lagi."Aku memang gila, gila sama kamu! Sejak melihat kamu pertama kali, sampai sekarang," oceh Toni makin tidak jelas di telinga Najma.Jarak antara Toni dan Najma pun kini sudah saling berhadap-hadapan, hanya tinggal satu senti meter lagi, tubuh mereka akan saling menempel.Najma menoleh ke arah Gangsa dengan wajah memohon untuk di tolong.Gangsa bukan tidak mau menolong Najma, tapi dia bingung harus bagaimana menolong Najma, sejak tadi dia berusaha menyentuh Toni untuk menahan
"Kenapa kak?" Tanya Nuri kebingungan."Dia telah menolong kakak, kakak tidak mau dia pergi dari tempat ini," jelas Najma."Tapi dia setan, ka!" Protes Nuri."Bukan, dia bukan setan, dia hanya ruh yang gentayangan karena terpisah dari raganya," jelas Najma."Jadi kakak tahu, siapa setan itu!" Teriak Nuri"Aku bukan setan!" Teriak Gangsa membalas teriakan Nuri." Dia pasien di rumah sakit kakak," jawab Najma.Nuri diam, lalu menatap Najma dengan tajam, Nuri begitu takut jika sampai kakaknya sakit atau celaka karena mahluk yang tidak bisa dia lihat itu."Apa kakak yakin dia tidak bahaya buat Kaka?" Tanya Nuri Najma mengangguk, lalu memeluk Nuri, Najma tahu Nuri sangat mengkhawatirkan dirinya."Tenanglah, kakak yakin dia baik, walau kadang dia menyebalkan karena suka seenaknya!" Lanjut Najma."Apa dia begitu menyebalkan?" Tanya Nuri lagi."Iya," jawab Najma.Gangsa hanya diam mendengar apa yang di katakan Najma tentang dirinya, mungkin apa yang di katakan Najma ada benarnya juga.Gangsa
Merasa ada getaran aneh yang menyerang hati mereka saat ini, keduanya memutuskan pandangan mata mereka, bersamaan."Kamu ini! kakak bisa jaga diri sendiri, justru kakak itu mengkhawatirkan kamu, yang akan tinggal sama bibi Nur," omel Najma "Kamu ini pemalas, dan kamu tahu sendiri bagaimana bibi Nur, dia super cerewet walaupun aslinya baik, kakak takut kamu tidak betah di sana," omel Najma lagi."Tenang saja ka, aku sudah biasa mendengar ucapan bibi Nur," balas Nuri."Semoga saja, itu benar!" Jawab Najma, sambil merapihkan rumah, yang terlihat agak berantakan."Nanti kamu sering-sering lihat rumah ini, dan bersihkan!" Ucap Najma lagi pada Nuri."Iya," jawab Nuri.Keesokan harinya lagi, saat itu sudah waktunya Najma harus pergi ke rumah Gangsa, namun sebelum pergi, Gangsa mengajak Mala untuk kembali ke ATM, untuk mengambil uang terlebih dahulu, uang itu akan di berikan pada Nuri, sebagai uang jajan selama Mala pergi merawatnya."Serius ini untuk aku kak?" Tanya Nuri, melihat sepuluh lem
Bukan hanya Najma yang terkejut dengan bentakan Nurma, tapi juga Gangsa, Gangsa terkejut melihat ibunya bisa semarah itu pada Najma."A_aku,""Sudahlah! Sekarang aku mohon jaga Gangsa dengan baik, rawat dia dan usahakan agar dia cepat kembali ke raganya!" Potong Nurma kesal.Nurma melihat ke arah Najma yang berjalan menuju kamar Gangsa, lalu mengerutkan keningnya, merasa aneh melihat Najma tahu di mana letak kamar Gangsa."Tunggu! Bagaimana kamu tahu itu kamar Gangsa?" Tanya Nurma."A_aku pernah kemari," jawab Najma terbata-bata."Apa?" Teriak Nurma lagi, yang membuat Najma kembali terkejut.Melihat Najma yang sejak tadi di marahi ibunya, Gangsa jadi merasa kasihan.Gangs merasa aneh, dengan sikap ibunya yang mudah sekali marah pada Najma, padahal selama ini Gangsa melihat Ibunya termasuk orang yang sangat sabar."Lebih baik kamu, jangan jadi perawat aku!" Ucap Gangsa.Najma mengangkat wajahnya, menatap Gangsa dengan tatapan bingung."Kenapa?" Tanya Najma."Aku takut ibu sering memar
