แชร์

Mengadopsi Anak Setan
Mengadopsi Anak Setan
ผู้แต่ง: Fbrmanda

Prolog

ผู้เขียน: Fbrmanda
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-04-14 11:25:49

"Pak, sholat dulu. Sudah adzan Maghrib itu," ujar seorang perempuan beberapa saat setelah mendengar suara adzan dari surau terdekat.

"Libur dulu lah, Buk. Bapak masih capek. Hari ini panen kita lumayan banyak jadi harus kerja ekstra. Toh, rezeki kita masih lumayan."

Sang istri lantas menoleh. Suaminya ini memang susah sekali bila diajak beribadah. Apalagi sejak tanaman cabai mereka memberikan hasil yang melimpah, suaminya semakin jauh dari Tuhan lantaran menganggap hidupnya sudah berkecukupan. Ia lupa, bahwa Yang Kuasa mampu memutarbalikkan derajat manusia. Bila saat ini kita bergelimang harta, belum tentu esoknya akan mengalami nasib serupa.

"Bapak nggak boleh gitu. Inget Tuhan cuma pas lagi butuhnya saja. Giliran sudah merasa mampu, langsung lupa segalanya."

"Wes tho, Bu, menengo. Bapak ini lagi capek habis pulang dari kebun, jangan malah diceramahi."

Istrinya mencebik kesal. "Yo wes, sak karepe sampean. Kena tulah baru tahu rasa nanti." Ia masuk ke dalam, meninggalkan suaminya yang sedang berleha-leha di dapur untuk melaksanakan ibadah sholat Maghrib.

"Tulah, tulah. Kayak bakalan mati besok saja. Tulah duit baru ada." Ia kembali merebahkan diri pada kursi panjang yang terbuat dari bambu. Mengipasi tubuhnya sendiri yang kegerahan dengan lembaran uang berwarna merah dan biru. "Enaknya jadi orang kaya. Pantes para pejabat banyak yang korupsi. Wong duit iku wangi." Lantas tertawa cekikikan.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Diikuti dengan derit dari pintu belakang yang lumayan nyaring. Tak berapa lama kemudian ....

Brak!

Pintu belakang dibanting sangat keras. Sang laki-laki yang sedang asyik beristirahat sontak langsung terbangun karena terkejut mendengar suaranya.

"Buk, jangan marah-marah tho. Kalau marah seksinya ilang nanti. Ibu minta apa? Besok Bapak ajak ke pasar biar Ibu sama anak-anak bisa beli apapun yang kalian mau," teriak laki-laki itu, menganggap bahwa sang istri lah yang baru saja membanting pintu.

Hening. Tak ada jawaban.

"Buk? Ibu?" Ia bangun dari kursinya. "Sayang?"

Masih tidak ada yang menyahut. Hingga akhirnya semilir angin berhembus pelan. Menerbangkan aroma busuk yang menyengat hidung.

"Bau apa tho ini? Kayak bau bangkai." Kemudian membaui aroma tubuhnya sendiri. "Bukan dari badanku. Malah aku wangi. Wangi duit. Padahal belum mandi."

Aroma busuk kian meraba indra penciuman. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, hingga akhirnya ia terperanjat karena mendapati orang asing memasuki rumahnya. Ia adalah seorang anak perempuan yang berdiri di belakangnya tanpa busana. Menatapnya tajam dengan ekspresi menyeramkan.

"Sopo kowe?" tanya laki-laki itu.

Anak itu diam saja. Lantas tanpa aba-aba, ia berlari ke arah sang laki-laki yang gemetar ketakutan. Korbannya tak sempat menghindar. Ketika ia mundur beberapa langkah, kakinya justru menghantam kaki meja hingga ia jatuh terjengkang. Dibarengi oleh sang anak perempuan yang langsung menduduki perutnya. Anak itu menundukkan kepalanya kemudian menggigit leher pria tersebut hingga dagingnya koyak. Cairan kental kemerahan bersimbah di mana-mana.

"Arrrgh! Lepasin! Buk, tolong, Buk! Ibukkk!" teriak sang pria sangat kencang. Akan tetapi, istrinya seperti mendadak tuli. Bahkan bayangannya pun tak sampai pada laki-laki tersebut.

Beberapa saat kemudian, barulah perempuan yang sejak tadi dipanggil namanya datang dengan masih mengenakan mukenah. Ia sempat bingung karena tak mendapati keberadaan suaminya, tetapi ketika mendengar suara seperti seseorang yang tengah memakan sesuatu dengan amat rakus disertai bau amis darah, barulah ia menyadari sesuatu.

