Ketika Leonardo datang kamar Prince, rupanya Prince sudah tidur. Prince meringkuk ketiduran dengan buku dongeng pemberian Rosea di tangannya. Dalam langkah hati-hati Leonardo bergerak menyiris ke setiap penjuru kamar. Leonardo tengah memastikan kondisi alat-alat penyadap suara dan cctv yang tersembunyi di kamar Prince itu masih aman tanpa tanpa tergeser sedikitpun. Leonardo sengaja memasang alat rahasia itu untuk memeriksa kondisi Prince setiap kali dia dinas ke luar negeri sendirian. Leonardo juga harus tahu apa yang terjadi kepada puteranya jika ada orang lain yang masuk ke dalam. Perlahan dan hati-hati Leonardo mendekati ranjang Prince. Leonardo membungkuk, mengambil buku Prince dan menyimpannya di atas meja. Leonardo menarik selimut untuk menutupi tubuh Prince. Tanpa sengaja tangan Leonardo menyentuh handpone yang tergeletak di antara lipatan selimut. Leonardo mengambilnya, pria itu langsung menyadari bahwa itu adalah handpone Rosea. Leonardo terdiam, teringat jika malam i
Rosea segera menutup pintu, wanita itu menatap tajam Frans yang tengah duduk di kursi tengah bersantai sambil memakain beberapa cemilan. “Pacar baru?” Frans menanyakan Leonardo. “Tadi, kamu tidak sopan Frans.” Tegur Rosea. “Iya.. maaf maaf.” Frans, dia adalah adik kandung Karina. Frans masih sangat muda dan masih menjalani pendidikannya di Singapore, Frans tumbuh di luar negeri dan hanya datang ke Indonesia dalam waktu dua bulan sekali. Frans dan Rosea memiliki hubungan yang sangat dekat, mereka sudah seperti adik kakak, teradang Rosea juga menjadi tempat pelarian Frans setiap kali dia memiliki masalah. “Kunci mobilnya di atas meja, pulang langsung sana,” usir Rosea begitu saja. “Kok begitu? Aku kan baru datang dan mau nginap di sini.” Cemberut Frans tidak mempedulikan tatapan tajam Rosea. Frans tidak pernah takut dengan kemarahan Rosea. Segalak-galaknya Rosea, dia hanya akan mengomel lalu diam. Sementara Karina kakaknya, Karina akan mengeluarkan smackdown dan menjambak rambut
Di keramaian Pesta, banyak orang yang berkumpul, banyak wajah baru yang Rosea lihat, dan ada beberapa orang yang dia kenal. Kini, Rosea tengah berbicara dengan seorang pria, mereka berdiri di sisi sebuah meja bar, keduanya terlihat dekat satu sama lainnya. Pria itu tidak berhenti menatap Rosea yang sudah lama tidak di lihatnya, dia tersenyum beberapa kali memperhatikan setiap Rosea berbicara. “Sudah berapa lama kita bertemu? Aku kaget banget kamu pindah ke sini,” ucap Aarav. Rosea memutar-mutar gelas kecil di atas meja, “Mungkin setengah tangun yang lalu.” Aarav tersenyum menatap lekat, “Aku pikir kita enggak bakal ketemu lagi.” “Bukankah aku yang harusnya berpikir begitu? Aku dengar kamu pindah ke Surabaya” balas Rosea dengan tenang. Aarav mengedarkan pandangannya, terdengar suara napasnya yang berat keluar dari mulutnya begitu dia kembali melihat Rosea di sampingnaya yang bersikap begitu biasa saja, sementara Aarav masih menyimpan banyak rasa untuk wanita itu di dalam hatinya
“Flora, apa kamu sudah tidak mau bersamaku? Aku tidak keberatan melepaskanmu malam ini juga.” Flora terbelalak kaget dengan jawaban Leonardo. Dengan begitu mudahnya Leonardo membicarakan sebuah perpisahan di antara mereka layaknya sebuah bisnis. Ada rasa sakit yang di rasakan hati Flora, ternyata selama dua bulan mereka menjalin hubungan, Leonardo selalu memanjakannya dengan uang-uangnya. Flora pikir kebaikan Leonardo adalah sebuah bentuk sinyal jika pria itu memiliki perasaan lebih kepada Flora. Tetapi ternayata, apa yang di pikirkan oleh Flora salah. Flora sudah salah menilai, Leonardo benar-benar masih tidak goyah dengan prisnispnya, pria itu tidak memiliki perasaan apapun kepadanya meski mereka sudah sering melewatkan malam yang panas di ranjang. Sungguh menyedihkan untuk Flora, dia sudah terlena dalam kebaikan dan pesona Leonardo hingga melupakan kebenaran yang sesungguhnya seperti apa. Flora membuang napasnya dengan berat, wanita itu menggeleng menolak hubungan mereka bera
