Chapter 35.Seolah tidak terjadi apapun. "Hmm.. Aku bahkan sampai lupa menawarkan kamu minum. Padahal kamu baru saja pulang. Ini minumlah. Aku membuatkan jus ini tadi untukmu." Terpaksa Tina bicara lembut dan seolah tidak terjadi apapun. Namun, sayangnya tanpa pikir panjang Nathan langsung meminum jus itu hingga tandas. Setelah minum jus itu Nathan terasa begitu panas. Nathan segera melepaskan pakaiannya. "Kenapa begitu panas sayang? Apa yang kamu lakukan di minuman itu?" Tanya Nathan parau. "Ahh tidak ada apa-apa. Hanya sedikit saja." "Kenapa kamu harus dengan itu? Kan kamu bisa minta sayang. Aku selalu melayanimu. Aku selalu mau dengan tubuhmu yang indah ini." "Sengaja saja. Tapi lagi ingin. Tapi dengan khas yang berbeda. Boleh kan?" "Ehh,, kamu duduklah dulu. Aku belum membersihkan diri. Tunggu sebentar saja." Tina langsung beranjak ke kamar mandi dengan cepat. Hatinya berdegup kencang. Baru pertama kalinya ia berbuat curang. Dirinya b
Chapter. 34 "Ada apa dengannya? Tidak biasanya dia seperti ini." Gumamnya pelan. Nathan melangkah cepat menuju rumah. Ingin sekali ia tanyakan tentang kegelisahan hatinya pada istrinya. Namun, langkahnya tiba-tiba melambat ketika masuk ke kamar dan melihat gambar yang di pasang Tina. "Ehh kamu pulang. Cepat sekali." Cecar Tina tanpa menoleh. "Memangnya tidak boleh aku pulang cepat? Kenapa kamu pasang gambar ini di kamar?" "Ini? Tidak bagus jika aku pasang di luar. Jadi aku pasang disini. Tidak boleh ya, maaf." "Memangnya kenapa kamu pasang gambar orang ini?" "Dia ayahku. Ayah yang sudah meninggalkanku dari sejak kecil. Tanpa jelas alasannya. Dia di nyatakan meninggal, tapi jasadnya tidak ada. Jadi menurutku, dia masih ada." Deghh... Matanya membulat. Nafasnya tercekat. Seolah ia berhenti bernafas sesaat. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya. "Ada apa? Kenapa kamu jadi diam?" Tanya Tina penuh penekanan. Tidak ada jawaban. "A
Degh.... Kata itu, nama itu bagai menusuk hati Tina. Seorang pria tua yang sejak lama mereka tahan. Kabarnya pada keluarganya bahwa pria tua itu sudah tiada. Namun, tanpa jasad, tanpa kuburan. Dalam hati Tina masih bertanya tanya siapa pria itu, nama yang di sebutkan Nathan? Hatinya menggebu, Tina ingin mengetahui lebih lanjut. Entah itu dari mana ia harus memulainya. "Tina ada apa denganmu? Kenapa kamu diam saja selama ini?" "Ahh tidak ada. Aku berpikir untuk mengunjungi paman. Entah kenapa aku rasanya ingin menemuinya. Mungkin aku kangen mereka." "Baiklah. Mari, bersiaplah. Kita akan berangkat sekarang." Nathan begitu memanjakan Tina, semua yang di inginkan Tina selalu di turuti. Walaupun Tina tidak pernah memaksa. Tapi, Tina bukan tipe cewek yang boros. Tina tidak suka menghamburkan uang untuk hal yang tidak perlu. *** Tak begitu lama di perjalanan, mereka tiba di desa. Tempat Tina di besarkan. Tina menghirup udara segar. Rasanya san
"Katakan. Apa yang kau ketahui?" "Nathan itu bukan manusia yang punya hati nurani. Dia monster. Bagaimana kau bisa tidak tau, aneh. Bagaimana kau menikahinya?" "Kenapa? Aku harap kau bicara seperti ini bukan karena rasa cemburu atau iri." Sergah Tina membantah. "Hahaha... Aku iri padamu? Yang benar saja. Untuk apa aku datang ke kandang harimau, jika sudah tau itu kandangnya. Aku merasa iba padamu. Kamu baru datang dari desa dan tidak tau dunia luar. Di luar begitu kejam." "Aku tidak mengerti. Awalnya aku datang kesini juga karena tumpangan darinya, menurutku dia baik. Soal dia bersikap dingin dan arogan aku tau. Mungkin memang itu sikapnya." Jawab Tina sedikit memikirkan masa itu. "Kau ini. Itu dia aku tidak suka orang desa. Aku tidak suka berteman dengan orang desa. Cukup! Kamu selidiki sendiri tentangnya. Aku tidak bisa bicara banyak. Nanti kamu malah tidak terima." "Katakan saja." "Temanku memang buat masalah dengannya melalui kabar yang mengaitka
Chapter 31. Dalam hati berkata, kenapa dan bagaimana ini terjadi? Kenapa begitu cepat dirinya di temukan? Bagaimana cara mereka menemukannya? Pasti Salma lah yang sudah membocorkan semua ini padanya. Sandra marah dalam diam. Namun, dia tidak bisa melakukan apapun saat ini. Hancur sudah impiannya. Di sisi lain, di tempat lain... Tina pergi berbelanja ke mall bersama bik Misna. Dia adalah pelayan setianya. "Jadi ini istri jelek dan miskin Tuan Nathan? Hahaha begitu buruk seleranya. Hahaha... Bagaimana cara kau mendekatinya rendahan?" Pekik salah seorang wanita muda padanya. "Apa urusanmu jika aku jelek dan miskin. Lalu kenapa kau ingin tau bagaimana caraku mendapatkannya?" Balas Tina tegas. "Hahaha wanita ini sungguh naif sekali. Apa kau tau latar belakangnya? Seharusnya kau selidiki dulu sebelum menerimanya." "Memangnya kau ini siapa? Sepertinya kau begitu akrab." Tanya dan tebak Tina. Matanya mencibir tajam ke arah wanita itu. Begitu pula dengan
Nyalinya semakin menciut melihat Nathan yang begitu marah dan mengamuk. Ibu Salma mundur beberapa langkah memastikan dirinya tidak jadi sasaran. Semua foto yang ada di atas meja itu di buang berhamburan begitu saja. Rahangnya mengeras, tampak dari urat-urat nya yang juga ikut mengeras. "Cari dia!" Suaranya menggelegar ke seisi ruangan itu. "Tolong, tolong lepaskan aku. Aku di suruh olehnya. Aku di bayar olehnya. Kau tau sendiri kan kunci kehidupan adalah uang." Ucap ibu Salma pelan dengan sisa keberanian nya. Lagi lagi Nathan tidak menjawab, hanya menatap dirinya dengan tatapan tajam. "Kau punya nomor ponselnya?" "Tidak. Dia tidak memberikannya. Dia bilang dia pasti membayarku lunas. Dan benar uang selalu masuk ke rekening ku. Artinya dia tidak bohong." Jawab ibu Salma secepatnya. Merasa sesak dan penuh amarah, Nathan langsung beranjak pergi dari sana. "Dasar menantu kurang ajar. Udah buat wajahku memar gak tanggung jawab lagi. Bayar kek