Share

2. Tertangkap Basah

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-08-07 16:20:39

Happy Reading

*****

Suasana makan malam terasa begitu canggung setelah kejadian tak senonoh di dapur tadi.

Harsa bungkam bahkan sekedar untuk mengatakan jika masakan yang dibuat Ardha enak, lelaki itu tak mampu.

Ardha sendiri bersikap biasa saja. Seolah-olah tidak terjadi apa pun. Sampai Jenni mencicipi makanan buatannya. Bola mata bergerak dan menatap pembantu barunya dengan tatapan aneh.

"Dari mana kamu belajar memasak masakan ini?" Tatapan nyonya rumah begitu mengintimidasi.

"Saya belajar dari ibu saya di kampung." Ardha menjawab dengan menundukkan pandangan. Kedua tangannya menyatu di depan perut dan saling meremas.

"Menurutmu, bagaimana rasa rawon ini, Sayang?" Jenni kini beralih menanyai suaminya.

Diam sambil mengunyah makanannya, Harsa cukup familier dengan rasa masakan Ardha. Lelaki itu kembali memasukkan kuah rawon ke mulutnya.

"Apa kamu kenal seorang perempuan bernama Zika Catradananta?" Tatapan Harsa lurus menembus pertahanan Ardha.

Walau begitu menakutkan, nyatanya Ardha tidak gentar sama sekali.

"Siapa Zika Catradananta, Pak? Apakah mantan kekasih atau … selingkuhan, Bapak?"

"Ardha!" Bentak Jenni. Kelopak matanya melebar bahkan pupilnya nyaris keluar. "Mulutmu sungguh lancang. Belum ada sehari di rumah ini, kamu sudah membuat onar. Apa hakmu bertanya seperti itu pada suami saya?"

Santai, Ardha malah menaikkan garis bibirnya. Kelakuannya itu sudah seperti orang gila saja.

"Maaf, jika Ibu tersinggung. Biasanya, lelaki itu akan selalu menyebut-nyebut nama mantan terindahnya. Jadi ...."

"Jangan kamu teruskan kesimpulan yang tidak berdasar itu," sahut Harsa menghentikan perkataan Ardha selanjutnya.

Tuan rumah tersebut tampak marah, tetapi tidak berusaha menjelaskan apa pun. Dia berdiri, meninggalkan istrinya yang masih memasukkan makanan ke mulut.

"Kamu bisa istirahat. Biar saya yang membereskan semuanya ini," usir Jenni setelah mendengar ponselnya berdering.

Mengangguk sambil membungkukkan badan, Ardha berlalu meninggalkan majikannya.

***

Membuka seragam kerja yang diberikan Jenni, Ardha melihat tampilan dirinya di cermin.

Tubuhnya terlihat sangat seksi dengan beberapa bagian yang menonjol. Tidak pernah ada seorang lelaki yang menolak keindahan tubuhnya itu.

Sekarang, Ardha berjanji akan menggunakan keindahan tubuhnya itu untuk memikat majikan lelakinya.

“Aku harus bisa,” Ardha bergumam lirih.

Sekelebat ingatan masa lalu membuatnya mengepalkan tangan. Bagaimanapun, ia harus melakukan ini. Suka atau tidak suka. Ia tidak punya pilihan lain.

Ardha lantas menanggalkan pakaiannya, meninggalkan bra di bagian atas. Dan saat itulah seseorang sudah berdiri di belakang Ardha. Melingkarkan kedua tangannya di perut rata sang pembantu.

"Gimana kalau kamu melanjutkan apa yang aku minta tadi?" ucap Harsa sambil mengeratkan lingkaran tangannya di pinggang si pembantu.

Bukannya menolak pelukan sang majikan, Ardha malah mengelus pergelangan tangan Harsa.

"Gimana kalau Bu Jenni kembali memergoki kita?" ucapnya sedikit mendesah akibat rangsangan di bukit kembarnya oleh tangan Harsa.

"Kenapa harus takut? Jika dia memergoki kita, aku akan langsung mengajaknya untuk bergabung. Pasti akan jauh lebih mengasyikkan," bisik Harsa sambil menggigit cuping telinga si pembantu.

