Share

Mengejar Cinta Ms. Independent
Mengejar Cinta Ms. Independent
Author: Asayake

BAB 1: Rumah Baru

Di pagi itu, suara derakan pintu gerbang rumah terdengar karena sebuah dorongan. Seorang wanita bertubuh mungil berdiri di depan mobilnya sambil berdecak pinggang melihat rumah berlantai dua yang baru di bangunnya dan kini sudah siap untuk tempati.

Wanita itu memperhatikan dengan bangga. Hari ini dia resmi pindah ke rumah barunya.

“Kenapa diam saja? Cepat masukan mobilnya! Mereka menunggu,” teriakan seorang wanita paruh baya yang mengomel membuyarkan kesenangan Rosea.

Rosea yang tidak bergegas memasukan mobilnya ke dalam, membuat beberapa mobil box yang mengangkut barang-barang Rosea mengantri di belakang.

“Santailah, aku mau melihat hasil kerja kerasku dulu.”

“Kamu belum di anggap bekerja keras kalau belum membawa calon suami ke rumah, cepat masuk jangan menghalangi jalan!”

Raut wajah bahagia Rosea langsung menghilang begitu mendengar ibunya kembali membahas calon suami. “Berhentilah membicarakan calon suami, aku sangat bosan mendengarnya,” gerutu Rosea kesal.

“Jika kamu masih belum membawa calon suami ke hadapan mamah, mamah tidak akan berhenti membicarakannya, bila perlu sampai kuping kamu copot.”

Rosea bertolak pinggang terlihat kesal, dia merasa malu bila orang tuanya berbicara sekasar itu mengomelinya di hadapan banyak pekerja.

“Kenapa masih diam saja Sea? Cepat masuk!” Teriak Kartika sambil menekan-nekan klakson meminta Rosea segera memberi jalan masuk.

“Iya iya!” balas Rosea dengan ketus. Rosea segera berlari kembali memasuki mobilnya dan membawanya masuk ke dalam. Beberapa mobil box akhirnya masuk menyusul ke dalam, orang-orang yang bekerja segera turun dan bersiap-siap menurunkan barang.

Dengan sigap Kartika langsung membuka pintu yang terkunci dan mengatur beberapa pekerja untuk membawa barang-barang ke dalam rumah.

Kartika mengintruksikan para pekerja untuk menempatkan barang yang mereka bawa dan membuka beberapa kain yang menutupi semua barang-barang baru yang sudah tersedia di rumah.

Rosea menarik napasnya dalam-dalam, dengan senyuman lebarnya dia melihat ke sekitar rumahnya yang terlihat mengagumkan.

Kehidupan bebas yang Rosea nantikan benar-benar sudah berada di depan mata, dia tidak akan lagi mendengarkan omelan kedua orang tuanya yang mendesaknya untuk segera menikah, Rosea juga akan bebas bepergian dan pulang kapanpun dia mau tanpa perlu menyelinap seperti maling.

Akhir-akhir ini Rosea di desak untuk segera menikah oleh kedua orang tuanya, sepanjang hari mereka terus menerus menyindir dan membandingkan Rosea dengan keponakannya yang kini sudah menikah bahkan sudah memilik anak. Karena alasan itulah kini Rosea memilih tinggal sendiri agar terhindar dari desakan orang tuanya yang semakin hari semakin membuatnya merasa tertekan.

Rosea Gabriella, orang-orang memanggilnya Sea karena dia adalah wanita yang tenang, kuat, namun bisa menghancurkan seperti air di lautan.

Rosea memiliki paras cantik, mandiri, pekerja keras, dan memiliki karier yang cukup bagus sebagai pengusaha perhiasan dan penulis dongeng anak-anak di suatu majalah.

Di balik kesuksesannya yang memiliki karier bagus dan berwajah cantik, Rosea memiliki masalah dengan yang namanya jodoh.

Pandangan Rosea dan orang tuanya terhadap hubungan asmara begitu bertolak belakang.

Rosea adalah jenis wanita yang suka kebebasan tanpa ikatan yang terlalu dalam, salah satunya dalam masalah hubungan asmara. Rosea suka berkencan dengan beberapa pria, mereka akan berhubungan dalam waktu beberapa bulan, dan ketika pria yang Rosea kencani terlalu serius dengannya, maka Rosea akan memutuskan mereka.

Berkencan adalah hal  penting bagi Rosea, namun kebebasan lebih penting baginya.

Hal ini menjadi masalah bagi kedua orang tua Rosea, mereka menganggap Rosea tidak normal dan mengkhawatirkan karena tidak menetapkan hatinya. Apalagi kini usia Rosea sudah dua puluh enam tahun, mereka khawatir Rosea menjadi perawan tua karena terlalu mencintai kebebasan dan melupakan jati dirinya sebagai wanita.

Orang tua Rosea tidak suka Rosea terlalu bebas dan mandiri karena hal itu membuat Rosea tidak suka bergantung pada orang lain apalagi pada seorang pria.

Kekhawatiran orang tua Rosea membuat mereka terus menerus membicarakan masalah jodoh untuknya, mereka mendorong Rosea untuk segera memiliki seorang suami dan membawa Rosea pada pertemuan keluarga dimana ada keponakan dan sepupu Rosea yang jauh lebih muda darinya sudah menikah.

Kehadiran mereka yang sudah menikah dan memiliki anak di harapkan membuat Rosea sedikit berpikir dan merasa iri untuk segera mambangun sebuah rumah tangga.

Sayangnya,  sampai saat ini, cinta dan pernikahan adalah dua hal yang masih di anggap mustahil untuk Rosea karena dia masih begitu mencintai kebebasannya. Rosea menganggap bahwa tidak menikah itu bukanlah kesalahan, bukan pula hal yang memalukan, menikah dan tidak menikah adalah sebuah pilihan.

“Ada apa sebenarnya dengan kamu Sea? Berhentilah tersenyum tidak waras seperti itu,” oceh Kartika yang kini berdiri di ambang pintu sambil bersedekap, memperhatikan Rosea yang sejak tadi hanya diam dan tersenyum tidak jelas.

“Memangnya aku tidak boleh tersenyum senang apa?”

Kartika menyipitkan matanya dan berdecih melihat Rosea penuh perhitungan. “Jangan pikir mamah tidak tahu apa yang sebenarnya kamu pikirkan Sea, mamah tahu kamu sedang senang karena kini bisa terlepas dari pantauan. Ingat ya Sea, pindah rumah bukan berarti kamu bebas ya. Kamu harus tetap memikirkan calon suami, jika tidak, mamah akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat mamah dan menyuruh mereka langsung datang melamar.”

“Dengar ya Mah, jika Mamah terus mendesakku dan membuatku merasa semakin tertekan di sini, di masa depan aku tidak hanya akan pindah rumah saja,  aku akan pindah dan menetap tinggal di luar negeri,” jawab Rosea dengan tegas dan tidak main-main.

Kartika melotot seketika, wanita itu menahan ucapannya karena tidak mau merusak pagi mereka dengan perdebatan lagi.

Kartika membalikan badannya dengan cepat, “Cepat masuk, kita harus beres-beres,” titah Kartika terdengar lebih lembut.

Perlahan Rosea tersenyum karena ancamannya kali ini cukup manjur untuk membuat ibunya berhenti mengomel. “Siap, Kanjeng Ratu” Rosea berlari pergi untuk menjadi babu di rumah barunya dalam waktu sehari.

To Be Continued..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status