Jeng Devi mengangguk dan menawarkan kembali kue-kue dalam kotak itu kepada Alena.
"Sudah Jeng, sudah kenyang." sahut Alena menolak halus tawaran Jeng Devi. Pikiran Alena masih tertuju kepada Bu Winda yang masih belum jelas duduk persoalannya. Alena benar-benar prihatin atas kejadian yang menimpa wanita petinggi salah satu Bank ternama itu."Jadi bagaimana ceritanya kok sampai Bu Winda dibawa polisi, Bu Asmi?" Jeng Devi bertanya kepada Bu Asmi tetangga dekat Bu Winda. Suara Jeng Devi jelas berbau kesinisan dan kesumat yang tersembunyi rapi. Ia terlihat antusias menjatuhkan Winda yang menjadi saingan cinta terlarangnya terhadap Arkhan. Alena menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Jeng Devi."Aduh Buu...! kok sampai bisa lupa umur begini toh Bu hanya karena kecantol lelaki buaya kayak si Arkhan...!" teriak Alena dalam hati ingin menyadarkan Jeng Devi yang menurutnya sama gobloknya dengan Bu Winda. Namun kalimat itu hanya mampu ia ucapkan di dalam hatinyaAlena mengayuh sepedanya dengan santai. Seperti biasa ia kembali berkeliling beberapa blok sebelum ia pulang menuju rumahnya.“Alena...!!”Alena menghentikan kayuhan kakinya di pedal sepeda lalu menoleh ke arah datangnya suara yang memanggilnya. Di sebuah persimpangan Alena melihat Jeng Devi berjalan tergesa-gesa dengan masih menggunakan seragam olah raga tadi.“Tunggu Alena !” Jeng Devi kembali melambaikan tangan meminta Alena menunggunya. Alena mengangguk dan menunggu Jeng Devi dengan posisi masih berada di atas sepeda. Satu kakinya ia tangkringkan di atas pedal sepeda dan satu lagi kakinya bertumpu menginjak aspal.“Jeng Devi belum pulang ?” sapa Alena bertanya karena melihat Jeng Devi masih kelayapan di jalan padahal tadi ia sudah lebih dahulu meninggalkan lapangan.“Saya mampir dulu di rumah Bu Ratih, Alena.” lapor Jeng Devi tanpa diminta dengan sedikit terengah. Ia berdiri berhadapan dengan Alena da
Jeng Devi termenung setelah Alena menghilang dari pandangan matanya. Kalimat terakhir Alena serasa menampar wajahnya dan sampai kini masih terasa panas.“Sepertinya Alena mengetahui banyak hal tentang aku dan Arkhan.” pikir Jeng Devi di dalam hati.“Baiknya aku tanya Arkhan saja. Apa sih maunya dia? Sudah banyak uangku habis tapi kini dia mulai berpaling kepada Alena. Huuuh...!”Jeng Devi mengambil ponselnya lalu mencari nomor kontak Arkhan dan langsung memencet tombol call.Nada tunggu terdengar dan di layar ponsel tertulis ‘berdering’. Jeng Devi menunggu tapi sampai durasinya habis namun Arkhan tidak menjawab.“Uuuh... Tuh kaan...! Dia mulai menghindariku.” Jeng Devi terlihat makin kesal diperlakukan Arkhan seperti itu. Hatinya mulai panas dibakar rasa cemburu. Wanita berumur empat puluhan tahun itu clingak-clinguk dan lupa kalau dirinya masih berdiri di pinggir jalan.Dengan perasaan tak menentu Jeng De
Malam harinya di sebuah cafe.“Aku senang sekali kamu bisa datang Alena.” sambut Arkhan dengan mata berbinar. Malam itu Arkhan menjelma bagaikan seorang Pangeran Syurga yang tampil sungguh sangat menawan. Alena mengerjapkan matanya yang langsung saja tanpa basa-basi tiba-tiba menderita kelilipan akut. Janda cantik berbody goal tersebut hampir saja mengurungkan niatnya untuk melanjutkan acara dinner dengan lelaki itu. Kalau saja Arkhan tidak melihatnya kedatangannya tentu saja Alena akan lari terbirit-birit dan membatalkan sepihak perjanjian dinner dengannya. Nampaknya Alena mulai pesimis pada kekebalan yang ia miliki bisa diandalkan untuk menangkis serangan pesona laki-laki setampan Arkhan. Selain gagah dan tampan, Arkhan ternyata juga super romantis.Malam itu penampilan Arkhan sungguh sempurna. Stelan jas berbahan sutra berwarna hijau gelap melapisi kemeja hijau lumut dengan bahan silk dan dilengkapi pula dengan dasi warna senada. Rambut Arkhan ditata l
