"Zeyna Arsyilla Savina." ucap Zeyna.
Miyuki tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban."Nama yang indah, pasti ayah kamu yang memberimu nama itu." ucap Miyuki.Zeyna menatap Miyuki, "bibi kenal dengan ayah ku?" Tanya Zey penasaran."Tentu saja, aku sangat mengenal ayahmu, dia sangat ceroboh dan juga suka lupa dengan barang barang miliknya." ucap Miyuki.Zeyna tersenyum, "bibi benar, Ayahku memang sedikit ceroboh dan suka pelupa." Zeyna mulai tertarik bicara dengan Miyuki."Zey, Miyuki adalah teman masa kecil bibi, sudah pasti sangat mengenal ayahmu, bahkan Miyuki suka jahil dengan ayahmu dulu." ucap Kyoyo."Benarkah? Zey jadi tertarik ingin tau." ucap Zeyna."Lain kali kamu main ke rumah bibi ya, bibi akan banyak cerita tentang ayahmu, dan pertemuan ayahmu dengan ibumu." ucap Miyuki sambil menyerahkan alamat rumahnya pada Zeyna.Tanpa Zey sadari, sedari tadi dia berbicara dengan Miyuki, Rin terus memperharikannya, dan terukir senyuman tipis di wajah tampannya.****Kini mereka telah sampai di depan rumah Kyoyo."Terima kasih Miyuki." ucap Kyoyo."Sama sama, oh ya, Zeyna, jangan lupa main ke tempat bibi ya, bibi akan meminta Rin menjemputmu nanti." ucap Miyuki."Tidak perlu bibi, Zey akan pergi sendiri." ucap Zeyna.Miyuki tersenyum "baiklah, bibi tunggu ketanganmu."Mobil Rin dan Miyuki mulai pergi dari halaman rumah Kyoyo.Kyoyo dan Zeyna masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk sholat magrib dan makan malam.Di perjalanan...."Ma, apa mama menyukai Zeyna?" Tanya Rin."Em...." Miyuki yang sibuk dengan handphonenya menatap ke arah putranya."Tentu saja, Zeyna sangat imut, mama sangat menyukainya." ucap Miyuki di sertai wajah gembira saat mengingat wajah Zeyna."Kalau begitu, apa mama setuju jika aku menyukai Zeyna?" Tanya Rin.Wajah gembira Miyuki seketika hilang saat mendengar ucapan putranya.Dia menatap Rin penuh keraguan, "mama tidak bisa menjamin Rin, jikapun kalian saling mencintai, itu tidak akan mudah." ucap Miyuki.Miyuki kembali teringat kisah Azam dan Azizah dulu."Dan Rin, mama berharap itu tidak terjadi, karna baik kamu atau Zeyna, pasti akan tersiksa." ucap Miyuki dengan seriusRin terheran saat mendengar nada bicara Miyuki yang berubah menjadi serius.Sangat jarang jika mama nya ini bicara dengan sangat serius, kecuali Rin melakukan kesalahan."Aku tidak paham apa yang mama bicarakan, memangnya kenapa?" Tanya Rin yang semakin pensaran."Rin, intinya, jika kamu berpikiran ingin bersama dengan Zeyna, mama tidak setuju." ucap Miyuki dengan tegas kepada putranya.Cukup dia melihat langsung kisah Azam dan Azizah yang begitu menyakitkan untuk bisa bersama.Dia tidak mau jika putranya dan Zeyna mengalami hal yang sama.*****Setelah sholat magrib dan makan malam, Zey kembali ke kamarnya untuk istirahat.Di kamar Zeyna....Zey mengambil buku catatannya dan menulis apa yang dia alami hari ini.Jendela kamar Zeyna masih terbuka, Angin sepoi sepoi malam yang sangat sejuk membuat suasana hati dan pikiran semakin tenang.Kelopak kelopak bunga flum yang berguguran terbang terbawa angin hingga masuk ke kamar Zeyna.Zeyna tersenyum dan menatap ke arah langit yang cerah, karena bintang bintang yang bersinar terang."Semoga besok lebih baik dari hari ini." gumam Zeyna.Waktu menandakan sholat isya shdah masuk waktuZey pergi ke kamar mandi untuk bersiap melakukan sholat isya.Setelah selesai.....Ddrrrtttt.....ddrrttt....Dering handphone Zeyna mengalihkan perhatiannyaDia melihat siapa yang menelponnya, dan tertulis nama abang kesayangannya"Assalamualaikum, Mas" ucap Zeyna[Reyhan]: "Waalaikumsalam Zey, bagaimana dengan hari kamu?" Tanya Reyhan"Alhamdulillah, Zey tadi bantu bantu bibi di toko bunga, dan besok Zey di ajak jalan jalan sama bibi, karna besok hari