(Flashback On)
Dua hari yang lalu..
“Senang bekerja sama dengan anda Mr. Allarick Xaviero,” ucap Lucas- kakak Elleza dengan formal sambil menjabat tangan Allarick. Sebagai sekretaris kakaknya, Elleza ikut tersenyum tipis pada Allarick.
Lucas menarik tangan Elleza, dan melangkah meninggalkan ruangan meeting perusahaan Allarick tanpa berpamitan. Sejak awal pertunangan mereka, Lucas memang selalu menunjukkan ketidaksukaannya pada Allarick. Ia tau kalau Allarick itu laki-laki brengsek yang hanya terpaksa bertunangan dengan adiknya.
“Kakak jangan gitu terus sama Al, dia sekarang baik kok.” Elleza membujuk kakaknya sambil berjalan cepat mengimbangi langkah laki-laki itu.
“Jangan terlalu bodoh, Elle.”
Elleza berdecak, “Dia sekarang baik kak, bahkan dia bilang mulai belajar buat mencintai Elle juga. Kakak nggak tau aja kalau beberapa bulan ini hubungan kita membaik, jadi kayak orang pacaran, hihi.”
“Tidak ada laki-laki baik yang masih berhubungan dengan kekasihnya saat sudah memiliki tunangan, Elle.”
Skak mat!! Elleza terdiam. Selama ini ia berusaha menutupi perbuatan Allarick itu dari keluarganya, tapi Lucas dulu pernah memergoki Allarick bersama kekasihnya saat sudah bertunangan dengan Elleza selama beberapa bulan. Lucas yang sedari awal sudah tak suka pun, menjadi lebih tidak suka atau bahkan membenci Allarick.
Dengan segala usaha, Elleza membujuk Lucas agar tak membocorkan itu pada orang tua mereka atau pun orang tua Allarick. Namun ternyata, tanpa mereka berdua sadari, baik orang tua Allarick maupun orang tua Elleza sudah mengetahuinya juga.
Dan kini, walaupun Allarick sudah berubah dan tak berhubungan dengan kekasihnya, ketidaksukaan Lucas pada Allarick masih tetap sama.
“Harus berapa kali Elle bilang kalau dia udah ninggalin kekasihnya kak,” rengek Elleza.
“Elle benar kak, aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan Laura. Sekarang, hanya Elle satu-satunya.” Lucas dan Elleza menoleh pada Allarick yang ternyata mengikuti mereka di belakang sejak tadi.
Lucas mendecih sinis, “Ah, benarkah? Kalau begitu, kita lihat saja. Apa omonganmu itu bisa di pegang.” Ia menatap Allarick remeh, lalu beralih mengacak rambut adiknya pelan.
“Jangan terlalu lama, kakak tunggu di mobil.”
Setelah Lucas pergi Allarick segera mengajak Elleza memasuki ruangannya. Laki-laki itu melepas jas, menggulung lengan kemejanya sampai siku lalu duduk di sofa samping Elleza.
“Capek?” Allarick bertanya sambil merapikan rambut Elleza.
Elleza menggeleng. Ia gugup, namun berusaha untuk tetap terlihat tenang. Jujur saja perlakuan lembut dan manis Allarick masih terasa asing baginya. Ia sudah terlanjur terbiasa dengan sikap ketus dan kasar Allarick.
“Kalau aku minta kamu buat berhenti jadi sekretarisnya kak Lucas, gimana?”
“Kenapa?”
“Jadi sekretarisku saja, mau? Ah, atau kau di rumah saja tak usah bekerja.” Allarick beralih menyandarkan kepalanya di pundak Elleza.
“Kenapa begitu?” tanya Elleza sambil mengelus pelan rambut tunangannya.
Allarick kembali menegakkan tubuhnya, “Tidak apa. Nanti dinner denganku ya? Aku akan memberimu kejutan, Elle.” Ia menatap Elleza penuh harap. Gadis itu tentu saja mengangguk senang.
***
Allarick mematut dirinya di depan cermin, merapikan rambut dan menyemprotkan parfum untuk sentuhan akhir. Ia kemudian mengambil sesuatu dari dalam laci, sebuah kotak perhiasan yang di dalamnya terdapat cincin berlian.
“Kali ini, aku sendiri yang akan memintamu menjadi istriku Elleza. Atas keinginanku sendiri, bukan paksaan dari siapapun.”
Kalimat itu ia ucapkan sembari tangannya mengelus pelan cincin berlian yang begitu indah, yang akan ia berikan saat melamar gadisnya nanti. Senyumnya pun ikut terbit saat membayangkan betapa cantiknya cincin itu di jari manis Elleza, menggantikan cincin pertunangan mereka yang dulu dipilihkan oleh maminya.
