Share

Mengejar Cintamu Suamiku
Mengejar Cintamu Suamiku
Author: Nadaaulia

1 Tragedi

Semua sudah disiapkan. Waktu menuju pernikahan hanya tinggal menghitung jam. Miranda tersenyum sendiri menatap dirinya di kaca. "Sebentar lagi aku akan berganti status," Tak bisa di gambarkan betapa ia merasa sangat bahagia hari ini. Dia sudah membayangkan hari-hari indah yang akan ia lalui, saat nanti statusnya sudah menjadi seorang istri dari Wisnu. Kekasihnya yang sudah lama ia pacari, semenjak dia duduk di bangku SMA dulu.

Namun tiba-tiba ponselnya berdering, dan segera Miranda mengangkat panggilan tersebut

"Apa? Tidak!! Tidak mungkin ini terjadi. Jangan katakan itu lagi! Aku tak mau mendengarnya!! Tidak mungkin Wisnu meninggal begitu saja!! Dia sudah berjanji akan datang esok pagi di acara pernikahan kita!!" teriak Miranda kala itu, dan ia jatuh pingsan, saat pihak rumah sakit memberitahunya, kalau Wisnu calon suaminya, mengalami laka lantas dalam perjalanan menuju rumah Miranda.

Pukulan berat menghantam jiwa Miranda. Ia sempat tak sadarkan diri, saat mendengar kabar menyakitkan itu. Pikirannya berkecamuk, entah bagaimana nasibnya esok. Apa yang akan ia katakan pada orang orang, pada tamu undangan, pada saudara saudaranya, kalau mereka tahu, Miranda gagal menikah.

"Yang sabar sayang, ini semua sudah takdir. Mama harap kamu bisa menerimanya dengan ikhlas. Mama akan selalu ada untukmu!" Mama Sofi, mencoba menenangkan Miranda, yang masih saja menangis karena hal itu.

"Miranda tak sanggup menghadapi semua ini. Ini terlalu berat Ma, Miranda tak bisa melanjutkan hidup Miranda lagi. Aku mau pergi saja dari sini. Aku juga tak mau membuat Mama malu!" Miranda terus mengoceh, meluapkan semua kekecewaannya, karena gagalnya pernikahannya. Dan yang paling menyakitkan baginya adalah, kekasihnya harus meninggal, saat waktu pernikahan mereka tinggal beberapa jam saja.

Mama memeluk tubuh Miranda, mencoba menenangkan putrinya, sampai beberapa saat. Sampai akhirnya ia tertidur dan Mama menidurkannya di ranjang big miliknya. "Tidur yang nyenyak sayang, semoga esok kau akan lupa dengan semua kejadian ini dan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupmu," ujar Mama, sambil mencium kening Miranda.

Waktu berjalan dengan begitu cepat. Hari dimana Miranda tak mau melewatinya. Ia terbangun dengan kepala yang terasa sedikit pusing. Ia hampir lupa, kalau hari ini, adalah hari yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia dan berkesan dalam hidupnya. Namun, semua itu harus musnah dalam sekejap saja. Seketika, ia menjerit histeris saat kembali mengingat Wisnu, kekasih yang sangat di cintanya, yang kini sudah berada di alam yang berbeda.

"Sayang! sadarlah... jangan begini terus!" Mama memeluk Miranda erat. Dia merasa sangat terpukul melihat anaknya menjadi depresi seperti sekarang.

"Bagaimana kalau Miranda ikut Ibu saja. Biar Dia bisa melupakan semua kenangan pahitnya disini," Nenek Ida mencoba memberikan solusi kepada mama Sofi. Berharap cucu kesayangannya diizinkan untuk ikut bersamanya, agar bisa dengan cepat ia melupakan kenangan pahit tentang kegagalan pernikahannya.

"Apa Kau mau?" Mama mencoba bertanya pada Miranda. Dengan cepat, Miranda hanya menganggukan kepalanya. Tak ada lagi yang bisa membuatnya sedikit melupakan rasa kecewanya, selain dia harus pergi dari tempat ini dan menjauh untuk selamanya.

Nenek dan Mama tersenyum bahagia, saat Miranda mau diajak oleh Nek Ida. Setidaknya, ia akan sedikit melupakan kejadian menyakitkan itu.

