Share

Di Sidang

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-09 19:32:18

"Kak..." Suara itu nyaris tercekat di tenggorokan Qiana. Ia berusaha supaya tidak tampak menyedihkan, tapi semakin keras ketika ia melihat punggung Zayn yang tak sedikit pun menoleh.

Zayn menuang air ke gelas, minum, dan menyandarkan tubuh ke dapur sejenak. Mata tajamnya tertuju ke arah jendela, bukan ke arah perempuan yang kini terisak pelan di balik punggungnya.

"Kak Zayn…” Qiana masih mencoba. “Aku cuma minta satu hal aja. Sekali ini aja. Setelah ini aku gak akan ngerepotin Kakak lagi…”

Tapi Zayn tetap diam.

Satu tarikan napas panjang darinya seperti palu terakhir yang memukul harapan Qiana. Hening di antara mereka terasa menusuk, hanya suara tik-tok jam dinding yang terdengar seirama dengan degup panik dari dada Qiana.

Perlahan, Zayn menaruh gelasnya di atas meja makan. Lalu ia melangkah pergi ke arah kamar, meninggalkan Qiana yang masih berdiri dengan tubuh bergetar.

Tanpa sepatah kata pun.

Pintu kamar tertutup dengan bunyi pelan namun tajam.

Klik.

Terkunci.

Qiana merosot ke lant
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Apa-Apaan Ini?

    "Apa lagi ini…?”Belum sempat ia berkata lebih, suara langkah kecil terdengar dari arah dapur.“Kak Zayn?” panggil Qiana pelan. Tak lama, sosok gadis itu muncul sambil membawa segelas kopi susu di tangan kanan. Rambutnya terikat asal-asalan, wajahnya tampak lelah, namun ia berusaha tersenyum.Zayn hanya diam memandangi istrinya itu.Qiana mendekat perlahan. “Kamu baru pulang? Aku bikin kopi susu tadi. Oh iya, kamu mau makan dulu? Atau… bersih-bersih dulu?” tanyanya dalam satu tarikan nafas.Zayn tetap berdiri di ambang pintu, menatap meja tamu, lalu menatap Qiana. Dia diam beberapa detik. Pandangan matanya sulit ditebak.“Ini… apa?” tanyanya akhirnya. Suaranya datar.Qiana ikut melirik meja tamu. “Oh… itu. Tugas kampus. Lagi dikejar deadline. ehehe." Ia nyengir.Zayn mendecih kecil. “Kenapa nggak di kamar?”“Gak bisa. Nanti kalau tugasnya belom selesai aku bisa ganggu istirahat kamu."Zayn tak langsung membalas. Dia berjalan masuk perlahan, meletakkan tasnya di sofa, lalu berdiri mema

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Dasar Beban!

    Di sisi lain, di kampus Nusa Bangsa, Qiana duduk termenung di salah satu sudut kafe kecil dekat gedung fakultas. Di depannya berserakan buku catatan, laptop, dan beberapa kertas tugas yang sudah penuh coretan. Tangannya menopang dagu, sementara mata bulatnya menatap layar kosong laptop dengan tatapan frustrasi.“Qia! Kamu yang fokus dong! Kita kan mau submit sore ini,” keluh Santi, teman sekelompoknya.Qiana hanya menghela napas pelan. “Iya, iya… sorry.”“Sorry melulu. Nih liat, tabel analisis bisnis kita masih ngaco. Kamu yang bagian ngisi itu, kan? Gimana sih?” sambung teman satunya, Danu.Qiana memejamkan mata beberapa detik, lalu memaksakan senyum tipis. “Maaf ya… otakku lagi kebagi dua.”“Kenapa? Masalah rumah tangga?" Santi melirik.Qiana diam sejenak.Sementara Santi langsung melipat tangannya di dada sambil memasabg raut kesal. "Gak usah bawa-bawa urusan pribadi deh, Qia. Tugas kita ini sudah mepet deadline. Kalau kamu gak profesional di dalam tim, mending kamu cabut cari tim

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Qiana Lagi... Qiana Lagi...