"Ya Allah, Ya Rabbi! Bapak!" pekiknya.

Perempuan itu nyaris ambruk karena tak kuasa menahan rasa terkejut. Bagaimana tidak, suaminya sudah meregang nyawa dengan leher yang sebagian koyak dan d*rah yang masih mengalir dari sana. Sementara di atasnya, ada anak perempuan yang sibuk menghisap bahkan memakan daging suaminya dengan begitu rakus. Seolah-olah itu adalah permen terlezat yang belum pernah dicicipi sebelumnya. Ia sudah seperti drakula yang haus darah.

Menyeramkan.

"Dasar Anak Setan! Mati wae kowe, mati!" Ia mengambil apapun yang ada di sekitarnya, lantas memukuli tubuh si kecil dengan membabi-buta.

Tak berapa lama, kabar kematian sang suami pun menyebar dengan cepat. Semua warga berbondong-bondong mendatangi rumahnya untuk berbelasungkawa atau sekedar melihat anak setan yang berhasil diamankan warga.

Empat jam setelah kejadian itu, atas usul dari tetua di Desa Keramat, sang anak setan akhirnya diarak warga menuju hutan. Tubuhnya diikat dengan tali yang sudah dibacakan mantra kemudian ia dikurung di dalam rumah kosong yang telah lama ditinggalkan pemiliknya.

Tak ada yang tahu bagaimana kabar anak itu selanjutnya. Sempat beredar kabar bahwa ia masih hidup sampai sekarang, dengan segala ancaman dan kutukan. Konon, bagi siapa saja yang berani mendekatinya, maka ia akan mendapat sial tujuh turunan.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Mengadopsi Anak Setan   12. Daging Mayat

    "Ris, tolong angkatin telpon Mas sebentar! Mas masih mandi!" teriak Hasnan kepada Risna yang hingga saat ini masih berdiri di samping jendela dengan tatapan kosong. Risna hanya menoleh sekilas, tak beranjak sama sekali. Seolah bisu, ia mengabaikan teriakan suaminya dari dalam kamar mandi saat benda pipih di atas nakas terus berdering. "Ris, kamu masih di sana 'kan? Tolong angkatin telpon Mas sebentar!"Perempuan itu masih bergeming.Akhirnya, beberapa saat kemudian Hasnan keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal. Ia hanya mengenakan lilitan handuk sebatas pinggang lantas berbicara pada Risna, "Kok, nggak diangkat, Ris? Kasihan yang nelpon. Siapa tahu penting." Masih tak ada jawaban.Hasnan membuang napasnya kasar karena lagi-lagi Risna mengabaikannya. Sejak dua hari yang lalu, perempuan itu memang berubah drastis. Ia dingin dan tak tersentuh. Hanya akan bicara seperlunya saja, itu pun kalau benar-benar penting. Penyebabnya m

  • Mengadopsi Anak Setan   11. Korban Pertama

    Risna mendekati sosok anak laki-laki yang terbaring di atas tandu perlahan-lahan. Beberapa kali ia memejamkan mata lantaran tak sanggup melihat keadaan korban kecelakaan yang begitu mengenaskan. Sebagian wajahnya hancur, bahkan isi kepalanya terburai begitu saja dengan darah yang terus mengalir. Satu bola matanya nyaris keluar, sementara bagian belakang kepalanya sudah menghilang entah kemana. Mungkin hancur saat kendaraan tadi melindasnya. Wajah sang korban sulit dikenali, yang menjadi pengenal hanyalah barang-barang milik korban yang sampai saat ini melekat di tubuhnya. Korban memakai seragam SMP lengkap dengan sepatu. Sementara di area kecelakaan itu terjadi, warga menemukan sebuah tas yang tergeletak di pinggir jalan, diperkirakan tas itu juga milik korban.Tubuh Risna mendadak kaku, hatinya bergetar, dan jantungnya seperti ingin meledak saat itu juga. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lihat adalah salah. Ibu mana yang sanggup menyaksikan putra

