Atlanta berdiri di depan cerminnya tengah mengeringkan rambut sambil menatap wajahnya sendiri yang terpantul di cermin, Atlanta menyisir rambutnya yang sudah kering itu dengan jari.Malam ini dia harus mandi dua kali karena kehujanan membantu tetangganya.Mengenai tetangganya, Atlanta kembali teringat sesuatu yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, Atlanta pikir dia tidak akan pernah bertemu lagi dengan wanita itu, namun ternyata kedatangannya ke Indonesia mempertumukan dia dengan wanita itu, seseorang yang kini baru Atlanta ketahui namanya, yaitu Rosea.Dalam satu gerakan Atlanta berbalik dan pergi tampak santai, pria itu terlihat muda dan bebas. Fisiknya yang dari ujung kaki hingga ujung kepala sempurna itu terlihat selalu mencolok dan menjadi daya tarik banyak orang, ketampanan Atlanta terkadang menjadi penilaian utama wanita saat mereka pertama kali bertemu.Selain tampan, sejak kecil Atlanta memiliki kecerdasan di atas rata-rata karena hyperaktif, Atlanta pandai beradaptasi
Rosea berdiri di depan lemari sambil berdecak pinggang melihat beberapa pasang jenis dalaman menggantung dengan rapi seperti di sebuah toko. Semua peralatan yang di perlukan wanita benar-benar lengkap berada dalam lemari itu, sampai ke pengaman seks-pun Rosea menemukannya.Rosea sedikit berdecih, “Dia benar-benar playboy professional. Aku pikir pria seperti itu hanya ada di novel hayalanku saja, ternyata ada juga di dunia nyata.”Kaki Rosea berjinjit melihat beberapa dalaman dan memeriksa ukurannya. “Astaga, kenapa besar-besar. Apa semua pria suka wanita berdada besar, pantas saja banyak wanita yang memakai silicon di payudara mereka.” Omel Rosea yang tidak kunjung menemukan dalaman seukuran dengannya.Rosea segera memilihnya dan mengenakannya, kini dia tinggal memilih pakaian yang nyaman untuk di kenakan.Bibir Rosea membulat membentuk hurup o. Rosea tecengang kaget karena semua pakaian yang tersedia sangat terbuka. “Astaga, apa Indonesia sepanas itu. Ini bukan lagi baju untuk pamer
Rosea kembali memalingkan wajahnya dan menatap Atlanta yang tersenyum simpul, matanya yang ikut mengerut terlihat seperti bulan sabit, terlihat indah berkilauan . Rosea menelam salivanya dan sedikit menggeleng menyadarkan pikirannya. “Tolong bergeser, aku tidak nyaman,” pinta Rosea. Atlanta bergeser sedikit menjauh, menyisakan jarak yang hanya sejengkal dengan Rosea, namun tangannya jatuh ke belakang kursi dan sedikit menyentuh bahu Rosea. “Padahal aku tidak berbuat senonoh sama kamu. Kenapa tidak nyaman?” tanya Atlanta berpura-pura polos. “Kamu terlihat suka menggoda dan tebar pesona”, jawab Rosea dengan spontan, bukan tanpa alasan Rosea berkata seperti itu. Rosea sudah melihat isi kamar tamu yang telah dia masuki beberapa saat yang lalu. Tidak hanya puluhan set celana dalam dan pakaian seksi yang ada di dalam lemari, Rosea juga melihat banyak deretan merk pengaman yang tersusun rapi. “Aku kan tidak menggoda kamu” jawab Atlanta dengan tenang. “Lagi pula, aku juga pilih-pilih kal
“Aku akan tidur. Jangan bertengkar,” gumam Prince sambil menangis, anak itu berlari pergi meninggalkan Berta dan Leonardo.Leonardo segera menutup dokumennya dan berdiri. Leonardo tidak suka dengan ucapan yang keluar dari mulut ibunya, dia merasa sangat gusar.“Ibu tidak sepantasnya membicarakan nilai sekolah di hadapan Prince. Kita kan tahu bahwa Prince anak yang special, jangan menuntut dia melewati batas kemampuannya. Biarkan dia mengekspresikan diri agar pikiranya positif. Prince boleh saja tertinggal dalam belajar di sekolah, namun dia memiliki keistimewahan di tempat lain. Prince harus bebas dan bahagia, dia masih kanak-kanak.”Berta bersedekap dan menatap tajam Leonardo, wanita itu tampak kesal karena Leonardo melarang apa yang terbaik untuk cucunya satu-satunya. “Kamu juga terlahir special Leo, namun ibu mendidikmu dengan benar hingga kamu sukses seperti ini. Ibu juga harus mendidik Prince agar.”“Bu” Leonardo memotong ucapan Berta. “Didikan Ibu membuatku terkekang. Aku tidak
