Share

Hadiah Lain

Author: Tiarariy
last update Last Updated: 2025-10-08 20:00:03

Diana menggenggam erat sebelah tangan suaminya yang sedang fokus mengemudi. Bayu lantas menoleh dan tersenyum padanya, merasa tak banyak yang dilakukannya namun sepertinya Diana sudah terlihat begitu bahagia hanya dengan buket bunga mawar pemberiannya tadi.

Hari sudah gelap dan udara pun sudah semakin dingin. Seharian ia menemani istrinya bekerja, dan ia lihat pula Diana yang sibuk dan lelah seharian mengawasi pegawai dan mengatur menu baru yang akan ia jual.

Bayu lantas merasa harus ada hadiah lain yang lebih besar untuk menghilangkan rasa lelah istrinya.

"Makasih ya. Manis banget sih." Puji Diana,

"Tadi katanya norak?" Ejek Bayu.

"Hehe berarti aku suka yang norak." Jawab Diana, membuat Bayu tertawa karenanya.

Bayu pun mempercepat laju mobilnya, tak sabar ia ingin kembali melihat reaksi Diana untuk kejutan yang lain yang sudah i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Istriku   Rasa yang Semakin Melesak

    Ding dong! Mau tak mau Abi beranjak untuk membukakan pintu setelah mendengar suara bel berbunyi.. Semula berpikir mungkin hanya petugas laundry atau semacamnya, namun ia malah melihat seorang pria yang masih terbilang muda berdiri dihadapannya. Menggunakan kaca mata, penampilannya juga rapi meski masih terlihat santai. Nampak usianya mungkin tak jauh berbeda dari dirinya. mungkin dua atau tiga tahun lebih tua darinya, pikir Abi. "Mas Abi?" Ucapnya kemudian. "Betul. Maaf, anda siapa ya?" Tanya Abi. "Saya Widi. Saya diminta Mas Bayu datang kesini." Jawab Widi. Abi langsung menyadari bahwa pria ini pasti psikiater yang diceritakan Bayu padanya tadi. Ia pikir sudah tua sebab Bayu bilang ia adalah seseorang yang sudah berpengalaman. Pria ini nampaknya mudah akrab dengan orang lain. Senyumnya hangat dan gaya bicaranya juga santai. Bahkan tak menyebut ia dan Bayu dengan sebutan fo

  • Mengejar Cinta Istriku   Pertengkaran Pasangan

    Abi mengerejapkan mata, sebab sinar matahari mulai menyapa melalui tirai kamar yang sudah terbuka entah sejak kapan. Menoleh kesamping, ia tak lagi mendapati Anya disampingnya. Mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, ia juga tak melihat gadis itu dimanapun. Abi pun bangkit perlahan dari posisinya, hanya harum masakan yang tercium dari sana. Anya pasti di dapur, pikirnya. Menurunkan kedua kakinya dari ranjang, Abi berniat memastikan keberadaan Anya. Berdiam sejenak mengumpulkan energi setelah tertidur semalaman, beberapa detik kemudian ia pun beranjak dari sana. Namun bukan Anya yang ia dapati. Hanya beberapa makanan yang ditutupi tudung saji antik yang tutupnya terbuat dari kain. Entah milik siapa, Abi tak pernah melihat benda itu disana sebelumnya. Menghampiri benda itu dan membukanya, ia temukan makanan telah tersaji dan harumnya semakin menyeruak bahkan kuah sayurnya masih panas. Artinya belum lama Anya pergi dari sana.

  • Mengejar Cinta Istriku   Pernyataan Cinta

    "Saya jatuh cinta sama kamu Anya.. saya harus gimana?" Ucap Abi, akhirnya. Setelah berusaha menampik dan terus mempertahankan gengsinya, seolah mengalir begitu saja takdir membawanya pada waktu yang menurutnya paling tepat untuk menyatakan cinta sebelum pernikahan mereka. Anya terdiam, beberapa saat otaknya seperti membeku mendengar pernyataan Abi itu. Apa yang ia sangkakan, yang selama ini juga berusaha ia tepiskan akhirnya ia dengar juga. Namun entahlah, seharusnya senang sebab ia rasa juga memiliki perasaan yang sama. Sayangnya ia malah ragu sebab takut ini hanya perasaan sesaat mengingat seringkali ia mendengar cerita dari orang-orang disekitar Abi yang mengatakan pria itu kerap berganti-ganti wanita dulu. "Sejak kapan?" Tanya Anya. "Gak tahu tepatnya kapan. Sadarnya baru sekarang-sekarang." Jawab Abi. "Yakin Bapak lagi jatuh cinta? Bukan lagi kasihan aja sama saya?" Anya mempertanyakan kesungguhannya. "Yakin. Bahkan sebelum ini terjadi sama kamu. Saya udah tahu, ta

  • Mengejar Cinta Istriku   Saya Harus Gimana?