libur"[Reyhan]: "syukurlah kalau kamu senang....Percakapan mereka terus hingga sedikit larut****Pagi harinya....Zeyna mempersiapkan diri lebih awal, begitupun dengan Kyoyo yang sudah janji akan membawa Zeyna jalan jalan.Setelah sholat subuh, Zeyna membantu Kyoyo membuat sarapan dan juga bekal yang akan mereka bawa.Setelah selesai...."Zey, kamu bersiap saja ya, biar bibi yang menata makanan di meja.""Baik bibi."Zey kembali ke kamarnya untuk bersiap, sedangkan Kyoyo menyiapkan sarapan terlebih dahulu baru bersiap.Sekitar jam setengah delapan Zeyna sudah selesai, begitupun dengan Kyoyo.Kini mereka sarapan bersama di meja makan."Zey, kamu sarapan terlebih dahulu ya, bibi mau menyiapkan bekal untuk makan siang kita." ucap Kyoyo."Tapi bibi, kita sarapan saja dulu, nanti Zey bantu." ucap Zeyna."Zeyna, bibi menyuruhmu untuk sarapan, jadi lakukan apa yang bibi perintahkan. Oke." ucap Kyoyo di sertai senyumannya.Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban."Baik bibi."Zeyna tau jika dia terus bersihkeras untuk membantu, yang ada Kyoyo akan benar benar marah.Zeyna memakan makanan yang sudah di siapkan Kyoyo untuknya.Sedangkan Kyoyo sibuk dengan bekal yang akan di bawa mereka.Setelah selesai semua, bekal mereka sudah, mereka juga sudah sarapan, dan kini mereka tinggal berangkat saja.Kyoyo mengeluarkan mobil dari garasi rumahnyaMereka berdua menyusun berang barang yang akan di bawa."Zey, kita menunggu sebentar ya." ucap Kyoyo.Zey mengerutkan keningnya, "menunggu? Menunggu siapa Bibi?""Kita menunggu Ayumi dan Akio, sangat tidak seru jika kita hanya berdua.""Baiklah bibi."Tak lama kemudian...."Permisi...." suara pria dan wanita yang di tunggu akhirnya tiba.Akio dan Ayumi sudah tiba di depan rumah Kyoyo."Maaf Kyoyo-san, kami terlambat." ucap Akio yang sedikit membungkuk sebagai permintaan maaf begitupun dengan Ayumi."Tidak masalah, kami juga baru selesai membereskan barang barang, yakan, Zey?"Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban."Oh ya, Kyoyo-san, aku hanya bisa membawa bekal ini." ucap Ayumi."Tidak masalah Ayumi, aku sudah membuat makanan sedikit lebih, jadi tidak perlu khawatir." ucap Kyoyo.Akio dan Ayumi saling pandang dan tersenyum satu sama lain."Terima kasih Kyoyo-san." ucap keduanya.Kyoyo tersenyum dan menganggukkan kepala, "sama sama."Akio mengambil posisi kursi mengemudi, dan Kyoyo di sampingnya.Zeyna dan Ayumi duduk di kusi belakang."Kyoyo-san, kita akan pergi kemana terlebih dahulu?" Tanya Akio."Kita ke teman Shinjuku, menikmati pemandangan bunga." ucap Kyoyo."He~bukankah terlalu cepat ke sana? Lebih baik kita ke sana saat makan siang, Kyoyo-san dan Zeyna juga bisa sambil beribadah di sana." saran Ayumi."Kalau begitu kita kemana dulu?" Tanya Akio.Zeyna yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara"Em....boleh aku memberi saran?" Ucap Zeyna.Mereka menatap Zeyna dan tersenyum."Katakan, Zey." ucap Kyoyo."Em...bagaimana kalau kita ke taman tepi laut Hitachi, aku ingin melihat hamparan luas bunga Nemophilia biru, aku dengar bunga itu akan mekar di musim semi." ucap Zeyna.Mereka tersenyum, "ide bagus Zeyna-san, tempat itu memang sangat bagus. Mari kita ke sana." ucap Akio yang langsung menjalankan mobilnya ke tempat tujuan."ide bagus Zeyna-san, tempat itu memang sangat bagus. Mari kita ke sana." ucap Akio yang langsung menjalankan mobilnya ke tempat tujuan.Kini mereka pergi ke taman laut Hitachi, tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggal Zeyna.Membutuhkan kurang lebih satu jam setengah untuk sampai di lokasi.****Kediaman Kiyotaka.....Begitulah yang tertulis di depan pagar rumah kediaman Rin.Rin dan keluarganya baru saja selesai sarapan."Rin, hari ini kamu ada aktivitas?" Tanya Miyuki."Em..."Rin tampak memikirkan aktivitas yang akan di jalaninya hari ini."Pagi sampai siang ini tidak ada, hanya saja hari ini aku mau ke taman bunga, untuk mengambil beberapa foto, kalau untuk malam ini aku ada pentas musik." jelas Rin."Kau masih melakukan kegiatan mu yang lain?" Tanya seorang pria yang merupakan papa dari Rin."Em...aku hanya menyukainya, lagi pula tidak mengganggu pekerjaanku kan." ucap Rin dengan santainya."Huh....""Tidak masalah Ryu-san, selama Rin bisa mengatur jabwalnya, jadi tidak masala