  • Mengadopsi Anak Setan   10. Takdir Buruk Satria

    Anak laki-laki itu berlari tak tentu arah. Menembus gelapnya malam tanpa penerangan yang memadai. Mungkin sesekali, jalanan akan berubah terang ketika kendaraan besar melintas di sisi kirinya."Ayah udah nggak mau ngurusin anak berandalan kayak kamu. Pergi dan jangan pernah balik lagi buat selama-lamanya!" Perkataan Hasnan kembali terngiang dalam benak Satria. Tak pernah ia sangka, ayahnya akan tega berkata seperti itu. Sejak beberapa hari yang lalu, ia memang sudah merasakan kasih sayang dari orangtuanya berkurang. Itu semua terjadi karena kehadiran Narnia. Anak perempuan itu telah merebut semuanya dari Satria. Ia membencinya.Berjam-jam lamanya Satria berjalan di pinggir trotoar. Hingga tiba-tiba suara gaduh terdengar dari arah belakang. Satria berhenti sejenak."Woi, Bro! Itu anak kecil yang tadi gaya-gayaan nyerang kita, tuh. Lo liat nggak?"Satria lant

  • Mengadopsi Anak Setan   9. Kabar Baik atau Buruk?

    Seorang wanita berjas putih berdiri di sisi ranjang sambil mengalungkan stetoskop ke lehernya. Setelah diminta memeriksa keadaan Risna ia tersenyum ke arah Hasnan yang tampaknya sangat mencemaskan sang istri."Ini bukan kabar buruk, Pak Hasnan. Jangan terlalu khawatir."Hasnan mengusap lembut surai istrinya lantas bertanya, "Memangnya istri saya kenapa? Kenapa dia tiba-tiba pingsan, Dok?"Wanita itu lagi-lagi tersenyum. Sambil menyiapkan resep yang harus ditebus, ia mulai menjelaskan keadaan Risna."Istri Pak Hasnan itu ... sedang hamil muda. Usia kandungannya baru satu bulan." Senyumnya kian merekah.Risna dan Hasnan terdiam beberapa detik kemudian saling pandang. "Hamil?" ucapnya berbarengan."Iya. Selamat menanti kehadiran anggota keluarga baru, ya, Pak, Bu. Saya harap kalian menjaga kandungannya dengan baik. Kalian pasti tahu kalau masa-masa tiga bulan pertama itu cukup rentan," jelas wanita itu setelah meny

  • Mengadopsi Anak Setan   8. Terbawa Emosi

    Pintu depan berderit pelan. Sosok remaja tanggung menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Gelap. Suasana sunyi. Sepertinya semua orang sudah memasuki alam mimpi. Ia masuk perlahan-lahan, menahan langkah demi langkah agar tak menimbulkan suara yang dapat membuat semua orang terbangun.Hampir berhasil menjalan misi, satu langkah lagi ia akan sampai ke kamar tanpa ketahuan. Padahal ia sudah sangat yakin tidak akan ada orang yang memergokinya. Tapi tiba-tiba suara seseorang mengalun tegas dari balik kegelapan."Apa sekarang anak kelas satu SMP juga ada jam lembur?"Cklek!Semua lampu menyala terang. Kegelapan yang menyembunyikan tubuhnya kini sudah tidak ada lagi. Remaja tanggung itu celingukan mencari sumber suara dan terkejut setengah mati saat menjumpai semua orang yang sudah berkumpul untuk menanti kepulangannya. Tak ada keramahan, masing-masing mereka memasang wajah serius.

  • Mengadopsi Anak Setan   7. Daging Ayam Mentah

    "Ya Allah Gusti! Sampean makan daging mentah?!"Mbok Darmi terkejut setengah mati sampai membanting cangkir kopi yang hendak ia berikan pada Hasnan. Bagaimana tidak, saat tak sengaja melihat pintu gudang yang terbuka, ia berniat untuk menutupnya kembali. Namun, belum sempat niatnya itu terlaksana, bayangan seorang anak perempuan yang tengah menyantap daging ayam mentah justru mengejutkannya.Kini Narnia sang tersangka, malah tetap asik mengunyah tanpa memedulikan kehadiran orang lain dalam ruangan tersebut. Ia begitu rakus seperti orang kelaparan meskipun yang ia konsumsi bukanlah daging matang yang telah diberi bumbu.Dari arah lain, datang Risna dan Satria yang langsung memasang wajah jijik saat melihat kelakuan Narnia."Kamu kenapa makan daging mentah, Nak? Ayo, muntahkan. Nanti kamu sakit perut." Risna segera menarik anak perempuan itu dan membuang sisa daging yang sudah tinggal separuh. Narnia langsung merengut saat santapanny

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status