Share

39

Penulis: Rifatul Mahmuda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-07 18:00:56

"Anda siapa? Kenapa masuk rumah orang sembarangan?" tanya Alia, dia hendak menutup pintu tapi Hakam sudah lebih dulu mendorong hingga terbuka lebar.

Alia menelan ludah dengan susah payah, terlebih saat Hakam benar-benar memasuki kamarnya dan menelisik habis dengan matanya. Alia menoleh pada sang kakek yang sama paniknya dengannya. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain berdo'a agar Hakam tak menemukan apa-apa di sana.

"Dimana anak dan istriku? Dimana kalian menyembunyikan mereka?" Hakam sudah keluar saat tak menemukan apa yang ia cari, ia menatap Alia dan Muis tajam.

"Mana buktinya jika saya menyembunyikan istri dan anakmu? Lagian nggak ada untungnya untuk saya, kan?" Muis mencoba menjawab dengan santai.

"Saya yakin jika tebakan saya benar! Malam itu Anda tidak mungkin tega menurunkan seorang perempuan yang membawa bayi sembarangan, maka dari itu saya yakin jika Anda membawanya kemari. Lebih baik kalian jujur saja, sebelum saya geledah seisi rumah ini!" tekan Hakam.

"Silahkan ji
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fa-oel Irawan
gheza bkn nya sodara suami hana koq cuek sm livia jgn smp hakam nemuin yazeed
goodnovel comment avatar
Diana Chaniago
up lagi dong thor, kasih pelajaran buat hakam dan keluarganya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 41

    Selesai makan malam, Livia menghabiskan waktu bersama Muis dan yang lain. Mereka bercengkrama sambil bercanda, tiba-tiba saja Alia membahas perkara kedatangan Hakam tadi siang. "Mbak, tadi siang ... suami mbak datang ke sini," ujar Alia ragu-ragu. Mendengar itu, Livia jelas terkejut. Bukan hanya dia, tapi juga Masitah. Napas Livia tercekat, tiba-tiba rasa cemas menyelusup dadanya. Bagaimana bisa Hakam tau keberadaannya? "Se–rius, Al? Terus gimana? Dia nggak nemuin Yazeed, kan?" cecar Livia panik, Alia lekas menggeleng. "Nggak, Mbak. Tapi maaf, tadi aku terpaksa sembunyiin Yazeed didalam lemari." Wajah Alia tertunduk, mata Livia dan Masitah membola mendengar pengakuan Alia. "Ya Allah, Neng! Yang benar saja? Terus Yazeed nggak apa, kan?" tanya Masitah panik, ia menatap suami dan cucunya bergantian. "Nggak apa, Mbah. Untungnya laki-laki itu nggak lama di sini," jawab Alia, dia masih saja merasa bersalah. Takut Livia tak suka dengan keputusannya. "Hhh ... Alhamdulillah kalau

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 40

    "Hey! Apa-apaan ini? Kenapa Anda balik lagi?" Alia berusaha mencegah Hakam yang hendak masuk ke rumahnya. Hakam mendorong kasar bahu Alia hingga membuat gadis itu terhuyung, ditengah ketegangan itu tiba-tiba tetangga samping rumah Muis keluar dengan membawa bayinya yang tengah menangis kencang. Hakam, Alia dan Muis menoleh serentak kearah perempuan yang tengah sibuk menenangkan anaknya. Wajah Hakam pias, dengan letupan amarah di dadanya Hakam berbalik dan berjalan cepat meninggalkan teras rumah Muis tanpa kata. Setelah laki-laki itu benar-benar menjauh, Alia dan Muis menghembuskan napas lega. "Al, dimana kamu sembunyikan Yazeed?" Pertanyaan Muis kembali mengundang panik di wajah sang cucu. Tanpa menjawab pertanyaan Muis, Alia berlari masuk dan langsung menuju kamarnya. Melihat gelagat sang cucu yang tampak panik, Muis bergegas menyusul. Wajah keriput pria itu terlihat tegang begitu mendengar tangis Yazeed. Sesampainya di kamar Alia, mata Muis terbelalak saat melihat bagaimana Al