Dengan panik Atlanta mematikan air dan menarik Rosea untuk segera bangkit, Rosea tidak banyak minum, namun efek mabuknya benar-benar sangat kacau dan merepotkan Atlanta. Jika tingkat keparahan mabuk Rosea seperti ini, Atlanta tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Rosea yang mabuk berat akan bersikap tidak terkendali, jika Atlanta meninggalkannya begitu saja, kemungkinan akan terjadi sesuatu pada tetangganya itu. *** Tubuh Rosea terhempas jatuh ke kursi, wanita itu tertawa dalam racauan melihat samar Atlanta yang kini berdiri bertolak pinggang di hadapannya. Atlanta segera pergi ke lemari dan melihat-lihat pakaian yang tersedia di sana. Tidak ada satupun pakaian yang aman bisa Rosea kenakan. Tiba-tiba Atlanta teringat pakaian Rosea yang tertinggal, sekilas Atlanta melirik Rosea yang kini merangkak berusaha turun dari kursi, bagusnya Rosea tidak kunjung turun karena takut melihat lantai. Mungkin tidak akan apa-apa jika Rosea di tinggal beberapa menit, Atlanta juga harus memast
Rosea bergerak gelisah dalam tidurnya merasakan perut yang keram dan sakit, perlahan Rosea membuka matanya, samar dia melihat kearah jendela yang kini terlihat terang di luar sana. Rosea terdiam mengedarkan pandangannya melihat setiap sudut kamar yang bukan miliknya. Hangat pelukan seseorang di belakang tubuh Rosea menyadarkan dia bahwa ada seseorang yang kini tidur bersamanya. Perlahan dia bergerak ke sisi, wanita itu terbelalak kaget melihat keberadaan Atlanta yang tertidur di sisinya tengah memeluknya. Wajah Rosea memucat, dengan cepat dia mengangkat selimut dan melihat jika pakaiannya sudah berganti. Tuuh Rosea mematung, wanita itu termenung mencoba mengingat-ngingat apa yang telah terjadi padanya semalam hingga berakhir tidur satu ranjang dengan Atlanta di sini. Tidak mungkin kan Rosea melakukan one night stand dengan tetangganya? Rosea memukul keras kepalanya yang pusing karena efek alcohol. Ini sangat memalukan, Rosea sampai tidak tahu harus berkata apa jika nanti Atlanta
Prince memanjat naik kursi dan segera duduk. Tangan mungilnya menjangkau segelas susu dan meminumnya. Kepala Prince bergerak ke sisi memperhatikan Leonardo yang kini mengeluarkan dua piring menu makanan dari dalam sebuah oven. Leonardo membawanya dan meletakannya di hadapan Prince, “Awas panas.” Prince mengangguk dengan senyuman. “Terima kasih,” ucap Prince begitu Leonardo memberikan sarapan untuknya. Leonardo segera bergabung duduk dan memulai sarapan paginya bersama-sama. Cukup lama Leonardo diam, akhirnya dia mulai angkat bicara kepada Prince. “Prince, apa hari ini kamu mau ke rumah Sea?” tanya Leonardo tiba-tiba. Prince mengunyah rotinya perlahan, anak itu tidak langsung menjawab karena harus menelan makanannya terlebih dahulu. Prince menggeleng, dan menatap ayahnya dengan bingung. “Semalam kami bertemu, lagi pula Sea sudah berjanji akan sering ke sini. Nanti Sea bosan jika aku sering ke sana.” Ada cemberutan kecil yang terlukis di bibir Leonardo. “Sea tidak akan bosan jika
“Yang benar yang mana? Kalian pacaran atau tidak?” tanya Michael lagi dan kembali berdiri. Sekali lagi Rosea menggeleng, begitu pula Atlanta yang kembali mengangguk. “Yang benar yang mana?” Wajah Atlanta terangkat, membalas tatapan tajam Michael yang kini sudah siap melayangkan tongkatnya lagi kepada Atlanta. “Aku menyukai Sea, namun dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Dia orang yang pernah aku ceritakan kepada Kakek beberapa tahun yang lalu, sekarang sudah cukup?” Michael langsung terdiam begitu mendengar jawaban Atlanta, perlahan dia mundur dan kembali duduk. “Benar, begitu Sea?” Tanya Michael dengan suara yang melembut, kemarahannya hilang entah kemana. Bibir Rosea terangkat hendak menjawab, namun dia kembali mengatupkannya karena sama sekali tidak mengerti kemana arah pembicaraan Michael. Apa yang harus Rosea katakan? Haruskah Rosea berbohong untuk menyelesaikan pembicaraan ambsrud mereka pagi ini? Rosea mengangguk dengan terpaksa. “Benar” jawabnya samar. “Sea