Share

Mengapa Kau Membenciku?
Mengapa Kau Membenciku?
Penulis: Ekta Naura

Part 1 : Kalung Misteri

Di sebuah perkebunan yang luas nan hijau tampak langit begitu cerah. Para pegawai perkebunan sudah memulai aktifitasnya sebagaimana biasanya untuk memetik daun teh. Hamparan daun-daun teh begitu tertata rapi, membuat siapapun yang melihatnya begitu terpesona, sungguh pemandangan alam yang benar-benar menakjubkan. Sementara itu tak jauh dari Perkebunan tersebut terdapat sebuah Perusahaan pengolahan daun teh. Oleh karenanya sudah bukan rahasia umum lagi bahwa pemilik Perkebunan & Perusahaan pengolahan teh ini merupakan salah satu Pengusaha sukses dari sekian banyak Pengusaha di kota Malang. Lalu pada saat yang bersamaan di satu sudut ruangan Perusahaan tepatnya di atas meja kerja CEO terpampang sebuah foto, tampak seorang pemuda yang sedang memandanginya kemudian diambilnya foto tersebut,

"Sudah sebulan lebih aku di sini, tapi belum juga menemukan orang yang telah membuatmu harus mengakhiri hidup kak, huuuffftttt!" ucapnya lirih sambil menghembuskan nafas berat,

"Bagaimanapun caranya aku harus menemukan siapa gadis itu?!" imbuhnya pula, spontan digebraknya meja yg berada di depannya dengan wajah yang memerah menahan amarah.

"Anton...Anton...!" Fero memanggil salah seorang asistennya. Hanya dalam hitungan beberapa detik saja sang asisten pun sudah berada di hadapannya.

"Iya Pak Fero!" jawab Anton tegas

"Aku minta secepat mungkin kamu cari siapa pemilik kalung ini? dan cari informasi sebanyak-banyaknya tentang wanita yang terakhir kali berpacaran dengan kak Fadli bagaimanapun caranya!"

"Baik Pak, secepatnya akan saya dapatkan informasi tersebut!"

"Bagus...pergilah!, aku ingin informasi yang se akurat mungkin!"

"Baik Pak!" Sahut Anton sambil membungkukkan badannya kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan CEO.

***

 

Di lokasi berbeda, tampak sebuah rumah yang sangat sederhana dihuni oleh seorang wanita tua yang memiliki 2 putri yang rupawan.

"Sarah... sudah siang nak, nanti kamu terlambat!" panggil Bu Lina kepada salah seorang putrinya.

"Sinta, tolong ambilkan kuah di dapur nak, tadi ibu lupa membawanya kemari!" tambah Bu Lina kepada putri yang satunya lagi.

"Iya Bu."Jawab Sinta yang saat itu sedang membantu ibunya membuat sarapan seperti hari-hari sebelumnya. Tak lama kemudian Sinta segera membawakan kuah yang diminta oleh ibunya itu.

"Sarapan apa hari ini Bu?" tanya Sarah sambil menggeser kursi di meja makan untuk kemudian ia duduki.

 "Ini ada sayur bayam, Adikmu juga sudah buatkan bakwan jagung manis kesukaanmu, kamu tau sendirikan Adikmu ini memang punya hoby memasak, jadi Ibu tidak perlu bersusah payah sendirian di dapur untuk menyiapkan sarapan, iya kan nduk?" jawab Bu Lina semringah sambil menoleh ke arah Sinta. Sementara Sinta menjawab pertanyaan ibunya dengan sebuah senyuman manis yang tersungging dari bibirnya yang mungil itu.

"Kakak hari ini masuk sift pagi apa siang?" tanya Sinta pada Sarah.

"Hari ini aku tidak kerja, aku capek!"       