Ia sudah akan pergi menjemput Elleza, namun gadis itu ternyata sudah lebih dulu menelfonnya.
“Hal-“
Terdengar grasak grusuk di seberang, di sertai dengan ucapan Elleza yang memotong sapaannya.
“Hallo Al, kamu udah di mana?”
“Aku baru akan berangkat menjemputmu, Elle.”
“Tidak usah menjemputku. Aish, tadi aku sudah akan siap-siap pulang tapi kak Lucas tiba-tiba mengajakku bertemu klien penting. Kau duluan kesana saja, kebetulan tempat meeting ku tidak jauh dari sana, nanti aku menyusul.”
Allarick mendesah kecewa, “Yasudah, aku akan berangkat sekarang. Setelah ini jadi sekretarisku saja, Elle. Kakakmu itu menyusahkan!” keluhnya.
“Ya ya, asal kau menggajiku lima kali lipat. Sudah ya, sampai jumpa.”
Allarick terkekeh mendengar permintaan Elleza sebelum panggilan itu di tutup. Sepertinya bukan ide buruk, memberi gaji Elleza sebanyak itu asal gadisnya selalu berada di sampingnya. Ah, sepertinya Allarick benar-benar sudah jatuh dalam pesona Elleza.
***
Untuk ketiga kalinya, Allarick melihat jam yang melingkar di tangannya. Ia sudah duduk di restoran ini selama 15 menit, tapi Elleza tak kunjung datang. Padahal jarak tempat gadis itu meeting dengan restoran ini tidak ada 1 kilometer.
Sebenarnya ia sejak tadi gugup, ia merasa bingung bagaimana cara menyampaikan niatnya pada Elleza dengan benar. Terlalu larut dalam kegugupannya, Allarick terlonjak kaget saat mendengar namanya terpanggil disertai tepukan di pundaknya. Laki-laki itu dengan semangat berdiri dan membalikkan badan.
“Elle....za.” Senyumnya luntur, terganti dengan ekspresi datar saat gadis yang ia lihat di depannya ternyata bukan Elleza.
“Arick, aku merindukanmu.”
Wanita itu langsung memeluk Allarick dengan erat. Allarick yang semula sempat blank, langsung tersadar dan berusaha melepas pelukan wanita itu tanpa menimbulkan kericuhan yang dapat menarik perhatian banyak orang.
“Lepas Laura,” desisnya rendah dan tajam.
Laura tak mengindahkan, ia malah semakin mempererat pelukannya. Allarick tak tinggal diam, pria itu berusaha melepas pelukan mantan kekasihnya.
“Jangan membuatku hilang kendali dan melupakan kalau kau adalah perempuan, Laura.”
Allarick menyentak tangan Laura hingga pelukan wanita itu terlepas. Namun tanpa di duga, wanita itu kembali maju dengan cepat dan mencium bibirnya. Shit!! Kesabaran Allarick sudah habis! Ia sudah akan mendorong Laura dengan keras, namun wanita itu lebih dulu melepas ciumannya dan menatap ke arah belakang Allarick.
Laura tersenyum licik, wanita itu benar-benar puas setelah melihat tatapan kecewa dari gadis perebut kekasihnya yang berdiri mematung melihat adegan ciumannya dengan Allarick, kemudian gadis malang itu pergi dari sana dengan berlari.
“Sampai jumpa Arick,” ucap Laura mengelus bahu Allarick sebelum pergi.
Entah mengapa Allarick merasa ada yang tidak beres, ia menengok ke belakang tapi tak menemukan apapun selain pengunjung yang berlalu lalang. Ia tidak tau kalau gadisnya baru saja keluar dari sana dengan kecewa dan air mata.
“Jadi ini kejutan darimu Al? Haha, kau berhasil. Aku sungguh terkejut hingga rasanya hatiku berdenyut sakit.” Elleza bergumam pilu, menangisi ekspektasinya yang terlalu tinggi akan kejutan manis yang di berikan Allarick untuknya.
(Flashback Off)
***
“Sepertinya Elleza salah paham dan mengira Al berciuman dengan Laura. Malam itu, Al menunggu dia sampai restoran akan tutup, tapi dia tidak datang. Dia tidak ada kabar sama sekali, dan tadi dia tiba-tiba bilang akan kemari karena ingin membicarakan hal penting. Allarick tidak tau kalau dia akan memutuskan pertunangan kita pi.” Allarick lemas, ia menumpukan kepalanya di lutut dan mengacak rambutnya frustasi.
