*Happy Reading*
Saat Bianca mengkhawatirkan sikap Mak Kanjeng kedepannya setelah tahu aib dirinya. Yang Bianca tidak tahu, bahwasanya sebenarnya Mak Kanjeng sudah mengetahui semua hal yang menimpa Bianca.Dari mana Mak Kanjeng tahu?Tentu saja dari saat cosplay jadi cicak-cicak di dinding. Eh, maksudnya, dari mencuri dengar saat Alvaro dan Kairo berbicara tempo hari. Ingat kan?Nah, karena itulah, sebenarnya tidak ada yang harus Bianca khawatirkan lagi dari Mak Kanjeng. Karena Mak Kanjeng sudah menerimanya apa adanya."Makan yang banyak, Neng. Biar cepet sembuh. Nanti Emak kawinin sama si Al," titah Mak Kanjeng. Seraya menyuapkan sesendok penuh bubur ke dalam mulut Bianca. Mmbuat gadis itu hampir tersedak.Buset. Ini Mak Kanjeng niat nyuapin atau bunuh, sih? Nyuapinnya ekstrem banget!"Aduh, Mak. Pelan-pelan, dong. Mulut Bianca kan masih sakit," keluh Bianca akhirnya. Memegangi rahang yang memang masih terasa ngilu j*Happy Reading*“Tenang saja, Bro. Aku nggak akan rebut Bianca dari kamu.” Spontan Aaron melepas tangan pada Bianca, dan perlahan-lahan menjauh.“Aku hanya ingin mendampingi Bianca, seperti yang sudah dilakukannya pada Aika. Kamu tahu betapa sayangnya aku dengan Aika. Jadi, aku juga menganggap teman baiknya sebagai adik sendiri.”"Aika?" beo Mak Kanjeng seakan menyadari sesuatu. "Aika? Aika? Aika?" Selanjutnya, wanita paruh baya itu menyebutkan nama Aika berkali-kali, seakan merapalkan doa sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari.Tak ayal, kelakuan Mak Kanjeng pun mengundang kerutan dalam pada kening Mama Desi, Aaron, dan Bianca. "Kalau gak salah, itu nama cewek yang lo taksir dulu, kan, Al?"Degh!Jantung Bianca seketika bertalu cepat mendengar ceplosan Mak Kanjeng barusan. Pun Mama Desi, khususnya Alvaro yang memilih segera masuk ke dalam ruangan. "Mak?" Alvaro bahkan memperingatkan Emaknya, seraya melirik khawatir pada Bianca yang rona wajahnya berubah sendu seketika."Jadi b
*Happy Reading*Setelah memastikan Bianca sudah tertidur, Mak Kanjeng berjingkat-jingkat meninggalkan kamar. Wanita paruh baya itu menuju kamar anaknya.Alvaro sedang menatap langit-langit saat Mak Kanjeng masuk. “Bagaimana keadaan Bianca, Mak?”Pria itu langsung bangkit duduk, saat melihat sang ibu masuk kamar rawatnya. “Sekarang dia sudah tidur. Tapi, Mak khawatir kalau dia akan kembali bunuh diri, saat tidak ada yang menemani." Mak Kanjeng menjawab seraya menghampiri Alvaro. "Gimana keadaan lo? Bae kan? Masih ada yang sakit kagak?" Mak Kanjeng berlanjut menanyakan keadaan putra kebanggaannya. "Al, baik, Mak. Lukanya juga udah gak terlalu sakit lagi. Kata dokter, bentar lagi udah boleh pulang.""Syukurlah." Mak Kanjeng menghela napas lega. "Oh iya, si Nur mana? Kok gak jagain lo? Kan emak udah nyuruh dia jagain lo, sementara Emak jagain Bianca." Mak Kanjeng celingukan mencari anak bungsunya."Nur tadi ijin pergi ke toko donatnya, Mak. Katanya lagi rame." Alvaro menjelaskan dengan