Sekuat tenaga, Ardha melepaskan lingkaran tangan sang majikan di perutnya. Lalu, berbalik sambil menatap tajam.

"Jangan gila, Pak. Saya bukan pelacur yang bisa Anda perlakukan seenaknya."

Harsa tertawa lebar saat mendengar penuturan Ardha. "Jika bukan pelacur, kamu tidak akan pernah menggodaku seperti sekarang. Tidak usah munafik, deh," cibirnya.

"Kapan saya menggoda Bapak? Bukannya, Bapak sendiri yang selalu ingin merayu saya?" Ardha membalik perkataan majikannya.

Suara tawa Harsa meledak. Raut mukanya bahkan terkesan meremehkan. "Apa istriku yang memintamu untuk merayu?"

Cepat, Ardha menggelengkan kepalanya. "Ibu nggak pernah menyuruh saya merayu Bapak."

"Benarkah?"

"Benar. Untuk apa saya bohong." Indera penglihatan Ardha menyipit. "Bapak itu aneh, mana ada seorang istri menyuruh perempuan lain menggoda suaminya."

Harsa mencebik. "Aku percaya ucapanmu. Istirahatlah," pintanya.

Kening Ardha makin berkerut. Semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran majikan lelakinya.

"Pak, tunggu," ucap sang pembantu baru. Dia bahkan dengan berani sudah memegang pergelangan sang majikan.

Alis Harsa terangkat, gerakannya itu seolah mengungkapkan apa yang tak bisa bibirnya keluarkan.

"Jadi, apakah Bapak nggak pengen melanjutkan adegan tadi?" Ardha dengan sengaja menempelkan tubuh bagian depannya yang begitu lunak tanpa tulang pada sang majikan.

Gairah yang sempat padam tadi, mulai naik kembali. Harsa menarik pinggang pembantunya, lalu menempelkan bibirnya, cukup singkat, tetapi membuat lelaki itu semakin penasaran dengan rasanya.

"Pak, Ibu memanggil…."

Ardha lalu mendorong tubuh majikannya hingga mereka berjarak, tidak seperti tadi yang menempel erat.

Suara Jenni terdengar telinga Harsa walau cukup lirih. Entah apa yang dibutuhkan perempuan tersebut. Padahal jelas-jelas tadi dia sudah meminta Ardha untuk beristirahat.

"Tenang, kamu keluar saja."

"Lalu, Bapak?" Pertanyaan Ardha membuat Harsa menarik garis bibirnya.

"Aku akan menunggu di ranjang ini," ucap Harsa. Lelaki itu sudah duduk di tepian ranjang sang pembantu.

Jantung Ardha rasanya ingin melompat keluar. Dia memang berniat menggoda majikan lelakinya, tetapi tidak berharap jika sampai menimbulkan kecurigaan dan kehilangan pekerjaannya saat ini.

"Cepat buka," kata Harsa sepelan mungkin. "Jangan sampai Jenni curiga."

Segera membuka pintu dan melongokkan kepalanya. Tatapan Ardha bertemu dengan Jenni.

Oleh karena bagian atas tubuh Ardha hanya terbungkus bra, sang pembantu menjadikannya alasan tidak membuka pintu kamar lebar-lebar.

"Kamu sudah tidur?" tanya Jenni dengan tatapan mata penuh selidik.

"Hampir tertidur, Bu," jawab Ardha bahkan dia sengaja menguap untuk memperkuat alasannya.

"Ibu ada perlu?"

"Iya, saya ada perlu sama kamu, sebentar saja. Temuin saya di ruang kerja."

"Apakah mendesak?" Kening Ardha berkerut.

"Iya, saya tunggu." Tanpa banyak kata lagi, Jenni meninggalkan sang pembantu.

Ardha segera menutup pintu kamar dan menatap sang majikan lelaki. "Bapak dengar tadi?" tanyanya.

"Turuti saja permintaannya. Lalu, kamu laporkan apa yang dia katakan," sahut Harsa.

Bibir sang pembantu mencebik. "Apa yang akan saya dapatkan ketika saya melaporkan semua yang Bu Jenni bicarakan nanti?"

