Mendengar kabar bahwa dirinya akan diantarkan kembali pulang ke rumah, membuat Sinta mengucap syukur yang tak terhingga. Mereka akan membebaskannya dengan satu syarat, ia harus mau makan nasi kotak yang sudah disiapkan, sebenarnya enggan bagi Sinta untuk makan pemberian mereka, namun karena itu adalah satu-satunya syarat agar ia dibebaskan, maka mau tidak mau Sinta pun memakan nasi kotak tersebut meski hanya beberapa sendok saja. Sedih plus bahagia bahwa ia akan segera bebas dari para penculik, hal yang membuatnya sedih yaitu sebisa mungkin ia akan menjauh dari suami yang teramat sangat membencinya, hatinya begitu sedih bahwasanya Fero tak pernah menganggapnya ada. Hingga tiba jualah para penculik itu menepati janjinya, sesuai dengan instruksi dari tuannya, mereka mengantarkan Sinta sampai beberapa meter dari pintu gerbang rumah, sama seperti tempat dimana mereka beberapa hari yang lalu membiusnya kemudian membawanya pergi.
Setelah Sinta turun dari mobil yang mengantarkannya
Fero menyaksikan dengan jelas sedari Sinta terjerembab dipelukan Devano saat pertukaran pasangan dansa, jauh di lubuk hatinya yang teramat dalam, ia terbakar api cemburu menyaksikan istrinya bersentuhan dengan laki-laki lain, namun ia juga menyadari bahwa ia harus menerima konsekuensinya karena ia memang tidak mengajak istrinya untuk ikut bersamanya menghadiri undangan pesta ini, justru sepupunya lah yang mengajak istrinya itu. Sementara itu dari jarak beberapa meter dengan dirinya, Devano menatap dengan tatapan tajam dan sinis. Maklum saja sedari kecil Fero dan Devano merupakan 2 orang rival yang tidak dapat disatukan dalam berbagai ha
"Gimana Dok, apa ada yang serius?" tanya Devano pada Dokter pribadinya. "Tidak ada yang serius Pak, anda tenang saja! ini sudah saya tuliskan resep, jangan lupa untuk sementara luka yang di dahi jangan terkena air dulu sebelum benar-benar kering dan sembuh!" jawab Dokter Boby. "Syukurlah kalau begitu Dok, karena dia jatuh ke dasar jurang yang sangat curam, jadi saya khawatir sekali!" ungkap Devano cemas. "Saya yakin dia adalah gadis yang sangat kuat dan syukurlah Allah masih melindungi dia!" Dokter Boby memberikan semangat agar Devano tetap tenang. "Iya Dok!" "Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, kalau ada apa-apa Pak Devano silahkan hubungi saya!" pam
"Ini semua gara-gara kamu Fero, kamu yang menyarankan agar kuda berwarna coklat terang itu ditunggangi oleh Sinta, dia jatuh ke dalam jurang jadinya, kamu bilang kuda itu jinak dan sudah terlatih tapi nyatanya apa? jangan-jangan kamu memang sengaja melakukannya kan? agar sesuatu terjadi pada Sinta sehingga kamu bisa meresmikan hubunganmu dengan Nindy ke jenjang yang lebih serius, iyakan Fero?!" Al mencoba mengintrogasi Fero "Aku bilang juga apa, jangan kebanyakan lihat sinetron biar kamu itu gak berhalusinasi, kalau aku sudah tidak ingin mempertahankan pernikahanku dengan dia, ngapain harus ribet-ribet seperti yang kamu pikirkan itu, aku tinggal hubungi pengacaraku lalu aku perintahkan dia untuk mengurus perceraian kami, gitu aja sudah beres, ngapain harus bikin drama yang seperti kamu pikirkan
Entah ini mimpi atau nyata, Sinta merasa ada seseorang di sampingnya saat ini, ia pun perlahan membuka mata, ternyata bukanlah mitos bahwa di dekatnya saat ini benar-benar ada sosok yang ia kenal sedang berusaha untuk membuatnya bangun dari mimpi indah. "Dev… !" ucapnya lirih sambil memercingkan mata. "Hemm…. sang putri tidur akhirnya bangun juga!" sahut Devano sambil tersenyum. "Apa kamu tadi bangunin aku?" "Yup betul sekali, begitu dibangunin bukannya membuka mata, malah main peluk-peluk aja!" "Apa peluk? maksudnya tadi aku peluk ka
Dengan muka tanpa Ekspresi Fero sembari membalikkan badannya, "Aku ke sini untuk menjemput Sinta?" sahut Fero "Oh ya?! sejak kapan kamu peduli dengan istrimu?" tanya Devano sinis. "Itu bukan urusanmu!" jawab Fero serius "Siapa bilang itu bukan urusanku?! aku yang menyelamatkan nyawanya ketika dia butuh pertolongan, sedang kau yang suaminya sama sekali tidak bisa diandalkan, ingat baik-baik saat aku sudah menyelamatkan seseorang! maka kedepannya aku akan berusaha melindunginya apapun itu keadaannya, dan aku tidak peduli lagi dengan statusnya!" "Wow…! kenapa kau bisa sangat percaya diri sekali, kau itu bukan siapa-siapanya, baik di mata hukum ataupun di hatinya, sekali lagi kau bukan siapa-siapa baginya!" "Bukankah sudah aku bilang aku tidak peduli sekalipun secara hukum kau adalah suaminya, aku tau semuanya bahwa kau menikahinya hanya karena kau ingin menyakitinya kan? kau menikahinya hanya karena dendam bodoh mu itu!"
