Share

Bab 42

last update Last Updated: 2025-05-12 15:07:38

Hari terus berlalu, tak terasa sudah hampir 1 bulan Livia bekerja di rumah Gheza. Selama itu pula mereka tak pernah bertegur sapa meski bersinggung bahu sekali pun. Gheza tampak cuek, seakan tak pernah kenal dengan Livia sebelumnya. Livia sendiri tak berani menyapa Gheza lebih dulu, apalagi saat melihat wajah datar laki-laki itu saat mereka tak sengaja bertemu.

Tapi hari itu, Livia merasa penasaran. Dia ingin menanyakan pada Gheza, apa laki-laki itu memberitahu Hana tentang keberadaannya? Livia sengaja menunggu Gheza di dapur, dan benar saja tak lama dari itu Gheza keluar dan memasuki dapur.

Saat melihat Livia di sana, dia melengos tak peduli dan berjalan menuju kulkas. Tak sedikit pun Gheza menoleh pada Livia yang berdiri tak jauh dari kulkas. Dengan santainya ia mengeluarkan botol minum dan meneguk isinya, setelah itu langsung berbalik. Namun, suara Livia yang memanggilnya menghentikan langkah kaki Gheza.

"Gheza, tunggu!" Laki-laki itu kembali berbalik dan menatap Livia datar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dyah Wiryastini
Rasain kena tipu
goodnovel comment avatar
S.T
otw kena tipu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 43

    "Mbah, Alia udah dapat kerjaan. Katanya besok udah bisa langsung masuk," kata Alia pada Masitah saat mereka sedang bercengkrama setelah makan malam. "Alhamdulillah kalau begitu, Neng. Memangnya kerja dimana?" tanya Masitah yang ikut senang mendengar kabar baik dari sang cucu. "Di kafe Bintang yang baru buka depan Pertamina, Mbah. Tapi ... kalo Alia kerja, nanti Yazeed gimana, ya? Kan, mbak Livia juga kerja? Apa mending nggak usah aja, Mbah?" Alia dilema, takut Yazeed tak ada yang menjaga jika dia ikut kerja. "Ya, terserah kamu atuh, Neng. Kalau memang kamu maunya bantuin mbakmu jaga Yazeed, yaudah nggak usah kerja. Bener, kan, Pak?" kata Masitah menoleh pada suaminya, Muis yang tengah mengajak Yazeed bercanda mengangguk sekilas. "Jangan, Dek! Kamu kerja aja, nanti Yazeed bisa mbak bawa kerja, kok!" Livia yang baru selesai mencuci piring langsung menyambar begitu mendengar ucapan Masitah. Dia tak ingin menghalangi niat Alia yang ingin mandiri. Dia tau, Alia mencari kerja buka

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 42

    Hari terus berlalu, tak terasa sudah hampir 1 bulan Livia bekerja di rumah Gheza. Selama itu pula mereka tak pernah bertegur sapa meski bersinggung bahu sekali pun. Gheza tampak cuek, seakan tak pernah kenal dengan Livia sebelumnya. Livia sendiri tak berani menyapa Gheza lebih dulu, apalagi saat melihat wajah datar laki-laki itu saat mereka tak sengaja bertemu. Tapi hari itu, Livia merasa penasaran. Dia ingin menanyakan pada Gheza, apa laki-laki itu memberitahu Hana tentang keberadaannya? Livia sengaja menunggu Gheza di dapur, dan benar saja tak lama dari itu Gheza keluar dan memasuki dapur. Saat melihat Livia di sana, dia melengos tak peduli dan berjalan menuju kulkas. Tak sedikit pun Gheza menoleh pada Livia yang berdiri tak jauh dari kulkas. Dengan santainya ia mengeluarkan botol minum dan meneguk isinya, setelah itu langsung berbalik. Namun, suara Livia yang memanggilnya menghentikan langkah kaki Gheza. "Gheza, tunggu!" Laki-laki itu kembali berbalik dan menatap Livia datar.