"Loh, kamu bilang kerja yang sekarang lebih enak dari pada kerja di kantor yang dulu?" tanya Bu Lina                                  

"Iya sih Bu, Sarah ambil cuti hari ini, akhir-akhir ini sering lembur, badan Sarah pegel semua." jawab Sarah sambil memijit-mijit pundaknya dengan kedua telapak tangannya.                                    

"Oh ya kak, apa kalung ku sudah ketemu?, kakak bilang pinjam sebentar, tapi kenapa sampai sekarang kakak belum juga mengembalikannya?" tanya Sinta pada Sarah.         

"Aaahh….cerewet banget sih kamu, ntar juga ketemu, hanya saja aku lupa taruk di mana kalungmu itu, kalau kamu sudah tidak sabaran tinggal beli baru lagi kan beres!" jawab Sarah enteng.                        

"Iya memang aku bisa membeli kalung lagi dengan model yang hampir sama, tapi kalung itu bagiku sangat berharga kak, karena kalung itu satu-satunya hadiah dari ayah saat aku mendapat peringkat pertama semasa SMA."                  

"Sudahlah Sinta, kamu jangan merusak mood ku hari ini ya!, aku kan sudah bilang ntar juga ketemu sendiri, kamu kok nggak sabaran banget sih, kalau memang kamu mau cari aja sendiri, tuh di kolong tempat tidur atau di kolong lemari mungkin!"       

 "Sudah Kak, aku sudah cari di setiap sudut rumah ini, tapi kalung itu bener-bener nggak ada."

"Sinta....sudah nak!, kalau memang kalung itu masih rejeki kamu pasti kembali, ibu yakin!" ucap Bu Lina sambil mengedipkan matanya memberi isyarat kepada Sinta untuk mengalah.      

 "Ya sudahlah Bu, Sinta mau keluar dulu!"  Pamit Sinta.

″Kamu mau ke mana nak?!, kamu belum sarapan loh?" Tanya Bu lina keheranan.                                          

"Sinta masih belum lapar Bu, Sinta mau ke sungai dulu!" jawab Sinta                               

"Ya sudah kamu jangan lama-lama ya nak!, bukankah jam 10 nanti kamu harus jaga toko gantikan ibu, barang-barang di toko sudah banyak yang mau habis!"

"Iya ibu tenang aja, Sinta cuma sebentar kok!" jawab Sinta sambil tersenyum pada ibunya kemudian berlalu pergi. Tak berselang lama kemudian, 

"Tok...tok..tok....!" rupanya ada yang mengetuk pintu ruang tamu. Tanpa berpikir lama Sarah pun segera beranjak dari meja makan untuk segera membukakan pintu.                                   

"Permisi, apa benar di sini rumah Sarah?" tanya seorang pemuda yang mengetuk pintu tersebut.                             

"Iya benar saya Sarah, anda siapa ya?"  tanya Sarah    

"Perkenalkan nama saya Fero, eemmm….apa benar anda pemilik kalung ini?" jawab Fero sambil mengeluarkan sebuah kalung dari saku celananya, kemudian menunjukkannya kepada Sarah. Sontak saja Sarah terperanjat kaget, karena ia ingat betul kalau terakhir kali kalung itu berada di tangan kekasihnya yang beberapa waktu lalu meninggal dunia karena bunuh diri. Kembali teringat di benak Sarah kejadian yang ia alami kurang lebih sebulan yang lalu. Beberapa hari sebelum kekasihnya itu bunuh diri, mereka bertengkar hebat. Karena sikap Fadli yang terlampau posesif terhadapnya, membuat Sarah seolah tidak bisa menghembuskan nafas dengan bebas, ruang geraknya benar-benar dibatasi, mulai dengan siapa dia bersosialisasi, gaya serta model baju apa yang sedang dikenakan, aksesoris apa yang di pakai, penggunaan make up yang ditampilkan, warna rambut, warna cat kuku, semuanya tak luput dari kemauan serta harus mendapatkan persetujuan dari Fadli, jika tidak demikian maka urusannya bisa panjang tanpa ada pangkal ujungnya, Sarah selama ini merasa sudah cukup menahan diri untuk mengikuti semua yang Fadli mau, namun pada akhirnya ia sudah tak sanggup lagi berada dalam jeratan cinta yang posesif itu, hingga pada moment yang dirasa tepat Sarah memutuskan hubungan asmaranya bersama Fadli, tentu saja Fadli menolak keras keputusan Sarah, perdebatan pun tak dapat dielakkan, karena merasa kecewa dengan keputusan Sarah, Fadli pun menarik kalung yang dipakai Sarah.