Mendengkus, Harsa berdiri dan mendekati sang pembantu, lalu mencengkeram kuat dagunya "Berani kamu berbisnis denganku?"

Tanpa rasa takut sama sekali, Ardha menatap sang majikan tajam. "Kenapa saya nggak berani? Memangnya Bapak hantu?"

Tawa Harsa menggema. Lelaki itu makin tertantang dengan sikap pembantunya. Belum pernah dia menemui seorang pegawai yang bekerja di bawah naungannya seberani itu.

Ardha menepis tangan sang majikan dari wajahnya. "Jangan membuang-buang waktu, saya harus segera menemui Bu Jenni atau saya akan kehilangan pekerjaan nantinya."

Mulai memakai pakaiannya lagi, Ardha tak menggubris keberadaan Harsa yang masih terus menatapnya tajam.

Beberapa detik kemudian, saat si pembantu akan membuka pintu kamar.

Harsa dengan kuat mencekal pergelangan tangan Ardha. "Jika nanti Jenni memintamu untuk menggodaku, iyakan saja semua permintaannya. Aku akan memberikan uang yang lebih banyak jika kamu bisa menuruti apa yang aku minta tadi."

Menarik garis bibirnya ke atas, Ardha berkata, "Mana mungkin ada seorang istri yang sukarela menyerahkan suaminya pada orang lain. Bapak ada-ada saja."

"Turuti perkataanku tadi jika kamu masih ingin tetap bekerja di sini," ancam Harsa dengan wajah menakutkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menggoda Suami Majikanku   94. Chat Pengubah Fokus

    Happy Reading***"Yan, lepas," pinta Thalia terbata, tetapi sang pengacara malah mengetatkan tangannya. Sang asisten hampir kehabisan napas. Air matanya sudah mengajak sungai, isakan pun mulai terdengar. Yandra menatap sang kekasih, raut wajahnya berubah sedih dan perlahan tangannya mengendur."Maafkan aku, Honey. Aku nggak bermaksud menyakitimu." Kedua tangan sang pengacara menangkup pipi Thalia. Bergerak perlahan mengusap air mata yang berjatuhan. Lalu, lelaki itu menyatukan kening mereka. Ada banyak kesedihan di mata sang pengacara melihat kekasihnya kesakitan."Kamu gila, Yan. Kenapa ada pengacara yang memiliki sifat sepertimu," bentak Thalia sambil berusaha melepaskan diri. "Honey, jangan katakan itu. Aku cuma terlalu mencintaimu, aku sangat takut kamu pergi. Meninggalkan aku dengan sejuta harapan dan rencana masa depan kita," ucap sang pengacara begitu memilukan.Andai Thalia benar-benar jatuh cinta pada Yandra, mungkin kalimat yang dikeluarkan tadi sangat menyentuh hati sehi

  • Menggoda Suami Majikanku   93. Yandra Menggila

    Happy Reading*****Jenni diam, tetapi tatapannya berpindah-pindah antara Elang dan Harsa. Sepertinya, perempuan itu sedang mencari dukungan dari salah satu lelaki di hadapannya. "Apakah benar bukti yang kamu katakan itu adalah hasil tes DNA janinmu?" tanya Harsa mengulang pertanyaan Elang sebelumnya.Elang tersenyum. "Bagus jika kamu melakukannya. Jadi, nggak akan ada nama pria lain yang tercemar karena ulah pengacara itu," ucapnya. "Aku cuma belajar darimu, Lang," ucap Jenni. Tak ada lagi panggilan manja pada lelaki yang pernah berhubungan dekat dengannya. Elang mendengkus, lalu tertawa lirih. "Jadi, kamu sudah menduga jika hal-hal seperti ini akan terjadi?""Pastinya. Hubungan kami tidak terjalin dalam satu atau dua bulan dan kami sering melakukan hubungan intim. Yandra tidak pernah mau memakai pengaman saat kami melakukannya." Cukup lantang, Jenni membeberkan hubungan intimnya bersama Yandra tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun. Perempuan itu bahkan seolah mengabaikan kehadira