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 41

    Selesai makan malam, Livia menghabiskan waktu bersama Muis dan yang lain. Mereka bercengkrama sambil bercanda, tiba-tiba saja Alia membahas perkara kedatangan Hakam tadi siang. "Mbak, tadi siang ... suami mbak datang ke sini," ujar Alia ragu-ragu. Mendengar itu, Livia jelas terkejut. Bukan hanya dia, tapi juga Masitah. Napas Livia tercekat, tiba-tiba rasa cemas menyelusup dadanya. Bagaimana bisa Hakam tau keberadaannya? "Se–rius, Al? Terus gimana? Dia nggak nemuin Yazeed, kan?" cecar Livia panik, Alia lekas menggeleng. "Nggak, Mbak. Tapi maaf, tadi aku terpaksa sembunyiin Yazeed didalam lemari." Wajah Alia tertunduk, mata Livia dan Masitah membola mendengar pengakuan Alia. "Ya Allah, Neng! Yang benar saja? Terus Yazeed nggak apa, kan?" tanya Masitah panik, ia menatap suami dan cucunya bergantian. "Nggak apa, Mbah. Untungnya laki-laki itu nggak lama di sini," jawab Alia, dia masih saja merasa bersalah. Takut Livia tak suka dengan keputusannya. "Hhh ... Alhamdulillah kalau

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 40

    "Hey! Apa-apaan ini? Kenapa Anda balik lagi?" Alia berusaha mencegah Hakam yang hendak masuk ke rumahnya. Hakam mendorong kasar bahu Alia hingga membuat gadis itu terhuyung, ditengah ketegangan itu tiba-tiba tetangga samping rumah Muis keluar dengan membawa bayinya yang tengah menangis kencang. Hakam, Alia dan Muis menoleh serentak kearah perempuan yang tengah sibuk menenangkan anaknya. Wajah Hakam pias, dengan letupan amarah di dadanya Hakam berbalik dan berjalan cepat meninggalkan teras rumah Muis tanpa kata. Setelah laki-laki itu benar-benar menjauh, Alia dan Muis menghembuskan napas lega. "Al, dimana kamu sembunyikan Yazeed?" Pertanyaan Muis kembali mengundang panik di wajah sang cucu. Tanpa menjawab pertanyaan Muis, Alia berlari masuk dan langsung menuju kamarnya. Melihat gelagat sang cucu yang tampak panik, Muis bergegas menyusul. Wajah keriput pria itu terlihat tegang begitu mendengar tangis Yazeed. Sesampainya di kamar Alia, mata Muis terbelalak saat melihat bagaimana Al

  • Mengemis Maaf Istriku    39

    "Anda siapa? Kenapa masuk rumah orang sembarangan?" tanya Alia, dia hendak menutup pintu tapi Hakam sudah lebih dulu mendorong hingga terbuka lebar. Alia menelan ludah dengan susah payah, terlebih saat Hakam benar-benar memasuki kamarnya dan menelisik habis dengan matanya. Alia menoleh pada sang kakek yang sama paniknya dengannya. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain berdo'a agar Hakam tak menemukan apa-apa di sana. "Dimana anak dan istriku? Dimana kalian menyembunyikan mereka?" Hakam sudah keluar saat tak menemukan apa yang ia cari, ia menatap Alia dan Muis tajam. "Mana buktinya jika saya menyembunyikan istri dan anakmu? Lagian nggak ada untungnya untuk saya, kan?" Muis mencoba menjawab dengan santai. "Saya yakin jika tebakan saya benar! Malam itu Anda tidak mungkin tega menurunkan seorang perempuan yang membawa bayi sembarangan, maka dari itu saya yakin jika Anda membawanya kemari. Lebih baik kalian jujur saja, sebelum saya geledah seisi rumah ini!" tekan Hakam. "Silahkan ji

  • Mengemis Maaf Istriku    bab 38

    "Sebenarnya kita mau kemana, sih, Kam? Ngapain ke sini coba?" Dania tak berhenti menggerutu sejak Hakam memarkir mobilnya disebuah lapangan kecil yang kemudian meminta Dania turun."Mama bisa diem, nggak, sih? Ikut aja, nanti mama juga bakal tau sendiri." Jawaban Hakam semakin membuat Dania kesal, pasalnya tak sedikit pun sang anak menjawab rasa penasaran yang sejak tadi menggelayut di pikirannya."Ya, mana bisa diem kalau disuruh jalan sejauh ini? Tau gini mama nggak bakal ikut dari awal!" omel Dania. Hakam tak lagi menghiraukan sang mama yang tak berhenti mengoceh sejak tadi, laki-laki itu memilih semakin mempercepat langkahnya dan berhenti disebuah kedai kecil."Permisi, Bu. Rumah pak Muis yang bekerja sebagai tukang ojekl online itu dimana, ya?" tanya Hakam pada ibu-ibu yang tengah berkumpul di sana."Oh, rumah pak Muis? Masuk aja di gang depan, Mas. Rumahnya nggak jauh dari sana, nanti bisa tanyakan lagi sama orang di sana." Salah satu wanita itu menjawab sambil menunjuk gang ya