Pandangan Atlanta terjatuh pada bibir Rosea yang sedikit bergetar, “Tentu saja beda. Kenal secara pribadi itu melalui hati ke hati, kenal biasa hanya kontak fisik saja.”Atlanta yang kian mendekat membuat Rosea semakin menekan tubuhnya ke sandaran kursi agar menjaga jarak dari Atlanta. “Kamu jangan bersikap tidak sopan ya,” peringat Rosea dengan terbata seraya mendorong dada Atlanta untuk menjauh.“Aku kan tidak melakukan apapun sama kamu.”“Tapi kamu terlalu dekat,” protes Rosea.Alih-alih menjauh, Atlanta semakin mendekat dan membuat Rosea tertekan di bawah kungkungannya, tangan Atlanta menjangkau sebuah selimut kecil berbulu di belakang Rosea dan langsung menutupi pahanya Rosea yang terbuka.Atlanta mendengus geli, pria itu kembali duduk dengan tegak dan melihat layar televisi. Sangat menyenangkan menggoda Rosea.Rosea hanya tertunduk dengan wajah memerah malu, melihat selimut yang menutupi pahanya. Hampir saja Rosea salah paham, ternyata Atlanta hanya ingin mengambil selimut. “Ak
Prince menurunkan jendela kaca mobil, bola matanya yang bulat dan indah itu bergerak melihat kekacauan di depan rumah Rosea karena pohon besar yang tumbang, kabel-kabel listerik yang terputus.s“Ayah, kenapa rumah Sea berantakan?” tanya Prince bingung.Leonardo ikut melihat dan menyadari bahwa hujan semalam sudah menghancurkan sebuah pohon besar hingga menimbulkan kekacauan. Leonardo menepikan mobilnya seketika dan mematikan mesin.Leonardo segera keluar di susul oleh Prince, mereka terdiam melihat pohon besar yang tumbang jatuh tepat di depan gerbang rumah Rosea dan membuat gerbang rumah itu hancur terjungkal ke belakang. “Ayah, apa Sea baik-baik saja?” tanya Prince lagi.Belum sempat Leonardo menjawab, pria itu langsung melihat kehadiran Rosea yang berlari keluar membuka gerbang rumah Atlanta. Tatapan Leonardo terjatuh pada pakaian Rosea yang hanya mengenakan jubah mandi.Rosea terpaku kaget melihat kehadiran Leonardo dan Prince yang tahu-tahu sudah berada di depan rumahnya. “Pri
Cuaca siang hari itu terlihat cerah, Rosea sedang berada dalam tokonya tengah berbicara dengan Helvin dan karyawan lainnya. Mereka mendiskusikan beberapa pesanan perhiasan yang harus segera di kerjakan.Dua jam Rosea duduk dan berdiskusi akhirnya kini dia selesai, Rosea memutuskan turun ke bawah memeriksa toko dan berbicara dengan Helvin. Helvin adalah seseorang yang Rosea percaya, pria paruh baya itu adalah mantan seorang pengrajin perhiasan dari sebuah brand besar di Italia, karena sebuah kecelakaan yang di alaminya dan membuat satu tangannya di amputasi, Helvin akhirnya memutuskan pulang.Kini Helvin bekerja bersama Rosea dan di tugaskan menjadi kepala pengrajin.“Kamu mau ke mana lagi sekarang? Duduklah sejenak jangan terburu-buru, ada banyak pengunjung yang menanyakan kamu dan ingin bicara sama kamu secara,” ucap Rosea.“Aku mau meeting dan bertemu Karina,” jawab Rosea dengan senyuman lebar.“Sayang sekali.”“Bagaimana kabar Rivan? Kenapa sudah satu minggu lebih ini, dia tidak la
Tidak berapa lama mereka sampai pada sebuah cafe, kedua wanita itu segera pergi masuk dan berbisik membicarakan apa yang harus mereka lakukan sekarang. “Mana calon kamu?” Bisik Rosea seraya mengedarkan pandangannya. “Aku juga belum tahu.” “Kenapa bisa? Memangnya kamu belum melihat photonya?” “Ayahku bilang ini kejutan.” “Meja nomer berapa?” “Lima dua.” Pandangan Rosea mengedar, matanya memicing melihat satu persatu meja hingga akhirnya wanita itu diam terpaku melihat meja nomer lima dua yang kini sudah di isi oleh seorang pria yang tengah duduk dengan anggun. Rosea mengatupkan bibirnya dengan kuat, dia tidak bisa berkata-kata karena kali ini pria yang di jodohkan dengan Karina terlihat luar biasa. “Bagaimana?” bisik Rosea bertanya. Dengan cengiran malunya Karina menjawab, “Sepertinya aku akan menemuinya. Kalau aku masih duduk sama dia lebih dari sepuluh menit, kamu pulang saja bawa mobilku.” “Nanti kalau aku nabrak bagaimana?” “Tenanglah, terbakarpun aku tidak akan marah.