"Em, senang bisa bertemu denganmu" ucap ZeynaAngin pantai menghembus begitu menyejukkanKelopak kelopak bunga beterbangan ke arah mereka berduaRin benar benar terpikat dengan kecantikan Zeyna, jantungnya berdebar saat melihat senyumannya"Benar benar cantik...." gumam Rin****Kini mereka duduk di dataran yang sedikit tinggi untuk menikmati hamparan lautan bunga yang sangat indahRin sibuk mengambil banyak gambar, bahkan dia memotret Zeyna diam diamEkspresi dan senyuman yang alami membuat hasil yang sangat bagusZey menatap jam tangannya dan waktu hampir menunjukkan waktu makan siang dan waktu ZuhurZeyna menghampiri Kyoyo yang duduk bersama dengan Ayumi dan Akio"Bibi, sebentar lagi makan siang..." ucap ZeynaKyoyo paham maksud Zeyna "baiklah, ayo kita ke teman Shinjuku, kita makan siang di sana saja" ajak KyoyoKetiganya mengangguk kan kepala sebagai jawabanRin yang melihat mereka mulai bersiap ingin pergi pun menghampirinya"Bibi, kalian sudah mau pergi?" Tanya Rin"Iya Rin, ka
Setelah usai makan siang, Zeyna belum kunjung kembali.Hal itu membuat Kyoyo dan yang lainnya merasa khawatir, terutama Rin."Bibi, aku susul Zeyna ya." ucap Rin yang benar benar tidak tenang."Iya, kamu dan Akio susul Zeyna. Bibi takut terjadi apa apa padanya." ucap Kyoyo.Kyoyo begitu terlihat khawatir dengan Zeyna.Tanpa berpikir panjang, Rin dan Akio pergi ke tempat ibadah umat muslim yang ada di dekat taman.****Sedangkan di tempat Zeyna....Zeyna berusaha menghindari dua orang yang sedang mengganggunya."Maaf, biarkan saya lewat. Saya buru buru." ucap Zeyna dengan tegas.Dua pria itu tertawa melihat Zeyna. Keadaan sekitar juga terlihat sepi."Nona manis, jangan melawan. Ikut saja dengan kami. Kami pasti akan membuatmu nyaman." ucap salah satu dari mereka.Mendengar hal itu membuat Zeyna sangat jijik dengan mereka.Tatapan mesum dan penampilan yang berantakan membuat Zeyna ingin sekali memukulnya."Saya tegaskan sekali lagi. Minggir! Saya buru buru, atau saya akan berteriak kare
"Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju."Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu."Apa sesulit itukah tembok yang harus ku lalui untuk mendapatkan hati, Zeyna?" Gumam Rin."Apa hanya karena beda kepercayaan, maka dari itu Zeyna menghindari ku? Bukankah banyak ya zaman sekarang yang menikah beda agama?" Rin terus bergumam memikirkan ucapan Zeyna padanya.Seorang pria merangkul pundak Rin saat dia sedang melamun.Hal itu membuatnya terkejut, dan hampir saja memukul Akio"Ini aku, kau ingin memukulku?" Ucap Akio yang menepis tangan Rin."Kau membuatku terkejut, untung saja kau langsung menepis tanganku. Jika tidak, aku tidak tanggung jawab jika kau terluka." ucap Rin."Aku sudah memanggilmu berkali kali, tapi kau tidak mendengarkanku." "Huh....sebaiknya kita kembali, takutnya bibi dan yang lain khawatir." ucap Rin yang langsung melangkah tanpa menunggu Akio.Akio menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rin.Tapi baru beberapa langkah, Akio baru ters