    “Oke. Kita follow-up itu. Kalau perlu, minggu depan langsung jalan. Kebetulan saya ada beberapa kenalan di sana. Ya kan Dokter Zayn?” tanya Pak Atmaja sambil melihat ke arah putranya.Zayn sempat terdiam sepersekian detik. Otaknya memproses cepat ucapan Pak Atmaja barusan."Kampus Nusa Bangsa…?"Sialnya, itu kampus tempat Qiana kuliah. Dan lebih sial lagi, dia baru saja mendatangi tempat itu kemarin karena sang istri bertengkar dengan Maya di koridor kampus. Dia malas ke sana. Sangat malas.Tapi di hadapannya sekarang bukan sekadar ayahnya—ini atasannya. Dan sebagai profesional, dia tahu, dia tak punya ruang untuk membantah.Zayn menegakkan posisi duduknya sedikit. Ekspresinya tetap tenang, meski napasnya agak berubah.“Iya, Pak. Saya tahu kampus itu.”Pak Atmaja mengangguk puas. “Bagus. Nanti kamu bantu komunikasi awal. Minimal bicarakan teknis dan waktu pelaksanaannya.”Zayn hanya menjawab singkat. “Baik.”Padahal dalam hati, Zayn bergumam, 'Kenapa harus Nusa Bangsa dari semua temp

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Kepala Batu

    Zayn membuka pintu dan akan melangkah keluar, ia berhenti sesaat... lalu berbalik sedikit. "Bekalnya mana?” Qiana langsung mendongak. Matanya berbinar. “Di meja!” ucapnya cepat sambil berlari kecil mengambil tas makan. "Sebentar, aku ambilkan!" Mood gadis itu cepat sekali berubah. Qiana berlari kecil ke arah meja makan lalu menyodorkannya ke arah suaminya yang super duper cuek itu. Zayn menerimanya tanpa kata. Dan bergegas keluar dari apartemen. "Haaa..." Qiana menjatuhkan bahunya dengan lesu. Semua trik yang dia punya, bahkan tips dari Mama mertua dan teman-temannya mulai gagal satu persatu. "Aku harus cari cara apa lagi biar hati kamu luluh Dokter Kulkas? Aku harus gimana?" *** Ruangan dengan lampu putih terang itu dipenuhi suara-suara obrolan ringan dari para dokter dan perawat yang sudah duduk melingkar di sekitar meja panjang. Di ujung meja, duduk Pak Atmaja— direktur utama rumah sakit sekaligus pemilik yayasan. Meski usianya memasuki kepala 6, aura karismatiknya masih ku

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Ancaman Zayn

    "Dengar ya! Kalau kejadian seperti tadi terulang lagi, lebih baik kita gak perlu makan malam bersama lagi! SELAMANYA!"WHAT THE—Qiana mendelik kaget. Semua protes sudah ia siapkan di ujung lidah. Akan tetapi, Zayn lebih dulu menatapnya dengan tajam dan penuh ketegasan. "Aku serius Qiana!""Huh... Kejam!" desis Qiana lirih. Namun ucapannya masih bisa Zayn dengar meskipun samar.***Pagi menjelang. Aroma wangi telur dadar, nasi goreng mentega, dan irisan sosis asap menguar dari dapur mungil mereka. Qiana tengah sibuk menyusun bekal di lunch box warna navy—warna favorit Zayn.Ia tampak bahagia pagi itu. Senyumnya kecil, tapi penuh arti. Wajahnya masih segar walau sempat tidur larut. Ada rona merah muda yang tak bisa disembunyikan dari pipinya.Selesai menutup bekal dengan rapi dan memasukkannya ke tas kecil, Qiana bersenandung kecil sambil berjalan ke ruang tengah. Ia menyiapkan termos kopi dan meletakkannya di atas meja.Tapi belum juga ia duduk, suara berat dan sedikit kesal terdengar

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Uups! Tegang...

    ByuuuurGelas air dalam genggamannya tumpah, isinya langsung menyiram bagian bawah Zayn—tepat di area yang cukup sensitif.“ASTAGA!” Zayn mundur ke belakang dengan cepat, tubuhnya reflek menegang.Qiana mendelik kaget. Ia dengan segera . “YA AMPUN! Kak, aku nggak sengaja!! Maaf...""Kamu ini—"Qiana yang makin panik melihat tatapan tajam. Zayn langsung mengambil tisu dan mencoba menyeka bagian celana Zayn yang basah—tapi baru satu usapan, Zayn menahan pergelangan tangannya. Tapi lagi-lagi dia berbuat kesalahan dengan tidak sengaja menyentuh milik Zayn di balik celana..."Ughhh..."Qiana membeku.Tangannya masih berada tepat di atas area sensitif itu. Ia refleks menoleh menatap wajah Zayn—dan langsung menemukan ekspresi lelaki itu berubah total. Mata Zayn membelalak sekilas, lalu rahangnya menegang, otot-otot di tengkuknya tampak mengeras.“Qia...” gumam Zayn pelan, nadanya berat—lebih ke kaget, dan sedikit kesal.Qiana langsung melepas tangannya secepat kilat, seperti habis megang set

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status