“Mak! Mak!” panggil Alvaro saat melihat emaknya malah termangu seperti orang kehilangan akal.Mak Kanjeng bahkan tidak mendengar panggilan Alvaro yang semakin meningkat nadanya. Alvaro jadi merasa seperti melakukan pemanasan sebelum lomba nyanyi.Berhubung suara Alvaro tidak bisa menembus alam bawah sadar Emak, pria itu pun menghampiri dan menyentuh lengan Emak dengan lembut.“Mak, Emak kenapa?”Perlahan-lahan Emak Kanjeng menoleh hingga bertemu muka dengan Alvaro. Matanya terlihat berkaca-kaca dan kemudian terisak.“Sedih banget hidup Bianca.” Suara tangisan Emak Kanjeng semakin keras.Sontak Alvaro membekap mulut Emak menggunakan telapak tangannya yang besar. “Stt, Mak. Jangan keras-keras, ntar Mak dikira sedang berduka.”“Sembarangan saja bilang berduka! Nggak ada yang meninggal di sini!” seru Mak Kanjeng dengan tegas.Diam-diam Alvaro tersenyum ketika melihat wanita yang sudah melahirkannya itu berbicara dengan semangat. Tidak biasanya Emak terlihat bersedih. Itu membuat hatinya t
*Happy Reading*Bianca masih mencoba mengingat semuanya. Kejadian sampai dia bisa berada di kolong ranjang seperti ini. Apa tadi ada gempa? Ada maling? Atau ... ada ... apa, ya? Entahlah. Bianca lupa. Seingatnya, tadi Bianca sedang tidur pulas. Lalu, tiba-tiba tersadar setelah basah kuyup disiram si emak. Aneh banget gak, sih?"Heh, bocah! Bukannya jawab malah meneng bae. Mendadak gagu lo?" Mak Kanjeng kembali ngegas saat Bianca malah kedapatan melamun. "Bentar, Mak. Bianca lagi mikir dulu. Lagi coba inget-inget, kenapa Bianca bisa sampai ada di sini, ya?" sahut Bianca terlihat berpikir keras. "Ck, nginget sih, nginget. Tapi keluar dulu kali. Betah banget lo di kolong ranjang gini. Emak encok ini nemeninnya," protes Mak Kanjeng kesal.Bianca auto nyengir melihat si Emak ngomel sambil menopang pinggang. Merasa bersalah plus juga lucu, serta lumayan senang akhirnya bisa mengusili si emak. Secara beberapa hari ini, Bianca terus yang dikerjain paruh baya itu. Sampai hampir stress dibua
*Happy Reading*Bibir Bianca auto maju lima senti saat sadar baru saja di kerjain Emak Kanjeng. Gadis itu mendengkus kasar dan melirik Mak Kanjeng kesal sekali.Bener-bener ya emaknya si Al ini. Kalau ngerjain orang gak kaleng-kaleng! Dikata enak apa, nginjek trotoar pas matahari lagi promo gini? Untung gak sampai melepuh nih kaki!"Gue bukan pisang. Gak usah diliatin kek gitu," sahut Mak Kanjeng yang menyadari lirikan Bianca. Pisang? Dikata Bianca monyet? Sembarangan aja nih si Emak. Orang Bianca Musang. Eh?"Emak, mah .... kenapa sih,--""Hust! Udah!" Mak Kanjeng menghentikan rajukan Bianca cepat." Gak usah komplen lagi. Ayo masuk. Emak udah aus banget ini," imbuhnya lagi.Akhirnya, Bianca pun mengesampingkan perasaan kesalnya. Mendengkus kasar kemudian mulai melirik bangunan dihadapannya saat ini.Pemandangan yang ada di depan mata membuat Bianca tertegun sejenak. “Ini rumah Emak?” tanyanya kemudian dengan nada tak percaya.Wow, Alvaro memang orang yang susah ditebak. Bisa-bisanya
