Home / Rumah Tangga / Mengejar Cinta Sahabat Jandaku / Pernikahan Yang Telah Diatur

Share

Pernikahan Yang Telah Diatur

Author: Mega Silvia
last update Last Updated: 2022-11-11 14:47:12

Bunyi gaduh dalam mobil memancing atensi para warga. Beberapa yang tengah berada di sana jadi menghampiri mobil seraya menekuk lutut dan ingin melihat apa yang terjadi di dalam mobil itu. Apa lagi mereka yakin ada suara teriakan minta tolong.

"Yuk.., yuk.., kita lihat!" Meski jendela mobil Tian gelap tertutupi kaca film tetap saja. Tian terganggu dengan keingin tahuan orang-orang itu. Ia jadi melerai pegangannya. Dan saat itu, Agni gunakan untuk memencet tombol buka pintu segera. Dengan cepat ia berlari kencang seraya menutup matanya rapat.

Setiap jalan adalah takdir yang sudah tertulis. Sebagai manusia, detail insan hanya harus menyiapkan hati untuk menghadapi semuanya.

Agni menangis di tengah gerimis yang makin lebat. Sengaja dia menengadahkan wajah ke langit. Berharap semua masalah yang sedang di hadapinya sirna, luruh bersama air hujan yang mengaliri tubuh.

“Aaaaa!”

Agni mengeluarkan seluruh keluh kesah dalam hati. Setidaknya dia harus punya pelampiasan agar tidak menjadi gebu dendam dalam hati.

Gadis cantik dengan kulit putih itu terus menangis tergugu. Kilatan petir yang sesekali bagai membelah langit tak dipedulikan sama sekali.

“Aku harus apa? Kenapa semua jadi begini? Aku mencintai Axel, tapi harus menikahi Bastian. Sebenarnya takdir apa yang sedang kujalani?”

Agni berteriak sekencang yang dia bisa. Selain Axel yang sudah berada jauh, tidak ada lagi yang peduli dengan perasaannya. Hanya Axel yang selalu ada dan membuatnya nyaman.

Sekarang, dia tidak bisa lagi berharap pada siapa pun kecuali diri sendiri. Om Damar sudah menjodohkannya dengan Bastian, anak seorang pejabat di daerah tempat tinggalnya. Mana mungkin Agni menolak begitu saja. Andaipun ia bisa, pasti hidupnya akan dikelilingi cemoohan dari keluarganya. Apa memang ia harus pasrah, menjeruskan dirinya dalam pernikahan percobaan itu. Meski sejatinya hidup bukan untuk coba-coba.

***

Dengan tubuh bergetar, Agni berjalan pulang ke rumah om Damar. Bibirnya pucat membiru. Entah berapa lama dia berada di bawah lebatnya hujan yang terus mengguyur seolah-olah tak mau berhenti. Persis seperti suasana hati Agni saat ini.

“Agni, dari mana kamu?” tanya Damar saat melihat keponakannya pulang dalam keadaan basah kuyup. Padahal tadi dia pergi dengan Bastian.

Agni tidak menjawab. Dia hanya menggelengkan kepala dengan lemah.

Damar celingukan melihat ke arah belakang Agni. Mungkin sedang mencari sosok Bastian.

“Mana Tian?”

“P-pulang,” jawab Agni lirih.

“Kenapa kamu tidak pulang bareng Tian saja? Atau jangan-jangan kamu buat ulah, ya, sampai membuat dia marah?”

Agni memejamkan mata mendengar tuduhan yang sangat tidak berdasar itu.

“Kamu jangan pernah berpikir untuk menolak pernikahan ini, Ni. Tian itu lulusan S2, ayahnya pejabat tajir yang terkenal. Kamu akan hidup bahagia jika menikah dengan dia. Jadi jangan kamu sia-siakan kesempatan ini.”

Agni mengerjakan mata beberapa kali. Hatinya masih diliputi gundah gulana.

“Maaf, Om.”