    "Saya mau keluar sebentar." Ucap Anya, begitu melihat Abi keluar dari kamar mandi, tengah mengeringkan rambut dengan handuk yang ada dalam genggamannya. Sebenarnya tak merasa harus melakukan itu, namun teringat dengan aturan yang diberikan Abi, ia hanya ingin melatih dirinya agar terbiasa untuk tidak meninggalkan rumah tanpa berpamitan. "Kemana?" Tanya Abi. "Besok harus kerja. Saya belum laundry, jadi harus cari baju. Gak mungkin juga pake baju Bapak terus. Kalo nggak, kayaknya saya mau balik kerumah aja." Jelas Anya. "Balik kerumah? Ambil baju gitu?" Tanya Abi. "Mm.. ya.. pulang, maksudnya." Jawab Anya ragu. Abi lantas menatapnya sambil menyatukan alis mempertanyakan keputusannya. "Siapa yang bilang kamu boleh pulang lagi kesana? Siapa yang ngizinin? Saya gak ada bilang gitu." Ucap Abi, lalu ia lempar dengan dengan asal, handuk yang ia pegang kedalam keranjang pakaian kotornya. "Mau cari tempat tanggung, lagian s

  • Mengejar Cinta Istriku   Deal

    "Mau dijual berapa?" Tanya Sudoyo pada putrinya. Sambil memangku cucunya, ia menikmati secangkir kopi dengan beberapa potong garlic bread buatan Diana, di salah satu kursi bistro yang ada di sudut ruangan. "Menurut Papa berapa ya bagusnya?" Diana malah balik bertanya. "Menurut Papa sayang kalo harus dijual. Tapi kalo emang udah gak mau ngurus, biar Papa aja yang beli. Nanti Papa cari orang buat nerusin." Jawab Sudoyo. "Gitu? Yaudah Papa terusin aja deh, gak usah beli." Jawab Diana. "Gak jadi dijual berarti?" Tanya Sudoyo. "Iya lah, sama Papa masa aku kasih harga?" "Loh gak apa-apa lah, ini kan usaha kamu, kamu yang bangun dari awal." Jawab Sudoyo. "Tapi dimodalinnya kan sama Mas Abi." Jawab Diana. "Ya kamu ngomong dulu lah sama Mas. Nanti kalo dia nanyain gimana?" Tanya Sudoyo. "Yaudah makanya Papa aja yang terusin, cari oran

  • Mengejar Cinta Istriku   Keputusan Yang Terbaik

    Anya berada dalam sebuah kurungan besar dengan rantai yang mengikat kakinya. Kurungan raksasa di sebuah ruang terbuka yang dikelilingi pepohonan besar, entah kebun, entah hutan. Beralaskan tanah dengan dikelilingi api yang menyala-nyala membuatnya tak punya pilihan selain berdiam disana jika ingin tetap hidup. Dilihatnya dari kejauhan, sang ibu yang berdiri di kejauhan. Tersenyum padanya namun bukan senyuman yang ramah lagi hangat. Senyuman itu seperti tanda kesanangan sudah berhasil menyeret Anya kedalam kurungan itu. Bahkan ia pamerkan pula kunci yang ia pegang, dimana sebenarnya bisa ia keluarkan Anya kapan saja jika mau. Namun yang terlihat malah ia yang sepertinya tak menginginkan hal itu terjadi. Dari lain arah, di kejauhan Anya melihat ayahnya yang berlari berusaha mendekatinya, membuat Anya juga berlari mendekati tepi kurungan dan mengulurkan tangan berusaha meminta pertolongan sang ayah. Tatapan kesedihan yang ada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status