Elusan lembut di berikan Wina pada punggung putra tunggalnya. Semula ia benar-benar merasa marah pada putranya itu, namun setelah mendengar penjelasan putranya, ia tau kalau ternyata mereka hanya salah paham.
“Duduk sini son.” Kendrick menyuruh Allarick untuk duduk di sofa sampingnya.
“Sebelum kembali membahas Elleza, papi ingin bertanya tentang kau dan Laura terlebih dulu. Sudah sejauh apa hubunganmu dengan wanita itu? Papi menyebutnya wanita, bukan gadis, karena papi yakin dia sudah bukan seorang gadis,” tanyanya dengan ejekan di akhir.
Allarick mengangguk, “Hanya sebatas berciuman pi, Al bukan pria brengsek yang merusak orang yang Al cintai. Tapi ternyata, selama ini Laura sudah melakukan ‘itu’ dengan pria-pria lain,” ucapnya miris.
“Itulah wanita pilihanmu Al. Kau lihat sendiri bukan? Karena wanita itu juga, Elleza memutuskan pertunangan kalian,” sahut Wina.
Allarick hanya bisa menunduk, ia memang salah. Atau bahkan bisa dikatakan dia itu bodoh, pria bodoh yang menyia nyiakan gadis lugu yang begitu mencintainya hanya demi mempertahankan wanita toxic yang hanya menginginkan hartanya.
“Al akan membawa Elleza kembali mi. Hanya Elleza yang akan menjadi menantu mami, itu janji Al,” ucap Allarick menggenggam tangan maminya erat.
Kendrick tersenyum teduh, “Papi juga hanya menginginkan Elleza yang menjadi menantu papi son,” tambahnya.
Terlampau jengah dengan perdebatan mengenai status pertunangannya, kini Elleza memilih untuk bersikap masa bodoh. Toh hidupnya bukan hanya sekedar tentang hubungan percintan saja, masih banyak hal lain yang harus di pikirkan.Walaupun kini hidupnya tak tenang lantaran ulah Allarick yang selalu saja mempunyai cara untuk mendekatinya, tapi tak apa. Setidaknya dengan begini, laki-laki bajingan itu bisa merasakan bagaimana berada di posisinya.Sejatinya, memperjuangkan cinta bukan hanya dilakukan oleh satu orang. Hubungan yang ada di antara dua orang, harus di perjuangkan oleh keduanya. Dengan demikian, maka cinta itu akan lebih kuat dan bertahan dari berbagai goncangan.Selama ini, bertahun-tahun Elleza hanya berjuang dan mencintai sendirian. Elleza berusaha membuat hati Allarick yang sekeras batu itu melunak. Di tengah penolakan dan sikap buruk Allarick, Elleza tetap teguh pada pendiriannya untuk bertahan.Mungkin bisa di katakan, saat ini menjadi titik lelah bagi seorang Elleza. Ia yan
"Lepas!""Kenapa kau masih mengikutiku terus, hah?" Elleza meneriaki Allarick setelah menghempaskan tautan tangan pria itu dari tangannya.Allarick berdecak malas. "Aku tidak membawa mobil, Elle. Tadi pagi aku kemari bersama Lucas," jelasnya seraya melirik ruangan Lucas."Ya sudah! Kalau begitu sana kamu ke ruangan kak Lucas. Kenapa mau ikut ke ruanganku lagi!"Gadis itu berusaha mendorong Allarick yang bersandar di pintu ruangannya, tapi tentu saja tak berhasil. "Tidak mau. Aku akan ikut pulang bersamamu nanti," tolak Allarick."KAU!!!"Elleza meremas kedua tangannya di depan Allarick, serta menggertakkan giginya untuk menahan emosi. Apalagi saat melihat wajah tanpa dosa pria bajingan itu! Rasanya Elleza ingin mengulitinya hidup-hidup!"Ck, kalian ini. Bukankah kalian baru saja bermesraan di depan wartawan? Kenapa sekarang bertengkar lagi?" Sepasang mantan tunangan itu menoleh bersamaan, dan mendapati Lucas berada di depan ruangannya sambil bersidekap dada."S-siapa yang bermesraan