Suasana mendadak menjadi kacau balau. Air hujan pun mulai turun dan semakin deras. Beberapa pelayan berlarian membantu Alena dan Arkhan yang terjebak di dalam reruntuhan aksesoris taman buat buatan tersebut.“Mari Tuan, Nyonya...!” Seorang pelayan yang telah mengangkat pohon besar buatan itu mengulurkan tangan untuk membantu Alena dan Arkhan yang tengah terjebak di dalamnya.Hujan kian menggila sehingga dalam sekejap saja tubuh mereka basah kuyup. Alena menggigil kedinginan karena tubuhnya yang basah dihembus pula oleh angin yang sangat kencang.“Kamu kedinginan Alena.” seru Arkhan di tengah derasnya hujan. Arkhan sangat mengkhawatirkan Alena yang terlihat pucat pasi dan tangannya dingin membeku.Alena tidak sanggup menjawab. Bibirnya gemetar dan giginya gemerutuk dan darahnya terasa membeku. Mereka berpandangan beberapa saat di dalam hujan. Alena merasakan kerinduannya akan belaian laki-laki muncul menyesakkan jiwa. Sudah lebih tiga
Dreeett..Pintu apartemen Arkhan perlahan dibuka. Lampu dan pendingin ruangan terlihat sudah menyala. Sosok Nova menyembul dari balik pintu dan memasuki apartemen Arkhan.“Kok Arkhan tidur di sofa?” Nova bertanya di dalam hatinya. Ia mulai curiga dan mengeledah semua ruangan. Alangkah terkejutnya Nova begitu melihat sesosok tubuh wanita cantik tergolek di atas ranjang di dalam kamar pribadi Arkhan.“Siapa dia?” Hati Nova bertanya lebih riuh. Nova perlahan mendekat dan meneliti siapa wanita yang tengah terlelap dengan pulas itu.“Astagaaa...!!” Nova menjerit kecil begitu melihat wajah Alena namun ia cepat-cepat menutup mulutnya. Nova sepertinya tidak ingin Alena dan Arkhan terbangun. Dengan sangat perlahan Nova mengeluarkan ponsel dari dalam tas yang ia sandang di bahunya lalu secepatnya mencari tombol kamera kemudian ia abadikan semua yang ia lihat di dalam apartemen itu. Mulai dari Alena yang tertidur pulas di dalam kamar deng
“Lama sekali sih kamu bukain pintu!” Bima menghardik penjaga pintu gerbang dengan menyembulkan kepalanya ke kaca jendela mobil.Penjaga pintu gerbang itu tidak berani menegakkan kepalanya. Ia hanya menunduk dan bergumam.“Maaf Tuan Muda!”Bima memarkir mobilnya di halaman gedung besar itu. Beberapa orang lelaki berotot besar nampak berjaga-jaga di sekitar bangunan tersebut. Mereka serentak menundukkan kepala begitu Bima turun dari mobil.“Seret perempuan itu turun!” perintah Bima kepada mereka.“Baik Tuan Muda!” jawab keempat orang berbadan kekar itu dan langsung membuka pintu mobil dan menarik tangan Nova dengan kasar.“Apa-apaan kalian! Lepaskan aku!” teriak Nova meronta.Tapi keempat lelaki itu tidak peduli karena mereka digaji bukan untuk berbelas kasih. Mereka terus menyeret tubuh Nova ke dalam ruangan di mana seorang lelaki agak tua duduk bersama dua orang wanita penghiburnya. Lelaki itu terlihat sangat menikmati dua wanita muda yang dicumbunya secara bers
“Aduuuh...!!” Arkhan mengaduh sambil memegang pipinya yang baru saja ditampar Alena dengan keras.“Apa-apaan ini Alena ?” tanya Arkhan seraya menatap Alena tak mengerti.“Ayah macam apa kamu sampai tega membuang anakmu di jalan hah ?” tanya Alena garang sambil menunjuk wajah Arkhan yang terlihat kebingungan.“Papaaaa...!!!” Tiba-tiba Tiara yang berdiri di belakang Alena berlari memeluk lutut Arkhan dan menengadah menatap wajah ayahnya itu. Wajah bocah itu bersimbah air mata.“Tiara...? Kok kamu berpakaian begini, Nak?” Arkhan terkejut dan langsung duduk berjongkok lalu memeluk Tiara. Bola mata Arkhan seakan mau melompat keluar melotot menatap wajah Tiara yang lusuh lagi kumal.Alena bingung melihat sikap Tiara kepada Arkhan.“Tiara kok malah memeluk Arkhan? Tapi tadi katanya Arkhan telah meninggalkannya di jalan.” tanya hati Alena sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.&l
Sepuluh menit kemudian Alena sudah sampai di pintu pagar rumahnya. Ia turun dari atas sadel sepeda untuk membuka kunci pintu pagar tersebut. Tak lama kemudian Nova pun tiba pula di depan pintu pagar rumahnya. Pintu pagar rumah Alena bersisian langsung dengan pintu pagar rumah kontrakan Nova sehingga jarak mereka berdiri begitu dekat, hanya sekitar dua meter kurang saja. Nova terlihat memegang kunci pintu pagar rumahnya dan bersiap membukanya. Di dalam hati kedua perempuan itu tengah bergejolak perang dingin. Mereka yang biasa saling bertegur sapa kini sama-sama memilih diam.Riiiiit .....Alena dan Nova serentak memalingkan wajahnya ke jalan di depan rumah mereka. Suara rem mobil Arkhan sedikit mengganggu pendengaran.Tak lama kemudian Arkhan keluar dari dalam mobilnya. Tiara menyusul dari pintu samping sebelah kemudi.“Novaaaa! Apa-apaan kamu? Mengapa kamu tinggalkan Tiara di jalan hah?” Arkhan nampak tidak bisa lagi mengendalikan kemarahannya. Ia me