“Ya sudah kalau begitu. Cepat kamu keringkan badan dan ganti baju. Jangan sampai kamu sakit sebelum hari pernikahan.”

Rasanya Agni enggan masuk ke rumah Damar. Tapi dia tidak punya pilihan lain karena Damar adalah satu-satunya keluarga yang dia punya.

Dalam hati Agni berkata, “Om Damar benar-benar tidak peduli padaku. Apa aku salah karena telah ikut kata-katanya untuk pulang kampung ke sini ... dan jauh dari Axel.”

Setetes air mata kembali rebas begitu saja. Berulang kali Agni mengusap kasar mulutnya dengan telapak tangan. Berharap jejak bibir Tian yang kurang ajar bisa bilang.

***

Keesokan harinya, Tian datang lagi ke rumah Damar. Anehnya, Damar sama sekali tidak bertanya pada Tian mengenai kenapa tadi malam Agni pulang ke rumah sendirian dengan keadaan basah kuyup. Padahal dia pergi bersama Agni.

“Tian, ada hal penting?” tanya Damar. Dia tidak suka berbasa-basi.

“Enggak, Om. Saya cuma ingin menyampaikan pesan ayah saya. Dia ingin pernikahanku dan Agni dipercepat. Mungkin ayah sudah nggak sabar menggelar pesta meriah,” ujarnya terselip kesombongan.

Damar tersenyum semringah. Hatinya benar-benar silau oleh kilatan harta. Belum-belum, Tian sudah menyiapkan pesta meriah untuk Agni. Apalagi kalau sudah menikah nanti?!

“Agni, ada nak Tian!” teriak Damar. Dia menyunggingkan senyum manis pada Tian.

Pemuda itu tahu apa isi hati Damar. Pria gila harta yang selalu menuruti hawa nafsunya akan uang. Untung saja Agni itu cantik dan seksi, tentu tidak akan rugi menikahinya.

Agni yang sedang bermalas-malasan di dalam kamar tentu saja mendengar teriakan sang om. Dalam hati dia menggerutu.

'Kenapa si pria amoral itu datang lagi, sih? Apa lagi maunya kali ini?’

“Agni?” ulang Damar saat tak mendapat jawaban.

“Iya, Om. Sebentar,” sahut Agni tak kalah kencang.

Damar tersenyum senang. “Nah, sebentar, ya? Mungkin Agni sedang mandi.”

“Santai aja, Om. Aku nggak buru-buru, kok. Aku cuma mau bilang supaya dia bersiap-siap.”

Cukup lama Agni baru keluar. Dia hanya menggunakan baju tidur, wajahnya juga polos tanpa riasan. Itu sengaja Agni lakukan agar Tian marah dan membatalkan niatnya untuk menikahi Agni. Tetapi ternyata dia salah.

Tian malah makin terpesona dengan Agni yang polos dan apa adanya seperti ini. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Otaknya tengah merancang hal tak senonoh

“Agni, apa-apaan kamu?” tanya Damar kesal. Dia tidak suka dengan tingkah Agni yang membuatnya malu. Seharusnya Agni berdandan dan mengenakan baju yang pantas saat ingin bertemu Tian seperti ini. “Kamu jangan bikin malu Om, ya?”.

“Nggak apa-apa, Om. Saya malah suka Agni yang seperti ini. Lebih alami,” ucap Tian menengahi.

Agni melotot mendengar hal itu. Ternyata rencananya gagal total. Dia tidak bisa memengaruhi hati Tian dengan begitu mudah. Jika dia ingin pernikahan tersebut batal, maka butuh usaha keras untuk mencapainya.

“Oooh, baguslah. Maafkan Agni, ya, Tian?”

“Iya, Om.”

“Ya sudah kalau begitu Om tinggal dulu, Ya? Om ada sedikit pekerjaan yang harus dilakukan.”