  • Mengemis Maaf Istriku    39

    "Anda siapa? Kenapa masuk rumah orang sembarangan?" tanya Alia, dia hendak menutup pintu tapi Hakam sudah lebih dulu mendorong hingga terbuka lebar. Alia menelan ludah dengan susah payah, terlebih saat Hakam benar-benar memasuki kamarnya dan menelisik habis dengan matanya. Alia menoleh pada sang kakek yang sama paniknya dengannya. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain berdo'a agar Hakam tak menemukan apa-apa di sana. "Dimana anak dan istriku? Dimana kalian menyembunyikan mereka?" Hakam sudah keluar saat tak menemukan apa yang ia cari, ia menatap Alia dan Muis tajam. "Mana buktinya jika saya menyembunyikan istri dan anakmu? Lagian nggak ada untungnya untuk saya, kan?" Muis mencoba menjawab dengan santai. "Saya yakin jika tebakan saya benar! Malam itu Anda tidak mungkin tega menurunkan seorang perempuan yang membawa bayi sembarangan, maka dari itu saya yakin jika Anda membawanya kemari. Lebih baik kalian jujur saja, sebelum saya geledah seisi rumah ini!" tekan Hakam. "Silahkan ji

  • Mengemis Maaf Istriku    bab 38

    "Sebenarnya kita mau kemana, sih, Kam? Ngapain ke sini coba?" Dania tak berhenti menggerutu sejak Hakam memarkir mobilnya disebuah lapangan kecil yang kemudian meminta Dania turun."Mama bisa diem, nggak, sih? Ikut aja, nanti mama juga bakal tau sendiri." Jawaban Hakam semakin membuat Dania kesal, pasalnya tak sedikit pun sang anak menjawab rasa penasaran yang sejak tadi menggelayut di pikirannya."Ya, mana bisa diem kalau disuruh jalan sejauh ini? Tau gini mama nggak bakal ikut dari awal!" omel Dania. Hakam tak lagi menghiraukan sang mama yang tak berhenti mengoceh sejak tadi, laki-laki itu memilih semakin mempercepat langkahnya dan berhenti disebuah kedai kecil."Permisi, Bu. Rumah pak Muis yang bekerja sebagai tukang ojekl online itu dimana, ya?" tanya Hakam pada ibu-ibu yang tengah berkumpul di sana."Oh, rumah pak Muis? Masuk aja di gang depan, Mas. Rumahnya nggak jauh dari sana, nanti bisa tanyakan lagi sama orang di sana." Salah satu wanita itu menjawab sambil menunjuk gang ya

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 37

    Pagi itu, sekitar jam setengah 8 Livia dan Masitah sudah berkemas. Yazeed sudah tidur kembali setelah disusui oleh sang ibu. Hari itu Masitah akan membawa Livia bertemu majikannya, jika berkenan maka Livia yang akan bekerja di sana sebagai tukang cuci dan tukang gosok.Livia begitu semangat, dia bekerja untuk Yazeed. Livia tak ingin merepotkan Muis dan Masitah selalu, sedang untuk meminta pada Hakam dia tak mau."Pak, kita berangkat dulu, ya?" pamit Masitah pada Muis yang tengah duduk di bangku teras sambil menikmati suasana pagi."Iya. Kalian hati-hati, bilangin sama si Neng jangan ngebut bawa motornya." Muis menyambut uluran tangan Masitah.Tak lama Livia keluar, dia baru saja mengajarkan Alia untuk menyiapkan susu untuk Yazeed nanti. Perempuan itu juga mewanti-wanti agar Alia segera menghubungi jika Yazeed terlalu rewel."Mbak, nanti sampaikan salamku sama majikan tampanmu, ya?" bisik Alia terkikik. Ucapan gadis itu membuat Livia melayangkan cubitan gemas di pinggangnya."Nggak usa