Allarick terkikik geli lantaran Elleza menunjukkan ekspresi sebal. Gadis itu seolah tak bisa mengelak bahwa apa yang dikatakan Allarick memang benar. Lihat saja cara berjalannya yang cepat dan dihentak hentakkan, persis seperti anak kecil yang tengah merajuk."Elle, tunggu aku." Allarick meraih tangan kiri Elleza dari belakang.Gadis itu berhenti, tepat di depan pintu cafe. Ia menolehkan kepala dan menatap sengit Allarick. Bukannya langsung melepas pegangannya, Allarick malah abai dan mengangkat ponselnya yang berdering dengan tangan kiri tanpa melepas tangan Elleza."Ada apa? Aku tidak akan ke kantor hari ini," ucapnya pada Gwen di seberang.(Aku juga tak mengharapkan kau kemari, dasar tidak berguna! Kau dimana sekarang?)Allarick mengerutkan alis. "Aku ada di cafe dekat kantor Elleza. Kalau tidak penting, aku tutup. Mengganggu saja," dengusnya.(Apa kau tak memeriksa ponselmu, hah?)Ponsel yang semula tertempel di telinga, segera Allarick jauhkan saat Gwen tiba-tiba berteriak."Ada
"Kau mau apa, Elle?"Oh shit! Mata Elleza membola begitu mendengar pertanyaan Allarick yang terkesan mengejek. Lihat saja, bibir pria itu pun tertarik hingga membentuk smirk yang memuakkan.Allarick yang semula hanya menolehkan kepala, kini membalikkan badannya ke arah Elleza."Ah, jangan bilang kau ingin..." ucap Allarick gantung, tapi berhasil membuat Elleza naik pitam saat melihat gesturnya yang menyilangkan tangan di depan dada.BughElleza memukul pundak Allarick menggunakan tasnya agak keras hingga laki-laki itu mengaduh."Aku tidak mesum sepertimu!" Bentak Elleza."Lalu?""Ekhm, aku ingin kamu pergi dari sini. Merusak pemandangan, kau tahu?"Daripada semakin hilang kendali menghadapi pria semacam Allarick, Elleza segera berbalik menuju pintu keluar.Sialan! Gara-gara pria itu jam makan siangnya yang berharga harus terbuang beberapa menit dengan percuma.Tingkah Elleza itu lagi-lagi terlihat menggemaskan di mata Allarick hingga membuatnya menahan tawa."Bilang saja kau ingin men
Elleza menghempaskan tubuhnya di sofa begitu masuk ke ruangannya. Meski statusnya di sini hanya seorang sekretaris, tapi ia mendapat beberapa keistimewaan sebagai putri dari pemilik perusahaan tentu saja. Salah satunya adalah ruangan yang cukup nyaman ini.Sebelum ia mengikuti jejak kakaknya untuk memimpin salah satu anak perusahaan, ia lebih dulu di tempatkan pada posisi sekretaris agar ia bisa belajar dengan mengikuti ritme kerja sang kakak supaya nantinya ia dapat menjalankan tugas sebagai pemimpin dengan baik."Ku tanya, apa maksudmu berkata seperti tadi, hah? Bagaimana jika nantinya orang-orang itu menyebarkan gosip kalau kita masih bertunangan?" Elleza menatap tajam Allarick yang berdiri menjulang di depannya.Allarick mengendikkan bahu. "Well, memang itu tujuanku," ucapnya santai."Kau-"Elleza mendadak terdiam hingga tidak dapat melanjutkan ucapannya ketika mendapati Allarick yang tanpa aba-aba tidur di sofa dengan menjadikan pahanya sebagai bantal."Ck, diamlah sebentar Elle.
Di dalam kamarnya, Elleza terus menerus menggerutu. Ia tak habis pikir dengan segala tingkah ajaib yang dilakukan mantan tunangan brengseknya itu hari ini.Benar-benar aneh, seperti bukan Allarick!Ingin rasanya Elleza memejamkan mata, memasuki alam mimpi dengan tenang tanpa memikirkan hal ajaib apalagi yang tengah Allarick lakukan di lantai bawah bersama keluarganya. Namun tidak bisa!Ia hanya berguling kesana kemari di tempat tidurnya, sesekali mengusak rambutnya yang sudah kusut menjadi semakin kusut.Drrt drrtPonsel Elleza yang berada di atas nakas bergetar. Dengan malas, Elleza menjulurkan tangan kanannya, mengambil benda pipih itu dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.Matanya terbelalak. Ia spontan kembali mendudukkan diri karena terkejut melihat pesan yang masuk dalam ponselnya.My AllarickAku pulang Elle.Ah, sayang sekali kau tak mengantarku sampai depan rumah.Tapi tak apa, besok aku akan menjemputmu.Sampai jumpa besok, Elle sayang.Holly shit!!Elleza rasanya mual s