Share

Mana Kissnya?

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-02 20:36:59

Sekitar satu jam kemudian Zayn sudah siap untuk berangkat ke rumah sakit. Dia sudah rapi dengan kacamata minus dan kemeja hitam yang ditekuk sesiku.

Sementara Qiana berdiri sambil memegang bekal yang baru ia rapikan di kotak makan. Ia menyodorkannya pada Zayn yang sudah berdiri di depan pintu.

“Ini bekal buat makan siang. Aku bikin ayam teriyaki sama salad,” ucapnya sambil di iringi senyum manisnya yang khas.

Zayn menerimanya dengan satu anggukan. “Hm.”

Ia baru melangkah ke luar pintu saat tiba-tiba Rhea muncul mendekati mereka. "Serius kalian cuma gini aja pas pamitan?"

Pasutri itu langsung menoleh. "Terus kita harus ngapain? Salto dulu?" sahut Zayn setengah mencibir.

"Ya ampun, Kak. Kissnya mana? Pelukannya mana? Kalian itu pengantin baru loh, masa gak ada romantis-romantisnya sama sekali?"

“Apaan sih Rhe!" Pipi Qiana memerah. "Jangan aneh-aneh! Kak Zayn mana mau skin ship kayak gitu," lirih anak tunggal keluarga Wijaya itu sembari melirik suaminya. Padahal kalau dia yang ditanya, j
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ariesta Aprilia
Ya ampun kasian Qiana,please thor bikin zayn nyesel pas qiana pergi
goodnovel comment avatar
Adfazha
Zayn kau yg buat celah buat tuh mantan terindah jd diandra mkin semangat berulah smpe km bnr2 msk ke sarang rubah ehhh skin ship sm istri sah gk mau eh mlh gk nolak pelukan mantan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Pergi Atau Bertahan

    Jasmine langsung mendecak pelan dan menyandarkan dagunya di telapak tangan, menatap Qiana dengan pandangan menggemaskan sekaligus menyelidik.“Aku tebak ya…” katanya dengan nada menggoda. “Kalian emang lagi berantem! Dan kayaknya belum ada niat baikan juga, apalagi dari pihak kamu.”Qiana mendesah pelan, tapi tidak menyangkal. Ia hanya menunduk sebentar, mengaduk es kopi yang tinggal separuh.Clara ikut menyahut, nada suaranya pelan tapi penuh kepedulian. “Qia… kalian tuh udah nikah. Berantem itu wajar. Tapi kalau dibiarkan begini terus kalian malah makin jauh.”Qiana mengangkat wajah, senyumnya tipis. “Coba kamu ada di posisiku dulu, baru deh bisa menyimpulkan aku pantas enggak buat bersikap seperti ini."Clara bungkam seketika. Ia tau hal pahit apa yang sudah ia lalui sama Zayn. Jadi dia langsung tak berkutik.Jasmine mengangkat alis. “Tapi masa sejak hari itu suami kamu gak ada perubahan sama sekali. Jadi lebih peduli misalnya?"Qiana mencibir kecil. “Ada. Tapi aku gak peduli."“Qi

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Bagaimana Kondisi Qiana?

    Mentari baru naik, tapi rumah sudah kembali sunyi. Qiana sudah berangkat lebih dulu ke kampus untuk menghadiri rapat persiapan seminar kesehatan fakultasnya. Ia memang dosen muda yang dikenal cerdas, dan seminar itu adalah acara besar yang selama ini ia siapkan bersama timnya. Zayn, yang biasanya paling susah diajak datang ke kampus istrinya itu, pagi ini malah sudah rapi sejak pukul enam. Jas abu tua, kemeja putih, dan dasi biru muda melingkar sempurna di lehernya. Bahkan rambutnya ditata lebih rapi dari biasanya. “Zayn?” suara berat Pak Atmaja, direktur utama RS Bakti Nusa sekaligus ayah kandung Zayn, terdengar dari balik pintu ruang rapat internal pagi itu. Ia tampak sedikit heran melihat putranya yang berdiri paling depan saat briefing tim dokter. Zayn menoleh dan tersenyum kecil. “Pagi, Pa.” "Pagi." Pak Atmaja menyapa dengan nada yang lembut namun profesional. "Besok kamu jadi pergi ke acara seminar?" "Kalau yang Papa maksud ke Kampus Nusa Bangsa, iya. Aku akan ikut." "Papa