Najma mengambil kontrak yang ada di tangan Gangsa, dengan ekspresi wajah dingin, entah mengapa Gangsa melakukan semua ini padanya, seakan-akan dia tidak percaya pada dirinya. Najma lalu memberikan surat itu pada Surya, dengan ekspresi wajah yang masih dingin.Surya menjadi tidak enak pada Najma, melihat wajah Najma, yang cemberut saat memberikan surat itu padanya.Gangsa menulis surat, memintanya untuk membuat surat kontrak yang berlaku tidak terbatas, atau hingga dia sembuh untuk mengikat Najma agar terus ada di sisinya, yang harus di tanda tangani oleh Najma.*Maaf," ucap Surya sekali lagi.Najma menoleh ke arah Surya, lalu mengangkat sedikit bibirnya ke atas, merespon ucapan Surya barusan.Gangsa mengikuti Najma yang berjalan menuju kamarnya, dan Najma tidak suka itu. Jika dia memang harus bersama dengannya seumur hidup, untuk apa dia harus selalu mengikuti dirinya.Setidaknya, Gangsa harus memberikan ruang untuknya bernafas, tanpa mencium aroma Gangsa di sisinya."Diam di situ!" U
Najma menghela nafas lega, saat melihat kedatangan Gangsa, sejak tadi dia merasa cemas karena tidak melihat Gangsa di mana pun.Najma berjalan cepat ke arah pintu, untuk menyambut kedatangannya Gangsa, langkah Najma terhenti saat Gangsa hanya berjalan melewatinya, tanpa berkata apapun."Apa dia tidak melihat ku?" Batin Najma.Najma pun segera mengejar Gangsa, mensejajarkan langkahnya dengan langkah Gangsa, tapi Gangsa tetap saja tidak memperhatikan nya."Hai!" Colek Najma pada bahu Gangsa.Gangsa terdiam sesaat, dan itu membuat Najma tersenyum dan merasa lega, ternyata Gangsa masih bisa merasakannya.Namun senyum Najma kembali menghilang, saat Gangsa meneruskan langkah, tanpa menoleh ke arahnya.Najma terdiam di tempatnya, menyadari jika Gangsa juga tidak bisa merasakan sentuhan darinya."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Batin Najma, bingung.Najma terus mengikuti Gangsa dari belakang, dengan tatapan hanya terpaku pada punggung Gangsa."Aduh!" Teriak Najma, mengeluh kesakitan sa
Najma menatap Gangsa sebentar, lalu akhirnya menghubungi Fanny, tanpa banyak tanya lagi. setelah beberapa kali berdering, Fanny baru menerimanya telepon dari Najma."Halo," suara lembut dari balik telepon membuat Najma sedikit merinding, orangnya cantik, suara nya pun sangat lembut, pantas Gangsa jatuh cinta padanya, batin Najma."Gangsa, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Fanny, yang menyangka jika yang meneleponnya saat ini adalah Gangsa. Karena Najma belum memperdengarkan suaranya, saat ini."Maaf aku bukan Gangsa, Gangsa masih terbaring koma," jawab Najma.Fanny terdiam, jika Gangsa masih koma, bagaimana bisa wanita ini, menelepon dirinya, nomer telepon ini, hanya Gangsa yang tahu.Rasanya tidak mungkin Gangsa bisa memberitahukan nomer teleponnya pada orang lain, apalagi pada seorang wanita, apa maksud Gangsa melakukan hal ini, batin Fanny bertanya-tanya."Kamu siapa nya Gangsa?" Tanya Fanny akhirnya."Saya perawat Gangsa, Gangsa masih koma," Najma tidak mendengar Fanny merespon uca