Share

Mengandung Benih Bayaran Om Evan
Mengandung Benih Bayaran Om Evan
Penulis: icher

Dijadikan Hadiah.

“Sini, Sayang. Ayo sini dekat sama Om, Sayang.” Darius memanggil seorang gadis dengan sebutan sayang dan langsung tersenyum mesum.

Gadis itu berjalan terus sembari sesekali melirik ke belakang. Sepertinya ada seseorang yang mengawasinya di belakang sana. Yang membuat gadis itu terus saja merasa takut dan tidak nyaman.

“Siapa dia, Darius? Apa kamu memesan wanita penghibur?” tanya Evan setengah berbisik agar gadis itu tidak mendengar.

“Dia masih perawan, Evan. Apakah kamu nggak tertarik untuk mencobanya? Aku sengaja membawanya untuk kamu malam ini. Sebagai hadiah karena kamu udah memberikan aku kontrak kerja di Swiss bulan lalu,” ungkap Darius dengan tawa riang dan merangkul gadis yang berdiri di sisinya. Dia berdiri dengan sempoyongan tapi masih sempat menghidu dan menciumi pipi gadis itu.

Terlihat gadis itu sangat risih dengan perlakuan Darius. Apalagi tadi pria itu mengatakan bahwa gadis yang dibawanya ini masih perawan. Jadi, bisa saja gadis ini terpaksa atau di bawah paksaan orang lain untuk datang ke tempat ini.

Evan dan Darius adalah rekan bisnis yang baru saja selesai melakukan rapat dengan para pemegang saham. Mereka sengaja datang dari Indonesia ke Singapore untuk pertemuan itu. Namun, setelah pertemuan itu selesai, ternyata Darius mengajak Evan untuk bersantai di bar hotel yang akhirnya membuat Darius mabuk. 

“Maaf, Darius. Aku bukan pria yang suka celup sana sini. Sampai saat ini aku masih setia pada istriku,” tolak Evan dengan tegas karena dia memang tidak pernah kencan apalagi meniduri wanita lain ke mana saja dia pergi meski Renata tidak akan pernah tahu akan hal itu.

“Kalau kau tidak mau ... maka malam ini dia akan menjadi milikku! Aku akan bersenang-senang dengannya. Aku sangat suka bermain dengan perawan asal kamu tau, Van. Mereka sangat menggoda dan jerit tangis kesakitan itu semakin membuatku bersemangat,” ungkap Darius yang membuat gadis dalam rangkulannya itu menggeleng ketakutan. Ada bulir bening yang menetes dari sudut matanya saat mendengar Darius mengatakan semua itu.

Tangan Darius yang tidak bisa diam terus saja mencolek wajah dan tubuh gadis itu. Pakaiannya yang terbuka sudah semakin memancing gairah Darius malam ini. Evan tahu bahwa gadis ini sangat takut akan menjadi santapan Darius yang terkenal sangat kasar saat bermain dengan wanita panggilan. Dia kerap menyiksa wanita panggilan demi memuaskan hasratnya itu.

Ingin sekali rasanya Evan menolong gadis itu, tapi dia tidak tahu caranya bagaimana. Saat ini Evan mencoba berpikir keras agar Darius tidak melukai gadis itu dengan sangat buas. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana menolongnya.

“Om, tolong aku. Aku nggak mau melakukan semua itu, Om. Tolong lepasin aku, Om.” Gadis itu meminta dengan nada memohon. Akan tetapi, suaranya masih dibuat sekecil mungkin seperti takut terdengar oleh orang lain di luar meja tempat Evan dan Darius duduk saat ini.

“Tenanglah, Sayang. Semuanya nggak akan sakit dan akan terasa enak saat rasa sakitnya hilang. Sakit sebentar untuk kenikmatan selamanya, tidak masalah bukan?” tanya Darius dan tertawa lebar.

“Jangan, Om. Tolong aku, Om.” Kini mata gadis itu menatap kepada Evan seperti dia tahu bahwa Evan adalah pria yang baik dan akan menolongnya.