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 36

    "Bapak?! Ya Allah ... bapak kenapa?" jerit Livia panik begitu melihat keadaan Muis yang cukup memprihatinkan.Pria itu tampak lemas dan pucat. Beruntung ada 2 temannya sesama pengemudi ojek online yang membawa pulang. Masitah dan Alia yang tengah menyantap makan malam pun terkejut begitu mendengar suara Livia. Keduanya sontak melompat dari tempat duduk dan meninggalkan nasi yang belum sepenuhnya habis. Masitah dan Alia berlari menyusul Livia diruang depan dan ikut terkejut saat melihat Muis yang tengah dipapah oleh kedua temannya."Ada apa ini? Bapak kenapa?" cecar Masitah mendekati suaminya yang sudah dibaringkan di ruang depan, Alia bergegas ke kamar dan kembali keluar dengan membawa bantal."Pak Muis tiba-tiba mengeluh pusing tadi, Mbok. Hampir saja beliau jatuh pingsan tadi, beruntung ada teman yang duduk didekatnya," terang salah satu teman yang mengantar Muis, usianya jauh sangat muda."Ya Allah, apa bapak sudah makan?" tanya Masitah yang langsung dijawab dengan gelengan kepala

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 35

    "Yank, kamu ... udah nggak marah lagi sama, Mas, kan?" tanya Karim duduk disamping istrinya yang tengah membaca sebuah novel.Hanum menjauh dengan menggeser sedikit tubuhnya, perempuan itu merasa risih setiap kali sang suami mendekat. Bayangan saat Karim mencumbu sang adik setiap kali ingin memadu kasih selalu saja melintas dibenak Hanum. Terlebih saat ia melihat Karim dan juga Keysha, maka perlahan kebencian dan dendam semakin membara di hati Hanum."Memangnya kamu pikir aku ini manusia tak punya rasa marah? Setelah apa yang kalian lakukan selama ini, masih sempat kamu menanyakan itu padaku?" sinis Hanum melirik suaminya tajam."Selama menikah, kamu adalah manusia paling sabar yang pernah mas temukan, Yank. Bahkan kamu nggak pernah mendiamkan mas lebih dari 1 jam, meski saat itu kamu sedang marah sekali pun. Tapi kenapa sekarang berbeda? Kemana istri mas yang dulu?" Dengan tak tau dirinya, Karim menuntut Hanum untuk tetap memperlakukannya sebaik mungkin setelah kebusukannya terbongka

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 34

    Livia sudah selesai mengerjakan semua pekerjaan rumah yang sekiranya bisa ia bantu. Kebetulan sekali Yazeed sangat anteng, jadi dia bisa mengerjakan semuanya dengan tenang.Tak lama, terdengar suara motor diluar, setelah itu Alia mengucap salam dan langsung masuk. Gadis itu tercengang melihat keadaan rumah yang sudah rapi dari sebelum ia mengantar sang nenek bekerja. Alia berjalan menuju kamarnya, hanya ada Yazeed yang tengah tertidur pulas. Dimana Livia? Batin gadis itu bertanya."Mbak? Ngapain dicuciin segala? Biar aku aja," cegah Alia begitu melihat Livia yang tengah sibuk menjemur pakaian dihalaman samping rumahnya."Nggak apa, Dek. Mbak nggak enak kalau cuma numpang tinggal. Minimal adalah nyumbang tenaga walau dikit," sahut Livia tanpa menoleh, dia terus melanjutkan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.Livia memang mencucikan pakaian kotor yang sudah Alia kumpulkan didalam keranjang yang ia taruh di dapur. Mungkin terkesan lancang, tapi dia berani saja karena memang kain itu

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 33

    Taksi online yang membawa Hanum berhenti didepan rumah mertuanya. Sebelum benar-benar turun, perempuan itu menghirup udara sepanjang mungkin. Dia berusaha menguatkan hati saat kembali bertemu dengan 2 pengkhianat yang sudah menghancurkan mental serta hatinya.Selesai membayar ongkosnya, Hanum turun dari sana. Ia melangkah berat menuju rumah yang selama 3 tahun lebih ini ditinggalinya. Ia pikir selamanya akan menjadi tempat pulang ternyamannya selain rumah orang tuanya, nyatanya ia salah. Rumah tangga yang selama ini ia pikir harmonis diuji lewat adiknya sendiri."Assalamu'alaikum ...." Hanum mengucap salam, tak ada sahutan seperti biasa.Perempuan itu menghembuskan napas, kemudian membuka pintu yang tak dikunci. Saat ia berjalan masuk, keadaan rumah tampak sepi. Perempuan itu mengerutkan kening, kemana orang-orang?Karena tak ada satu orang pun yang ia jumpai, Hanum memilih mengetuk pintu kamar yang Keysha tempati. Tak lama gadis yang sudah tak lagi gadis itu keluar, melihat penampila

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status