*Happy Reading*Kamar ini terasa lebih manusiawi daripada apartemen yang ditinggali Alvaro. Meski tidak full collor. Setidaknya ada warna lain selain hitam dan abu-abu. Mungkin karena ada sentuhan emak dan juga Nur di sana, hingga kamar ini tidak terlihat suram.Tangan Bianca menyapu foto Alvaro waktu masih mengenakan seragam putih abu-abu. Ternyata dari dulu, wajah Alvaro memang tampak jutek, tak heran aura itu masih melekat hingga sekarang."Mak Kanjeng lupa ngajarin senyum apa kek mana sih, sama kamu, Al? Kok ya semua photonya jutek semua?" Bianca bermonolog. "Tapi tetep aja ganteng, sih." Bianca macam orang stress sekarang. Udah mah dari tadi ngomong sendiri. Sekarang di tambah senyum-senyum sendiri. Fix lah! Bianca sudah ter Alvaro-Alvaro!Perhatian Bianca lalu berpindah pada stiker Doraemon yang ditempel di sudut kaca. Ukurannya yang sebesar 10 cm membuat Bianca menebak kalau pelakunya adalah Nur. Mungkin ini bentuk keisengan adik kepada kakak waktu mereka masih kecil. Manis,
*Happy Reading*“Asem, tangan lo bau balsem, Kanjeng!” protes Mbok Jubaedah sambil menyingkirkan tangan Mak Kanjeng yang mampir ke bibirnya. Tak ayal, hal itu membuat Mak Kanjeng tersadar dan berhenti berteriak. Pun Bianca yang tadi refleks ikut berteriak di tangga. Lah, ngapa jadi teriak berjamaah gini, ya? Kira-kira pahalanya dapat 70 juga kagak, ya?"Ya lagi elo. Sapa suruh tiba-tiba teriak? Kan gue kaget, Bedah!" Bukan Mak Kanjeng namanya kalau mau mengalah. " mana teraiknya Jablay banget. Lima menit full tanpa tenda sama sekali. Bikin kuping gue budek aja!” imbuhMak Kanjeng sambil berkacak pinggang.Wajah bingung Mpok Jubaedah membuat Bianca jadi tidak tega. Gimana-gimana pun, sekarang dia jadi lebih cerdas sedikit dalam menangkap omongan Mak Kanjeng yang suka rancu.“Lebay, Mak, bukan jablay. Jeda, bukan tenda.”Namun, rupanya niat baik Bianca yang membantu Mpok Jubaedah tidak berujung baik. Seketika itu juga Mpok Jubaedah kembali drama teriak-teriak, bahkan ditambah lari-lari
*Happy Reading*“Emang Bianca sakit apa, Mak?” tanya Mpok Jubaedah dengan wajah tanpa dosa.Aduh keceplosan! Mak Kanjeng menggigit bibir bawahnya diam-diam menyadari kecerobohannya barusan. Meski Mpok Jubaedah adalah soulmate Mak Kanjeng. Tetapi perihal Bianca, Mak Kanjeng tentu tak bisa membaginya.“Ngerawat biar makin glowing. Sebelum nikah kan biasanya calon pengantin perawatan. Gitu aja masa nggak tahu?” Beruntung server Mak Kanjeng lagi kenceng. Jadinya bisa cepet nyari jawaban buat ngeles. Sementara itu, di atas, Bianca terkagum-kagum dengan omongan Emak calon suaminya. Tumben banget kan, emak Kanjeng bisa ngomong glowing dengan benar. Biasanya kepeleset lidah.“O, ntu maksudnya. Tenang saja, Jeng. Ntar gue bantuin perawatan. Biar si eneng Bianca makin kinclong.” Mpok Jubaedah tidak curiga sama sekali. "Aduh ... rasanya gue udah gak sabar liat anak bujang lo nikah sama Bianca. Tuh perawan satu cakepnya kek artis luar, ye ...."Ucapan Mpok Jubaedah yang terakhir membuat hati Bi