Evan tidak ada pilihan lain lagi karena dia merasa kasian pada si gadis yang bahkan namanya saja dia masih tidak tahu. “Darius, apa benar gadis ini kamu pesan untukku? Kalau begitu, aku akan membawanya bersamaku malam ini. Terima kasih atas hadiah yang sangat mengesankan ini. Sepertinya nggak masalah sesekali mencoba daun muda yang masih perawan. Aku juga ingin mencoba rasa dan permainan yang baru. Sepertinya dia boleh juga,” ungkap Evan dan membuat gadis itu semakin takut.

Gadis itu seperti merasa baru saja keluar dari mulut buaya dan masuk dalam kandang singa. Dia semakin menggeleng ketakutan saat Evan menarik paksa pergelangan tangannya. Darius memberikan dengan suka rela dan tawa yang lepas.

“Tenanglah kalau kamu ingin tetap aman!” titah Evan dengan suara yang diredam seraya terus menarik tangan wanita itu menuju kamar tempat dia menginap di kamar hotel itu.

Gadis yang ditarik Evan itu terus saja meronta dan ketakutan dan berharap Evan berbelas kasih untuk melepaskan dirinya. Namun, semua sia-sia saat mereka sampai di dalam sebuah kamar hotel dan Evan menguncinya di dalam bersama dengan dirinya juga. Gadis itu sangat ketakutan dan tidak berani menatap ke mata Evan yang berusaha mengatur napasnya.

“Tolong, Om. Jangan sakiti aku, Om. Aku nggak mau melakukan semua itu, Om. Tolong biarkan aku pergi ....”

“Siapa namamu?” tanya Evan dengan nada datar.

“A-aku? Namaku Su-Susan, Om. Susan Perawanita,” jawabnya dengan gugup dan ketakutan.

“Susan? Apa yang kau lakukan di hotel ini kalau kau tidak mau melayani seorang pria hidung belang?” tanya Evan lagi yang masih ingin menyelediki gadis muda bernama Susan itu.

“Aku dipaksa, Om. Aku dipaksa oleh ayahku karena dia punya banyak hutang sama renternir.”

“Ayahmu? Maksudmu, dia menjualmu?” tanya Evan tak percaya.

“I-iya. Dia bahkan beberapa kali hampir memperkosaku saat mabuk. Tapi, aku berhasil melepaskan diri. Dia seorang pemabuk dan penjudi, yang membuat ibuku harus meninggal dalam penderitaan.”

“Jadi, kau hanya tinggal berdua dengannya saja sekarang?”

“Iya. Aku nggak punya saudara atau teman yang bisa membantuku pergi dari tempat ini. Kalau aku pergi, dia pasti bisa menemukan aku. Seperti malam ini, dia menjualku pada temanmu tadi dengan harga 50 juta,” terang Susan yang tampak jujur dan tidak sedang membohongi Evan.

Evan menarik napasnya dan membuangnya dengan kasar. Dia tidak menyangka di zaman seperti sekarang, masih saja ada orang tua biadab seperti ayah gadis ini. Bagaimana dia bisa menjual darah dagingnya sendiri pada pria hidung belang seperi Darius? Bagaimana dia juga bisa hampir memperkosa darah dagingnya sendiri saat mabuk?

Evan merasa sangat kasihan dan bersimpatik pada Susan, karena dia takut hal serupa terjadi pada keluarganya yang perempuan. Apalagi, Evan memang tipe orang yang mudah bersimpati walaupun dia terkesan cuek dan tidak pernah perhatian pada wanita lain selain hal-hal yang menyangkut tentang istrinya tercinta – Renata.

“Kamu nggak usah takut sama aku. Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu,” ucap Evan akhirnya mencoba membujuk Susan dengan kata-kata seperti itu.

“Aku pernah mendengar kalimat itu, Om. Dan pada akhirnya saat aku mulai tenang, pria itu dengan kasarnya mencoba memperkosaku. Untuk saat itu istrinya menelpon dan dia langsung pergi karena anaknya masuk rumah sakit. Kalau nggak, aku nggak tau apa yang terjadi malam itu,” ungkap Susan yang memang tidak bisa langsung percaya dengan ucapan yang dilontarkan oleh Evan padanya itu.

“Jadi, kamu nggak percaya sama aku? Begitukah?” tanya Evan singkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status