Zeyna dan Miyuki pergi ke acara panggung Rin dan ayahnya.Zeyna mengenakan pakaian yang baru saja dibelikan oleh Miyuki.Jujur dirinya merasa kurang nyaman dengan pakaian yang di belikan Miyuki.Bukan karena apapun, Zeyna menjadi pusat perhatian. Hal itu yang membuatnya tidak nyaman."Bibi, Zey ganti pakaian saja, ya. Zey merasa tidak nyaman." Ucap Zeyna yang merangkul lengan Miyuki."Em? Kenapa? Apa pakaiannya tidak enak dipakai?" "Bukan, Bibi. Tapi....Zey tidak nyaman menjadi pusat perhatian." Ucap Zeyna.Miyuki tersenyum dan mengusap tangan Zeyna yang di lengannya."Tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang berani macam macam denganmu, selama ada bibi." Ucap Miyuki.Miyuki mengajak Zeyna untuk masuk. Sepanjang perjalanan Zeyna menjadi pusat perhatian. Tatapan mereka membuat Zeyna tidak nyaman.Miyuki yang menyadari hal itu, langsung memberikan kode kepada dua orang bodyguard untuk membuat orang orang agar tidak menatap ke arah Zeyna dan Miyuki."Mama!..." Seorang pria memanggil M
"Baiklah. Bibi akan memikirkan dengan baik, apa yang bibi inginkan. Setelah acara selesai, bibi akan mengatakan apa yang bibi inginkan." Miyuki kembali ceria dan menggandeng tangan Zeyna untuk menuju aula panggung.Tanpa Zeyna sadari ekspresi Miyuki berubah.Jujur saja, Miyuki memikirkan hal lain saat Zeyna memberikan Rin sebuah gelang.Di pandangan Miyuki, dia melihat kalau putranya menaruh perasaan pada Zeyna, begitupun sebaliknya. Miyuki hanya takut jika perasaan keduanya tidak terwujud dan keduanya akan merasakan sakit yang luar biasa."Bibi berharap, semoga kamu dan Rin tidak memiliki rasa satu sama lain, Zeyna." Ucap Miyuki dalam hati.Miyuki dan Zeyna duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh pelaksana acara. Secara, Miyuki adalah salah satu tamu istimewa mereka.Acara berjalan dengan baik. Hingga ada kesempatan di mana seorang pianis terkenal akan memainkan sebuah lagu yang berjudul A Thousand Years.Seseorang muncul di tengah panggung dan memberikan salam untuk semuanya.Par
Malam Festival musim semi....Malam ini adalah Festival musim semi yang ke tiga.Dan kali ini Zeyna baru bisa m3nghadiri atau ikut serta.Kali ini, Zeyna bersama dengan Ayumi, Akio dan Rin."Zey, mau coba manisan?" tanya Ayumi.Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.Ayumi menarik Zeyna ke tempat kedai manisan.Akio dan Rin menunggu di kursi bawah pohon sambil menunggu Zeyna dan Ayumi selesai berbelanja.Hanya ada kesenyapan di antara mereka berdua. Rin sibuk dengan ponsel nya, sedangkan Akio menatap orang orang yang lewat dan mengawasi Zeyna dan Ayumi dari jauh."Hey, Rin." Panggil Akio.Rin mengalihkan perhatiannya dan menatap Akio."Menurutmu, apa aku dan Ayumi bisa bersama?" tanya Akio yang menatap ke arah Ayumi dari jauh.Rin mengikuti arah pandang Akio, "menurutmu, bagaimana? Apa Ayumi menolakmu? Atau malah sebaliknya?" "Emm...aku tidak yakin." "Huh....kau sendiri saja tidak yakin. Bagaimana denganku?" ketus Rin."Dan, kau. Bagaimana hubunganmu dengan Zeyna?
Zeyna menutup bukunya, "kamu menggodaku, Rin?" Zeyna tersenyum tipis dan menatap Rin.Saat tatapan mereka bertemu, Rin langsung memalingkan wajahnya. Tampak wajah Rin yang merona karena ulah Zeyna."Pfft...hahaha....." Zeyna tertawa bahagia melihat ekspresi Rin.Rasanya sangat lucu melihat Rin yang seperti ini.Rin sendiri melihat Zeyna yang tertawa lepas juga ikut bahagia."Maaf, Rin. Aku bercanda." Ucap Zeyna disertai kekehan lembutnya."Kamu__benar benar ya, Zey." "Maaf, Rin."Zeyna terlihat sangat bahagia, senyuman tidak luntur dari wajahnya, dan tawa lembutnya membuat orang di sekitarnya juga ikut bahagia.Bus yang mereka tunggu tiba....Terlihat ada dua kursi yang kosong."Zey, kamu duduk sini." Ucap Rin yang mempersilahkan Zeyna untuk duduk."Terima kasih. Tapi, bagaimana denganmu?" "Jangan khawatirkan aku. Aku akan menjaga dan menghormatimu. Jadi aku akan berdiri di sini saja." Ucap Rin.Mendengar hal itu, Zeyna tersenyum."Terima kasih, Rin." Ucap Zeyna dengan tulus.Jantung