Chapter: Chapter 5. Menikmati Tanpa Sadar2 "Hutang? Apa aku ada hutang sama Tuan? Hutang apa ya?" tanya Tina dengan polos. "Iya hutang. Aku hanya bicara saja soal hutang dan kamu harus bayar. Jika tidak begitu maka kamu sudah di seret paksa olehnya." walau begitu Nathan tetap sabar memberi penjelasan padanya. Padahal sosok Nathan begitu cuek dan tak peduli pada orang lain. Tapi, kenapa kali ini dia peduli pada Tina? Para pelayan pun pada heran semuanya. Ibunya dan ayahnya juga pada heran padanya. Ada apa ini? *** "Maaf Tuan. Kita punya rapat penting saat ini. Dan Tuan harus menghadirinya." ujar sekretaris nya. Tanpa menjawab apapun, Nathan langsung melangkah menuju ruang rapat. Karena di kantor begitu sibuk, membuat Nathan jadi bingung. Sepulang kerja pun, Nathan tidak langsung pulang kerumah. Nathan malah mampir ke club di mana tempat teman temannya sudah menunggu dirinya. Kebiasaan. Jika Nathan sudah begitu pusing dan frustasi, dia selalu pergi ke club malam untuk memenangkan diri. Bergaul dan membeli wani
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: Chapter 4. Menikmati Tanpa Sadar Hari ini, Nathan tampak bersiap. Tapi dirinya tidak ke kantor. Mau kemana dia? Nathan juga meminta Tina menggantikan pakaian nya dan ikut dengan nya. Nathan mengajak Tina mengunjungi mall hari ini. Gadis itu senang, seolah tidak percaya dirinya bisa menginjakkan kakinya di mall besar itu. Namun, seketika berubah murung. Barang barang di sana harganya pasti mahal. Uangnya mana cukup hanya untuk belanja di mall sebesar itu. "Kau kenapa?" "Tidak perlu ke sana Tuan, uangku tidak cukup untuk belanja di sana." Nathan tidak menjawab, menarik tangan gadis itu dengan kasar dan membawanya masuk mall itu. Di sana dia sudah di sambut dengan hangat oleh para karyawan karyawan itu. Nathan yang tanpa ekspresi, hanya memasang muka datar. Itu yang di takuti dan di segani oleh banyak orang. Hidih.. Sok banget dia! Caci Tina dalam hati. "Ambil saja apa yang kamu mau. Maksudnya, apa yang kamu butuhkan!" Nathan beranjak menjauh dari Tina dan menuju kursi kemudian dia duduk santai di sa
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: Chapter 3. Setelah Satu Bulan Melihat hidangan itu membuat Nathan menelan ludah. Apalagi dengan aroma yang begitu menggugah selera makannya. Tanpa menunggu lama, tangannya langsung bergerak mengambil sendok dan langsung makan dengan lahap. "Pelan-pelan makannya Tuan." ujarnya pelan. Dalam hatinya sedikit senyum melihat tuannya makan dengan lahap. Artinya Tuan nya menyukai masakannya. Nathan tak menjawab, terus makan hingga habis tak tersisa. "Mau tambah lagi Tuan?" "Tidak perlu. Ini sudah cukup, tadi saja kamu tarok nasi begitu banyak. Untuk apa tambah lagi? Kamu ingin buat aku gemuk ya?" "Heheh.. Maaf Tuan. Aku pikir Tuan begitu lapar makanya aku tarok nasi yang banyak. Tapi, ternyata habis juga ya Tuan." jawab Tina sambil terkekeh senyum melebar. Nathan tak membalas ucapan itu, sambil bangkit berjalan menuju kamarnya. "Bereskan itu cepat. Tidurlah! Besok kamu harus bangun lebih pagi dan jangan lupa bangunkan saya. Ada rapat penting besok pagi pagi sekali." "Baik, Tuan." *** Keesokan paginya
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: Chapter 2. Mulai Bekerja Nathan tidak menjawab, kakinya terus melangkah masuk ke dalam kamar miliknya. Di luar sana, Tina masih bingung dengan ucapan Nathan barusan. Apa maksudnya itu? Pribadi? "Ayo, non. Mari saya tunjukkan kamar untukmu." Tina melangkah mengikuti langkah bik Ina. Dia adalah pelayan paling lama di rumah itu, umurnya juga sudah tua. Bik Ina itu pula yang merawat Nathan dari sejak kecil. Kedua orang tuanya sibuk bekerja sampai lupa pada anaknya. Bik Ina lah yang mengurusnya dari bayi dan bahkan juga menyusuinya diam diam. Oh iya, bik. Apa maksud dia tadi ya?" tanya Tina. "Ohh itu. Artinya non di sini hanya bekerja khusus untuk Tuan Nathan." "Tina masih belum mengerti bik Ina." jawab Tina dengan masih polosnya. Namun bik Ina hanya tersenyum saja. Sesampainya di kamar, Tina di buat takjub melihat kamar yang begitu rapi. Tidak begitu besar, namun bagi Tina kamar itu sudah sangat besar dan mewah. Dalam hati, Tina bersyukur bisa langsung dapat pekerjaan dan tempat tinggal senya
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: Chapter 1. Pertemuan "Mau lari kemana kau! Dasar anak gak berguna! Kau harus terima juragan itu supaya keluarga kita terbebas dari hutang. Dengar kau!" teriak ibu Salma pada putrinya. "Tidak, ibu. Aku tidak mau." balas Tina sambil terus berlari. "Apa kamu tidak mau mendengarkan ibumu?" teriak ibu Salma pada putrinya. "Aku tidak mau, ibu. Aku tidak mau di jodohkan dengan juragan itu." jawab Tina dengan suara yang gemetar. Ibu Salma marah dan terus memaksa Tina untuk menerima perjodohan itu. Tina merasa terjebak dan memutuskan untuk lari ke kota. Saat itu juga, Tina mendengar suara desas desus dari tetangga bahwa ibunya berhutang banyak pada rentenir yang terkenal kejam. Artinya, memang ibunya tukang ngutang dan sudah tersebar di kalangan komplek perumahan tersebut. Sudah begitu jauh dari rumah, sang ibu masih juga masih mengejarnya. Kini, pelarian Tina sudah berada di jalan raya. Melihat satu mobil berdiri di pinggir, tiba-tiba saja Tina menerobos masuk ke dalam mobil itu. "Tuan, tolong
Last Updated: 2025-04-29