"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
Gangsa terkejut saat melihat tubuhnya terbujur kaku di jalanan dengan begitu banyak darah."Apa yang terjadi, kenapa aku bisa seperti itu?" Tanya Gangsa pada dirinya sendiri.Gangsa lalu melihat tubuhnya di gotong masuk ke dalam ambulan. Gangsa kemudian melihat tubuhnya di dorong masuk ke dalam ruang operasi, bahkan Gangsa melihat apa yang di lakukan dokter pada tubuhnya.Gangsa yang tidak tahan melihat apa yang di lakukan dokter pada tubuhnya, akhirnya memilih keluar dari ruang operasi itu.Gangsa melihat ayah dan ibunya ada di sana, mereka terlihat sangat cemas, bahkan Gangsa melihat ibunya sedang menangis.Gangsa perlahan mendekati Ayah dan Ibunya, ingin sekali Gangsa memeluk mereka berdua, namun tidak bisa dia lakukan.Gangsa menundukkan kepala nya dalam-dalam, tanpa terasa air matanya turun begitu saja tanpa dia cegah.Gangsa kini hanya bisa berdoa agar dia, selamat dan kembali sehat.Gangsa terkejut saat melihat seorang dokter keluar dari ruang operasi. Gangsa mengikuti ayahnya
Gangsa membuka matanya lebar-lebar, kini dia sedang duduk di bangku yang ada di lobby rumah sakit.Sejak tadi, dia terus memperhatikan setiap orang yang masuk dan keluar dari rumah sakit itu.Gangsa tidak akan putus asa, menunggu wanita yang kemarin bisa melihat nya dan bicara padanya.Sudah hampir tengah hari, namun wanita itu belum muncul juga, Gangsa menarik nafas panjang, merasa sedikit kecewa."Mungkin hari ini, dia libur," ucap Gangsa menghibur hatinya.Gangsa yang tidak punya tujuan, akhirnya pergi ke kamarnya lagi.Ini sudah hari ketiga Gangsa berada di rumah sakit.Gangsa masih melihat ada kesedihan di wajah kedua orangtuanya. Tentu saja mereka sedih, melihat anak laki-laki satu-satunya, terbaring tidak berdaya di tempat tidur rumah sakit tanpa kejelasan.Gangsa menatap wajah ibunya dengan sedih, banyak sekali kesalahan yang dia lakukan pada ibunya, saat ini Gangsa baru merasa jika dia terlalu sering melawan pada ibunya, hanya karena merasa ibunya terlalu mengatur kehidupannya
Najma memandang ke arah Gangsa, lalu dia berjalan ke arah pintu, untuk mengusir Gangsa dari rumah nya saat itu juga."Pergilah dari rumahku!" Usir Najma.Gangsa tidak bergeming, dia tetap di tempatnya.Najma dengan kesal, menarik tangan Gangsa dengan kuat, menyeret Gangsa agar keluar dari rumahnya.Tapi usahanya sia-sia, Gangsa bahkan tidak sedikitpun bergeser, karena tubuh Gangsa dua kali lipat besarnya dari tubuh Najma."Kamu!" Bentak Najma marah.Najma ingat tentang sapu yang dia pegang sebelumnya, Najma pun segera mengambilnya, lalu mengayunkan sapu itu pada Gangsa, berharap Gangsa akan segera keluar dari rumahnya."pergi kamu dari rumahku!" Teriak Najma."Pergi!" Teriak Najma lagi.Nuri yang sedang berada di kamar, segera keluar mendengar keributan yang di sebabkan oleh suara kakaknya.Nuri melotot saat melihat Najma bertingkah seperti sedang mengusir seseorang dari dalam rumah dengan sapu."Kakak berhenti!" Teriak Nuri.Nuri berjalan ke arah Najma lalu merebut sapu dari tangan N
Gangsa mengikuti kemanapun Najma pergi hari itu, di jadi tidak merasa terlalu bosan, walau kadang-kadang kesal karena Najma selalu membentak, saat bicara dengannya."Apa kamu tidak jijik setiap hari berurusan dengan air seni?" Tanya Gangsa.Najma tidak menjawab pertanyaan bodoh itu, bagaimana mungkin dia jijik, ini pekerjaannya."Apa ini?" Teriak Gangsa ketika mencium bau yang menyengat di sebuah box.Najma tertawa mendengar itu."Rasain dari tadi kepo terus!" Umpat Najma pelan, takut di dengar Sari rekan kerjanya yang sedang berada tidak jauh dari tempatnya.Najma menahan senyumnya melihat Gangsa menutup hidungnya rapat-rapat, karena yang baru di ciumnya adalah kotoran luka dari salah satu pasien."Itu kotoran, mau di buang!"Ucap Najma, membuat Gangsa memegang mulutnya, menahan rasa mual karena bau kotoran itu telah masuk ke dalam penciumannya.Najma meneruskan pekerjaannya, membiarkan Gangsa berputar-putar di sekitarnya.Setelah selesai, Najma pergi ke ruang pasiennya yang lain, ya
Najma sadar dan terbangun keesokan harinya, dia terkejut melihat Gangsa yang juga tertidur di sisinya.Najma segera membangunkan Gangsa, lalu turun dari tempat tidur. Najma lalu melotot pada Gangsa, meminta penjelasan apa yang terjadi hingga mereka ada di tempat ini.Gangsa yang tidak ingin Najma makin marah padanya segera meneritakan apa yang terjadi pada mereka.Najma menutup mulutnya tak percaya mendengar apa yang di ceritakan Gangsa padanya. Namun Mala ingat saat dirinya di tarik oleh seseorang semalam.Najma langsung memeluk Gangsa erat, entah bagaimana nasibnya, jika Gangsa tidak mengikutinya."Mulai sekarang kamu boleh mengikuti ku sampai kapanpun dan kemanapun, aku tak akan mengeluh," ucap Najma.***Najma menundukkan kepalanya saat temannya Ratih marah padanya, karena dia telah lalai melakukan tugasnya, bahkan Ratih tidak percaya dengan cerita yang dia ceritakan tentang apa yang semalam menimpanya.Ratih dengan terpaksa melaporkan Najma, sebagai perawat yang lalai. Karena po
Najma mengambil kertas yang di berikan oleh ayah Gangsa padanya, lalu Najma menarik tangan Gangsa untuk mengikutinya."Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Gangsa."Diam kamu!" Sentak Najma.Sedangkan Surya terus memperhatikan Najma, yang terlihat seperti sedang berdebat terus dengan seseorang, di depan matanya.Jika memang yang ada di dekat gadis itu benar-benar Gangsa, Surya bisa pastikan jika Gangsa sudah jatuh di tangan gadis itu.Gangsa putranya sangat tidak suka di atur oleh siapapun, apalagi oleh seorang gadis."Tanda tangan!" Pinta Najma pada Gangsa, dengan mata melotot."Bagaimana?" Tanya Gangsa kebingungan, karena dia bahkan tidak bisa menyentuh pulpen yang ada di atas kertas itu, apalagi tanda tangan.Najma tersenyum melihat Gangsa kebingungan."Sini tangan kiri kamu, kita berpegangan!" Pinta Najma lagi.Gangsa tersenyum pada Najma mendengar itu, Najma terpaku sebentar ditempatnya melihat senyum Gangsa itu, selama ini Gangsa tidak pernah tersenyum seperti barusan.Tidak ma