"Aku mohon Fadli kembalikan kalung itu!" ucap Sarah memohon agar kalungnya dikembalikan.                                              

" Tidak....kalau kamu merasa kalung ini berharga, kamu harus mau kembali lagi denganku, aku sangat mencintaimu Sarah!"                                                         

 "Maafkan aku Fadli, tapi keputusanku ini memang keputusan yang terbaik bagi kita, aku harap kamu mengerti!"                           

"Justru kamu sendirilah yang tidak mengerti Sarah, bagaimana bisa kamu memutuskan hubungan kita sedangkan kamu tahu aku sangat mencintaimu, bukankah kita sudah berkomitmen untuk menikah, lalu kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?, apapun yang kamu minta pasti aku berikan, kecuali satu jangan pernah kamu tinggalkan aku, ayolah Sarah aku mohon!"   

"Maaf Fadli aku benar-benar tidak bisa, putus adalah keputusan yang terbaik buat kita berdua, kita sudah tidak sejalan lagi, percuma saja bila hubungan ini di teruskan, maka salah satu dari kita pasti akan tersiksa, aku benar-benar minta maaf!" itulah percakapan terakhirnya kala itu dengan Fadli.

"Loh...kenapa anda malah melamun?, halloooo... sekali lagi saya tanya apa benar ini kalung anda?" Fero kembali mengulang pertanyaannya.         

"Nama Anda Fero?, tapi saya tidak mengenal anda, sebenarnya anda ini siapa?, dan bagaimana bisa kalung ini berada di tangan anda?" tanya Sarah balik.                                                                 

"Itu ceritanya panjang nona, tapi ngomong-ngomong apa benar kalung ini milik anda?"                                                      

"Waduh gawat, bagaimana kalau dia seorang polisi yang sedang menyelidiki perihal kematian Fadli, aku harus berhati-hati, aku tidak mau dikait-kaitkan dengan kejadian itu!" bisik Sarah dalam hati.                                        

"Nona.....!"  Panggil Fero kepada Sarah.                                                

"Buukkaann....kalung itu bukan milik saya tapi milik adik saya." jawab Sarah gugup.                                                           

"Apa anda yakin ?" tanya Fero menyelidik.                                                         

"Tentu saja saya yakin...itu memang kalung milik adik saya, Almarhum Ayah saya memberikan kepadanya saat ia duduk di bangku SMA, dan bulan kemarin Adik saya mengatakan kalau kalungnya hilang."                                   

"Oh ya....lalu di mana adik anda sekarang, apa saya bisa bertemu langsung dengannya untuk mengembalikan kalung ini?"                    

 "Tentu..tentu!, sebaiknya anda sendiri yang mengembalikan kalung itu kepadanya, baru saja ia pergi ke sungai tak jauh dari sini!"                                          

"Bisakah Anda memberitahu saya dimana letak sungai itu?"                       

"Anda cukup mengikuti jalan setapak di depan ini, anda lurus saja terus, nanti di belokan sana ada sebuah pohon bambu yang cukup rindang, kemudian anda belok ke kiri, tak jauh dari situ sudah terlihat sungainya!" Sarah menjelaskan dengan gamblang sambil ibu jari tangannya menunjukkan ke arah jalan setapak yang ia maksud.                                          

"Baik terima kasih!, kalau begitu saya akan ke sungai itu untuk memberikan kalung ini kepadanya, permisi...!" pamit Fero kemudian bergegas pergi menuju jalan setapak yang telah ditunjukkan Sarah.                             