Setelah mendapat anggukan dari Tian, Damar melenggang keluar rumah. Meninggalkan Agni berdua saja dengan Tian. Dia tidak tahu saja hal itu akan sangat berbahaya bagi seorang gadis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Sahabat Jandaku   Akhir Bahagia

    "Xel!" Agni menatap Axel berkaca-kaca. Tidak menyangka Axel tidak menyerah demi mendapatkanya. Padahal, Agni sempat ingin berpaling.Axel mengangguk maksum dan mencium kepala Agni. Tidak perlu berkata apapun. Karena Axel tau cinta Agni cuma untuknya."Tapi aku harus bilang sama papa dan mamanya Tian. Gimanapun mereka sangat baik ke aku!" Axel mengangguk maksum. Ia mengantarkan Agni ke rumah orangtua Tian. Di sana Agni disambut tapi mama Tian bingung siapa pria yang bersama Agni. Keduanya masuk dan menjelaskan kepada orangtua Tian.Mama Tian sangat kaget saat tau perbuatan Tian yang suka mengurung Agni."Astaga!" Dia tidak bisa menyalahkan Agni. "Lalu bagaimana, kamu ingin bercerai dari Tian, Agni?" Papa Tian menengahi. Dia dapat kabar dari orang kantornya kalau Tian punya hubungan gelap dengan sekretarisnya. Sepintar-pintarnya Tian menutupi, perselingkuhannya tercium juga dan papa Tian tidak bisa mengelak lagi. Selingkuh dan melakukan kekerasan fisik. Pantas anak mantunya tidak

  • Mengejar Cinta Sahabat Jandaku   Tian Merelakan Agni

    Siang itu Axel menemui Agni di rumahnya. Dia ingin mengingatkan wanita itu perihal perlakuan Tian selama ini yang benar-benar salah, yaitu penuh kelicikan dan memfitnah habis-habisan. Sebenarnya dia tahu jika Agni pasti peduli, tetapi nampaknya selama ini Axel merasa tidak ada pergerakan apa-apa dari wanita itu. Jika dikata harus sabar, nampaknya Axel tidak bisa. Dia harus segera melanggar permasalahan ini dan bertindak lebih cepat dari Agni, yaitu dengan memberikan hukuman kepada Tian yang sudah berani berbuat. Jika tidak seperti ini, maka sampai selamanya Tian pasti akan terus-menerus seperti itu. Dia tidak bisa menyadari kesalahannya sendiri dan bahkan hanya bisa menjadikan orang sebagai kambing hitam atau semua yang telah terjadi, tentang permasalahan yang ada. Mendengar dan melihat yang seperti itu, siapa yang tidak marah? Ya, tentu. Axel sudah bukan lagi ingin marah, tetapi dia memiliki rencana untuk membunuh Tian jika laki-laki itu masih terus-menerus keterlaluan dan semena-men

  • Mengejar Cinta Sahabat Jandaku   Karina Menyerah

    Di satu sisi, diam-diam Axel masih memikirkan tentang kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu. Tiba-tiba saja pemikirannya mengingat tentang kebohongan Agni yang selama ini disembunyikan. Axel kecewa mengapa wanita itu tega kepadanya, padahal selama ini Axel hanya berharap jika Agni mau jujur kepada dia.“Walaupun ini udah terjadi, tapi aku masih ingat jelas. Aku lupa cara melupakan ini semua. Sudah seharusnya aku nggak perlu lagi ingat-ingat soal itu.”Wanita paruh baya yang kerap disapa dengan nama bu Ningsih tiba-tiba saja menghampiri Axel. Pasalnya, sejak tadi dia melihat jika putranya itu seperti memperlihatkan raut wajah tidak tenang dan kepikiran terhadap sesuatu hal. Sebenarnya sejauh ini belum ada yang bisa diartikan oleh Bu Ningsih. Beliau sendiri bingung, apakah Axel sedang sakit atau tidak. Akan tetapi, dia tidak menemukan bukti dan tanda bahwa putranya itu mengalami hal yang dia pikirkan. Semua itu seperti terjadi begitu cepat dan Bu Ningsih harus segera menangani apa y