Tanpa jenuh dipandangi wajah suaminya itu, tak terasa jarum jam dinding terus berputar. Hingga akhirnya Sinta pun tertidur di samping wajah Fero, kejadian ini merupakan kejadian yang langka selama mereka menikah, bagaimana tidak ?! setelah mereka sah menjadi suami istri belum pernah sekalipun tidur dalam satu ranjang, apa lagi saat ini Sinta dan Fero sedang tertidur dengan wajah yang saling berdekatan satu sama lain, meskipun posisi kepala Sinta saja yang berada persis di samping suaminya itu, namun tubuh dan kakinya dengan posisi duduk di lantai yang dingin, Sinta sama sekali tak mempermasalahkan karena mendampingi suami yang sedang demam itu jauh lebih penting dari apapun. Hingga pagi menyingsing dan bunyi Alarm dari HP yang berasal dari kamarnya terdengar jelas hingga membuatnya terbangun dari tidur, Sinta memegang dahi suaminya untuk memastikan apakah demamnya sudah turun? dan puji syukur Alhamdulillah ternyata suhu panas tubuh Fero sudah kembali normal, terselip perasaan lega d
Selepas sholat subuh sebagaimana biasanya Sinta memasak di dapur untuk membuat sarapan pagi. Beberapa saat kemudian setelah semuanya selesai maka disajikannya hidangan sarapan pagi di atas meja makan. Sinta pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai mandi barulah ia mengaplikasikan make up di wajahnya dan kemudian berganti pakaian untuk menghadiri undangan Fero di Ballroom Hotel Cinaya, ia pun mengenakan gaun berwarna coksu (coklat susu) yang unik, karena satu gaun akan tetapi memiliki 2 model, yaitu bagian dalam dengan gaya Mini Skirt ( rok mini ), sedang bagian luarnya dibalut dengan kain transparan model Rok Maxi yang disertai dengan belahan di depannya. Untuk model rambut Sinta hanya sedikit memangkas rambutnya agar lebih terlihat lebih rapi, kemudian dipakainya headbands ( bando ) untuk menghiasai rambutnya, terlihat sebuah kombinasi yang sangat apik, karena apapun itu yang Sinta kenakan selalu membuatnya tampil cantik, anggun dan juga mempesona. Setel
Sebuah mobil Mercedes Benz AMG GT hitam mengkilap meluncur di tengah-tengah kota, nampak Al yang baru saja pulang dari luar kota sedang menatap jam tangan yang ia kenakan, saat itu ia duduk di belakang kursi kemudi, raut wajahnya terlihat begitu serius. "Langsung ke Hotel Cinaya ya Pak!" ucap Al. "Baik Pak." jawab Sang Sopir. Beberapa saat kemudian Al telah tiba di dalam Ballroom Hotel Cinaya, ia benar-benar tidak mengerti mengapa Fero menyuruhnya untuk datang ke acara pesta tersebut? karena memang ia tidak tahu apa-apa sama sekali, ia hanya mendapatkan pesan singkat dari Fero via W******p. So