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 37

    Pagi itu, sekitar jam setengah 8 Livia dan Masitah sudah berkemas. Yazeed sudah tidur kembali setelah disusui oleh sang ibu. Hari itu Masitah akan membawa Livia bertemu majikannya, jika berkenan maka Livia yang akan bekerja di sana sebagai tukang cuci dan tukang gosok.Livia begitu semangat, dia bekerja untuk Yazeed. Livia tak ingin merepotkan Muis dan Masitah selalu, sedang untuk meminta pada Hakam dia tak mau."Pak, kita berangkat dulu, ya?" pamit Masitah pada Muis yang tengah duduk di bangku teras sambil menikmati suasana pagi."Iya. Kalian hati-hati, bilangin sama si Neng jangan ngebut bawa motornya." Muis menyambut uluran tangan Masitah.Tak lama Livia keluar, dia baru saja mengajarkan Alia untuk menyiapkan susu untuk Yazeed nanti. Perempuan itu juga mewanti-wanti agar Alia segera menghubungi jika Yazeed terlalu rewel."Mbak, nanti sampaikan salamku sama majikan tampanmu, ya?" bisik Alia terkikik. Ucapan gadis itu membuat Livia melayangkan cubitan gemas di pinggangnya."Nggak usa

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 36

    "Bapak?! Ya Allah ... bapak kenapa?" jerit Livia panik begitu melihat keadaan Muis yang cukup memprihatinkan.Pria itu tampak lemas dan pucat. Beruntung ada 2 temannya sesama pengemudi ojek online yang membawa pulang. Masitah dan Alia yang tengah menyantap makan malam pun terkejut begitu mendengar suara Livia. Keduanya sontak melompat dari tempat duduk dan meninggalkan nasi yang belum sepenuhnya habis. Masitah dan Alia berlari menyusul Livia diruang depan dan ikut terkejut saat melihat Muis yang tengah dipapah oleh kedua temannya."Ada apa ini? Bapak kenapa?" cecar Masitah mendekati suaminya yang sudah dibaringkan di ruang depan, Alia bergegas ke kamar dan kembali keluar dengan membawa bantal."Pak Muis tiba-tiba mengeluh pusing tadi, Mbok. Hampir saja beliau jatuh pingsan tadi, beruntung ada teman yang duduk didekatnya," terang salah satu teman yang mengantar Muis, usianya jauh sangat muda."Ya Allah, apa bapak sudah makan?" tanya Masitah yang langsung dijawab dengan gelengan kepala

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 35

    "Yank, kamu ... udah nggak marah lagi sama, Mas, kan?" tanya Karim duduk disamping istrinya yang tengah membaca sebuah novel.Hanum menjauh dengan menggeser sedikit tubuhnya, perempuan itu merasa risih setiap kali sang suami mendekat. Bayangan saat Karim mencumbu sang adik setiap kali ingin memadu kasih selalu saja melintas dibenak Hanum. Terlebih saat ia melihat Karim dan juga Keysha, maka perlahan kebencian dan dendam semakin membara di hati Hanum."Memangnya kamu pikir aku ini manusia tak punya rasa marah? Setelah apa yang kalian lakukan selama ini, masih sempat kamu menanyakan itu padaku?" sinis Hanum melirik suaminya tajam."Selama menikah, kamu adalah manusia paling sabar yang pernah mas temukan, Yank. Bahkan kamu nggak pernah mendiamkan mas lebih dari 1 jam, meski saat itu kamu sedang marah sekali pun. Tapi kenapa sekarang berbeda? Kemana istri mas yang dulu?" Dengan tak tau dirinya, Karim menuntut Hanum untuk tetap memperlakukannya sebaik mungkin setelah kebusukannya terbongka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status