Mama langsung menyiapkan segala kebutuhan yang akan Miranda bawa nanti.

" Semuanya sudah siap!" kata Mama memberi tahu. Tak perlu lagi pikir panjang, Miranda segera mengajak Nenek untuk pulang ke kampung Nenek. Di kota ini, ia seolah sudah tak punya lagi harga diri.

"Kita pamit dulu Ma!" kata Miranda, dengan berderai air mata. Begitupun sebaliknya, mama yang menangis seakan tak bisa berhenti, melepas kepergian anak kesayangannya. Hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari yang bahagia, justru sebaliknya. Miranda hanya menerima pil kekecewaan yang teramat sangat, saat harus tahu, kalau calon suaminya meninggal tepat di hari pernikahannya.

***

Miranda menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Tatapannya kosong menatap keluar. Seakan tak mengerti dengan apa yang ia pikirkan sendiri. Ia nampak seperti seseorang yang kehilangan akal sehatnya.

"Tuhan! Andai hari ini aku gagal menyecap manisnya pernikahan, apa suatu saat nanti, aku boleh bahagia dengan lelaki lain yang kau setujui? Aku hanya ingin seperti orang lain ya Rabbi," Miranda memejamkan matanya erat. Ada rasa sakit yang begitu menusuk saat ia tahu apa yang ia rindukan, kini tak bisa lagi ia temui.

"Sabar sayang! Besok Kau akan bertemu dengan jodoh mu yang asli. Kamu ini perempuan yang baik, nenek yakin kamu akan secepatnya mendapatkan jodoh yang baik pula," Nek Ida mencoba menenangkan Miranda, yang tak hentinya menangis.

"Aku tak apa-apa kok

Nek!" jawab Miranda parau.

Sungguh sampai saat ini, perih dihatinya tak bisa dengan mudah hilang begitu saja.

Nenek hanya tersenyum mendengar jawaban Miranda yang berbohong. Ia begitu tahu, kalau cucunya sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kalau kau mau menangis, menangis saja! Nenek tak apa kok! Daripada hatimu sesak, menangis bisa membuat beban dihati menjadi lebih ringan. Dan nenek siap menjadi pendengarmu. Andai kau mau bercerita," perkataan nenek membuat Miranda merasa senang, memiliki nenek sebaik Nek Ida.

Miranda memehamkan matanya, berharap hari ini bisa dengan cepat berlalu.

***

Sedangkan di sebuah rumah megah, yang sudah siap dengan akad yang akan di langsungkan oleh Barak, mendadak jadi heboh. Karena seorang wanita yang saat ini sedang berada didepan gedung, yang akan dilaksanakan akad pernikahannya dengan Barak, tiba-tiba pergi begitu saja. Alasan hanya ingin ke kamar mandi sebentar, tapi ia tak kunjung kembali, dan malah melarikan diri dari pernikahan mereka.

"Kemana calon istrinya, kok lama sekali? Katanya tadi hanya ke kamar mandi sebentar saja bukan?" tanya penghulu sambil terus menatap jam di tangannya. Mungkin 10 menit sudah ia dan para tamu menunggu pengantin perempuan yang tak kunjung kembali, padahal proses akad akan segera di laksanakan.

"Sebentar, biar Mama susul Clara dulu," jawab Mamanya Barak, segera menyusul Clara. Namun hal mengejutkan terjadi. Ternyata Clara tak ada dimana pun. Ia pergi, meninggalkan Barak tepat di hari pernikahan mereka.

"Tolong! Clara tak ada di kamar mandi, sepertinya dia melarikan diri!" teriak Mama Tita histeris. Sontak semua berdatangan, menyaksikan drama kegagalan pernikahan Barak pagi ini.

***

Waktu berjalan begitu cepat. Sudah satu bulan ini dari kejadian kegagalan pernikahan Barak.

Bayangan gelap itu tiba-tiba muncul kembali di benak pemuda bernama Barak. Dengan segera, ia menepisnya dan menahan sakit di dadanya.

Butuh waktu yang sangat lama, untuk melupakan kejadian pahit itu. Segala hal sudah ia lakukan. Tapi tetap saja, bayangan menyakitkan itu, selalu hadir begitu saja. Sampai-sampai terlalu sulit baginya untuk menerima kembali perempuan. Barak mengira jika semua perempuan adalah brengsek.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status