 "Hufttt....untung saja aku berfikir dulu sebelum menjawab pertanyaannya tadi, pasti dia itu polisi, biar saja Sinta yang berurusan dengan polisi itu yang penting bukan aku." gumam Sarah.

***

Sinta telah sampai di tepi sungai, tempat yang senang sekali ia habiskan hingga Berjam-jam lamanya di sana. Karena sejak kecil sungai tersebut adalah tempat favoritnya untuk bermain.             

"Wah....sejuknya!" ujar Sinta lirih sambil mengibas-kibaskan kedua telapak kakinya ke permukaan air sungai.

"Hemm...hemm..hemmm!" Sinta bersenandung lirih sambil tersenyum manis memandangi kupu-kupu yang hinggap di atas bunga di tepian sungai. Tanpa berfikir panjang lagi, Sintapun menceburkan dirinya ke dalam air untuk berenang. Cukup lama Sinta berenang dengan lincahnya sambil menikmati dinginnya air sungai yang jernih itu, namun tanpa ia sadari seseorang sedang mengamatinya dari balik pohon tak jauh dari tempat Sinta berada. Setelah puas berenang ia pun merebahkan tubuhnya di atas rerumputan, ia lentangkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya, ia pun memejamkan matanya sambil tersenyum simpul. Perlahan-lahan Fero mendekati Sinta, dipandanginya wajah gadis di depannya itu dengan seksama, karena penasaran Fero jongkok persis di samping kepala Sinta, kembali ia pandangi wajah Sinta lebih dekat lagi.

"Jadi ini gadis yang telah membuat kakakku bunuh diri, cantik juga dia, kulitnya putih bersih, pantas saja kakakku tergila gila padanya." gumam Fero.

"Aaaaahhhhhhh....sssiiiiaappa kamu, sedang apa kamu di sini?" Spontan Sinta berteriak sekencang-kencangnya sambil kedua tangannya secara refleks memegang pipinya karena kaget.

"Maaf jangan takut, perkenalkan nama saya Fero. Baru saja saya dari rumah anda untuk mengembalikan sesuatu, sebentar-sebentar!, nah apa anda tau ini milik siapa?" tanya Fero kemudian memperlihatkan sebuah kalung di telapak tangannya, lalu diangkatnya kalung itu di sela-sela jarinya dan didekatkan persis di depan wajah sinta. Sontak saja Sinta terperanjat kaget dengan apa yang dilihatnya, itu benar - benar kalung yang selama ini ia cari, kalung berlapiskan emas 24 karat dengan liontin berinisial huruf S. Perasaan bahagia & lega bahwa keyakinannya selama ini tidaklah salah kalau memang kalungnya itu tidak hilang, bahkan sekarang ini bukanlah mimpi bahwa kalung kesayangannya itu kini berada di depan matanya.

"Tapi bagaimana ceritanya kalung itu bisa di tangan anda?"

"Sebelum saya menjawab pertanyaan anda, bolehkah saya tanya terlebih dahulu apa benar anda adalah nona Sinta?"

"Iya benar..!" jawab Sinta sambil menganggukkan kepalanya.

"Kedatangan saya ke sini yaitu untuk mengembalikan benda ini kepada pemiliknya tapi dengan satu syarat!"

"Syarat...syarat apakah itu?" tanya Sinta.

"Ambil kalung ini dari tangan saya, jika anda bisa, maka kalung ini saya serahkan kepada anda sekarang juga!" jawab Fero.