  • Mengejar Cinta Sahabat Jandaku   Pernikahan Tian Dan Desi

    Tian begitu bersemangat menuju rumah Desi. Dia sangat yakin akan mendapat restu dari ayah dan ibunya Desi. Terlebih apa yang sudah dia lakukan selama ini. Itu pasti akan menjadi pertimbangan yang cukup membuatnya percaya diri. Mobilnya sudah masuk ke halaman rumah Desi yang hanya bisa memuat satu mobil dan satu motor saja. Tian langsung turun dan ternyata pintu rumah itu sudah terbuka seperti memang ingin menyambutnya. “Pak Tian, udah sampai,” sapa Desi yang kebetulan ke luar. “Ayo silakan masuk.” Desi berjalan di samping Tian malu-malu.Tian begitu bahagia melihat senyum di wajah Desi. Dia makin yakin kalau dia akan diterima dengan baik di rumah itu sebagai anggota keluarga baru. Tian benar-benar tidak ingat akan keberadaan Agni yang masih sah menjadi istrinya. Dia tidak sadar sedang mempermainkan dua hati wanita yang pasti nanti akan melukai salah satu dari mereka atau bahkan keduanya. Yang ada di pikirannya saat ini sudah pasti hanya bagaimana caranya mendapatkan Desi yang selalu

  • Mengejar Cinta Sahabat Jandaku   Rencana Tian Nikah Siri Dengan Desi

    “Kalau begitu ibu tidak bisa melarang seperti yang ibu katakan tadi. Asalkan kamu harus selesai dulu dengan istri kamu.”Tian lantas tertegun. Meski dia begitu kesal dan marah pada Agni, tidak terlintas sedikit pun dalam hatinya untuk bercerai dengan istrinya itu. Di mata Tian, Agni adalah gadis yang baik dan santun. Terlebih kedua orang tuanya sangat menyayangi Agni. Jadi dia tidak berniat berpisah dari Agni. Tian terlihat begitu gugup. Dia hanya bisa mengangguk dan tersenyum canggung. Tidak tahu harus bagaimana menanggapi ucapan ibu Desi.“Bu. Kita makan dulu ya? Jangan bahas yang lain,” ucap Desi menengahi antara ibunya dan Tian. Dia tidak peduli bagaimana reaksi Tian selanjutnya, dia sudah cukup bahagia mendengar pengakuan Tian tentang perasaannya. Dan itu sudah lebih dari cukup.“Pak Tian. Maaf kalau pertanyaan ibu saya tadi ....”“Tidak apa-apa, Desi. Itu hal yang wajar sebagai seorang ibu.”Mereka sudah berada di luar rumah karena Tian akan pulang. “Tapi ....” Desi tidak mela

  • Mengejar Cinta Sahabat Jandaku   Saat Tian Memilih Desi

    “Kamu beneran nggak apa-apa, Agni?” mama Tian begitu khawatir dengan menantunya yang terlihat sering murung. “Nggak, Ma. Agni baik-baik aja, kok. Mama jangan khawatir ya?”Wanita itu mengangguk mencoba percaya kalau sang menantu baik-baik saja.*“Pak Tian. Hari ini saya izin pulang lebih cepat, boleh?”Dessy sedang meminta izin pada Tian.“Mau ke mana?”“Tidak ke mana-mana, Pak. Ayah saya hari ini sudah diperbolehkan pulang.”Tian bangkit dari kursi dan memakai jas. Lalu mengambil kunci mobil di atas meja.“Ayo saya antar.” Tian melenggang begitu saja melewati Desi yang tidak tahu maksud bosnya itu.“P-pak ....” Desi mempercepat langkah kaki untuk bisa sejajar dengan Tian.“Saya akan antar kamu ke rumah sakit dan kamu tidak bisa menolak. Lagi pula kita tidak ada pekerjaan lagi, kan?”Desi hanya bisa mengangguk karena tidak mungkin dia bisa menolak Tian.Ternyata semua urusan di rumah sakit sudah selesai. Jadi ayah Desi langsung bisa dibawa pulang. Dua orang tua itu duduk di bangku p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status