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Konpensasi

    “Tapi kalau pada akhirnya kamu emang benar-benar nyerah dan pengen pergi dari hubungan ini, aku cuma berharap kita bisa jadi teman baik. Gimana? Kamu setuju kan?" Qiana menggigit bibir bawahnya. Air matanya hampir jatuh, tapi cepat ia tahan. Perlahan ia mengangguk, meski dalam hatinya belum sepenuhnya yakin. "Tentu aja Rheana. Itu— udah pasti." Rheana mengusap punggung tangan Qiana lembut. “Kamu kuat kok, Kak. Aku tahu kamu bisa bikin Kak Zayn nyesel udah nyuekin kamu dulu. Seperti janjiku sebelumnya, aku akan selalu bantuin kamu." Qiana tersenyum kecil, untuk pertama kalinya setelah hari yang berat. “Terima kasih, Rhe. Makasih udah ngasih aku saran.” Rheana mengangguk. “Sama-sama, Kak. Dan jangan khawatir, aku bakal selalu ada di pihak kamu.” *** Malam itu udara terasa agak dingin, angin dari sela jendela berembus pelan membawa suara dedaunan yang berbisik samar. Rumah terasa sunyi saat Zayn membuka pintu, hanya terdengar bunyi dentingan kecil dari arah dapur. Begitu masuk, ia

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Sebuah Saran

    Zayn terdiam. Sorot mata Diandra yang bergetar menyiratkan banyak hal—terluka, kecewa, dan marah. Tapi lebih dari itu, Zayn melihat bayangan masa lalunya yang dulu sempat begitu lekat… dan kini harus benar-benar dilepas.Ia menarik napas panjang, mengusap wajahnya sejenak sebelum menatap Diandra kembali, lebih tenang.“Diandra, aku gak pernah niat buat permainkan kamu,” ucapnya pelan, tulus. “Kalau kemarin-kemarin aku terlihat perhatian, hangat, mungkin karena aku juga lagi goyah. Waktu itu, aku ngerasa rumah tangga aku gak akan ke mana-mana. Aku ngerasa gagal, dan saat kamu hadir lagi, merasa nyaman.”Diandra menahan napas. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya.Zayn melanjutkan. “Tapi itu salah. Semua itu salah, dan aku sadar. Terlambat, iya. Tapi tetap harus dihentikan sebelum jadi makin salah.”“Tapi kamu bilang kamu cinta padaku,” suara Diandra lirih, hampir seperti bisikan. “Kamu tatap aku dengan cara yang sama kayak dulu, Zayn. Aku yakin itu.”Zayn menggigit bibir bawahnya, menah

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Kamu mulai Menyukainya

    Siang itu, di salah satu sudut rooftop kantor yang biasa mereka jadikan tempat pelarian dari rutinitas kerja, dua cangkir kopi mengepul pelan di atas meja kecil berlapis aluminium. Angin membawa aroma kafein dan suara-suara samar dari lantai bawah. Zayn duduk menyandar santai, mengenakan kemeja putih yang bagian lengan digulung, sementara Gilang duduk di depannya, mengaduk kopinya dengan sendok kecil sambil sesekali menatap temannya itu dengan senyum menyelidik.“Kemarin, aku lihat kamu buru-buru pulang. Apa ada masalah?" tanya Gilang membuka obrolan, matanya menyipit curiga.Zayn mengangkat alis. “Qiana sakit. Jadi aku pulang cepat.”Gilang mengangkat satu alis, ekspresinya berubah dari penasaran jadi setengah terkejut. “Sakit? Sakit apa?”“Demam tinggi, nyeri perut. Kayaknya efek PMS, tapi lumayan buat panik soalnya di telfon dia kayak kesakitan banget."Gilang menyender ke kursi, lalu menyeruput kopi panasnya pelan. “Dia telfon kamu? Bukannya dia masih marah ya?"Zayn mendengkus. "

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Kak Zayn! Apa Yang Kamu Lakukan?!

    “Hyaaa! Kak Zayn, apa yang kamu—?!” Zayn sudah lebih dulu mengangkat tubuh Qiana ke dalam gendongannya. Membawa gadis itu bak tuan putri dengan mudah seolah tubuh gadis itu tak lebih berat dari tas kerjanya. Qiana sontak memukul-mukul punggung Zayn sambil memberontak. “Turunin! Turunin aku sekarang juga! Kamu gila ya?!” “Tenang, jangan banyak bergerak!” seru Zayn setengah kesal. “Kamu masih lemes. Kalau kamu pingsan atau jatuh, siapa yang susah?” “Gak usah sok peduli!” seru Qiana, meski cengkeramannya di bahu Zayn perlahan melemah karena tubuhnya memang masih tidak stabil. Zayn menghela napas berat, tapi ia tetap berjalan perlahan menuju kamar mandi yang jaraknya bahkan tak sampai tiga meter dari ranjang mereka. “Ini efisien,” gumamnya. “Kalau kamu jalan sendiri, bisa sejam cuma buat ke toilet. Ini paling lima menit, kamu udah bisa balik istirahat.” Qiana mendecak. Wajahnya memerah, entah karena marah atau malu. “Kamu tuh— seenaknya banget, Kak!” "Yah. Kamu tau itu kan?" Qian

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status