Dengan cepat dan gesit Fero mengangkat tinggi-tinggi kalung tersebut dengan kedua tangannya, maka dengan gigih pula Sinta berusaha menggapai kalung dengan posisi berjinjit, karena tidak berhasil juga Sinta berusaha melompat setinggi mungkin, namun semakin Sinta berusaha semakin Fero menjauhkan kalung itu dari jangkauannya.

"Kembalikan kalung saya tuan, anda jangan mempermainkan saya!"

"Siapa bilang saya sedang mempermainkan anda, ayolah...anda saja yang kurang berusaha, ayo saya masih memberikan anda kesempatan, bersemangatlah nona!" bisik Fero di telinga Sinta. Dengan semangat kembali Sinta berusaha merebut kalungnya, namun untuk yang kesekian kali pula Fero berusaha menghindar dan tiba-tiba Sinta tergelincir oleh sebuah batu yang berada persis di bawah telapak kakinya, Sintapun oleng dan menabrak tubuh Fero hingga mereka berdua terjatuh dengan posisi tubuh Sinta berada di atas tubuh Fero.

"Waaooww....benar benar cantik sekali gadis ini!, kulitnya putih bersih, bola matanya indah, ditambah lagi tahi lalat yang menghiasi bagian sudut bawah bibirnya yang mungil itu!" bisik Fero dalam hati yang terkagum-kagum akan kecantikan gadis yang berada persis di dekatnya saat ini.

"Pantas saja kak Fadli cinta mati dengan gadis ini, pesonanya benar-benar maut jika dipandangi dari jarak yang dekat, namun siapa sangka gadis yang terlihat lugu & polos ini memiliki sisi yang tidak berperasaan hingga membuat kakakku bunuh diri. Sungguh membuatku tak habis pikir mengapa dia tega mempermainkan cinta kakakku, apa salah kak Fadli?, kurang apakah kak Fadli?" kembali beberapa pertanyaan menyeruak di hati Fero.

"Maafkan saya...!, saya benar-benar tidak sengaja!" ucap Sinta sambil membenahi posisinya dan perlahan-lahan berdiri kemudian mengibas-ngibaskan roknya karena terkena butiran pasir yang menempel.

"Hemmm...baiklah karena sebuah syarat untuk anda mengambil kalung ini tidak berhasil, maka saya akan membawanya kembali!" ucap Fero sambil memasukkan kalung Sinta ke dalam saku celananya.

"Yang benar saja anda ini, kalung itu kan milik saya, bagaimana bisa anda akan membawanya lagi?, hayoo cepat kembalikan kalung saya!" protes Sinta.

"He..he..he...saya serius nona Sinta dan saya tidak bercanda, saya akan mengembalikannya bila tiba saatnya nanti, jadi anda harus bersabar dulu!"

"Haaaa..., sabar????"

"Benar sekali...yang penting saya sudah mengetahui siapa pemilik kalung ini, untuk itu sekarang saya harus pergi, karena ada urusan yang harus saya selesaikan, saya permisi dulu !" pamit Fero sambil berlalu pergi meninggalkan Sinta

"Tapi...heyyy tuan...!, aku mohon kembalikan kalungku, tuaann...huufftt...!" teriak Sinta sambil menghela nafas panjang hingga tertiuplah beberapa helai rambutnya yang tergerai, namun Fero tak menghiraukan panggilan Sinta, ia tetap bergegas pergi meninggalkan Sinta seorang diri, sementara Sinta hanya bisa memandangi Fero yang melangkahkan kaki membelakanginya jauh dan semakin menjauh hingga tak nampak lagi dari pandangannya.

💞 Hallo…! All My Dear Readers…!!!, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga!!!,  semoga kalian semua suka dengan ceritanya ya!!!, baca terus hingga akhir episode!, karena dijamin ceritanya akan menarik sekali untuk disimak terus...dan terus...!,😘 jangan lupa dukung terus karya saya ya!, salam kenal "Ekta Naura"!.🙏💐💞

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mey Mey Ernah
hadir kak.seru ceritanya Kren...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status