Share

Kenyataan Pahit

Selepas sarapan, aku kembali ke kamar dan memilih kembali tidur. Suasana hati yang belum sepenuhnya membaik membuat sakit kepala sebelah yang cukup menyiksa sejak semalam. Hingga memejam adalah opsi terbaik untuk saat ini.

"Minum obat dan vitaminnya dulu, ya." Mas Narendra sudah membawa beberapa butir obat di tangan.

Aku mendesah, paling sebal kalau disuruh minum obat. Rasanya membuat mual. Namun, demi bayi dalam kandungan ini, aku mengalah.

Setelah semua obat kuminum, lantas merebahkan badan di tempat tidur. Dan ternyata, Mas Narendra ikut berbaring, bahkan memelukku dari samping. Berkali-kali kusingkirkan tangan yang melingkar di pinggang, tapi dia tidak menyerah. Padahal, aku sengaja membelakanginya untuk menghindar.

"Biarkan aku memelukmu, Ran. Aku ingin menikmati saat-saat terakh—" Laki-laki di belakang menghentikan ucapannya. "Aku ingin menikmati saat-saat sebelum anak kita lahir. Nanti, kalau Rania atau Narendra Junior sudah lahir, pasti aku akan tersisih."

Butiran kristal hang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status