  • Menggoda Suami Majikanku   92. DNA

    Happy Reading*****"Mas Harsa?" kata Jenni terkejut. Tak menyangka Harsa masuk tanpa diketahui siapa pun.Elang tersenyum tipis. Jemarinya bergerak di dalam saku. Mematikan alat perekam yang dihidupkan tadi. Bukti itu sudah kuat. "Kenapa kamu merusak nama baik sahabat karibku?" bentak Harsa, tak terima ketika sang istri menyebut nama Yandra.Sebenarnya, sudah agak lama Harsa berdiri di depan pintu sambil menguping pembicaraan keduanya. Ingin juga mengetahui siapa ayah janin di rahim sang istri. Namun, pengakuan Jenni menjadi tamparan baginya. Harsa tak terima jika sahabat karibnya dijadikan kambing hitam oleh perempuan yang gemar berselingkuh itu. Jenni melirik Elang, berusaha mencari dukungan. Lelaki berkemeja hitam itupun menoleh ke arah Harsa. "Tenang, Sa. Nggak perlu kamu membela sahabat karibmu secara brutal. Kita ini cuma manusia biasa, tempat salah dan khilaf. Mungkin, Yandra saat ini sedang khilaf. Jadi, dia nggak peduli jika Jenni adalah istrimu sehingga menyebabkan masal

  • Menggoda Suami Majikanku   91. Yandra

    Happy Reading*****Ardha dan Thalia memukul keras lengan Elang. Lalu, ketiganya pun tertawa."Apa pun yang kamu lakukan, aku percaya semua akan berakhir baik," kata Thalia. "Pokoknya, Mas Awan nggak boleh membahayakan diri sendiri demi mendapat kebenaran dari Jenni," tambah Ardha. Masih ada sisa-sisa kekhawatiran pada perempuan yang telah melahirkan Zanitha itu. "Tenang saja, Dek. Nggak usah khawatir berlebihan sama Mas," sahut Elang. Mengusap lembut kepala perempuan yang sangat disayanginya itu. "Ya, sudah. Adek percaya sama rencana, Mas Awan." Ardha berusaha menenangkan hatinya bahwa Elang pasti bisa mengatasi semua permasalahan tersebut dan mendapat bukti kuat tentang Yandra dan Jenni. "Jadi, setelah kita mendapatkan bukti-bukti kuat itu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Elang pada dua perempuan di depannya. "Menurutmu, Mas?" tanya Ardha membalik pertanyaan Elang. "Kamu ini sengaja ngetes kita apa gimana, sih, Lang?" sindir Thalia, "jelas-jelas kalau kita dapa

  • Menggoda Suami Majikanku   90. Gempar

    Happy Reading*****Seketika, Ardha menoleh pada si mas. Matanya membulat dan hampir saja dia tersedak karena mendengar pertanyaan Elang. "Mas, kenapa ngambil kesimpulan seperti itu?" tanya Ardha. "Mas cuma menyimpulkan apa yang sudah didengar dari rekaman ini." Elang menunjukkan benda berbentuk bulat lonjong di tangannya. "Coba saja dengarkan, kamu pasti akan mengambil kesimpulan sama seperti yang Mas katakan sekarang."Ardha mengambil benda mungil di tangan Elang, mulai menyetel alat perekam tersebut dan mendengarkan dengan saksama. Ardha tak henti-hentinya membekap mulutnya sendiri dengan tangan ketika suara bentakan yang bernada ancaman keluar dari bibir sang pengacara. Sesekali menatap Thalia dan Elang, bergantian. Ardha benar-benar tak percaya jika ternyata Yandra jauh lebih jahat dari perkiraannya. Setelah semua rekaman sudah didengarkan, wajah perempuan itu memucat. "Mas, bagaimana bisa Yandra mengkhianati sahabat karibnya sendiri?" ucap Ardha. "Sekarang, Adek pasti berke

  • Menggoda Suami Majikanku   89. Terungkap

    Happy Reading***Ardha menatap Elang disertai gelengan kepala, tanda jika lelaki itu tidak boleh meneruskan perkataan kasarnya tadi. "Li, katakan dengan jelas. Ada apa sebenarnya? Kamu nggak perlu sampai takut seperti ini." Ardha menggeser posisi duduknya lebih dekat pada sang sahabat. Penepuk-nepuk punggung Thalia lembut, menenangkan. "Ar, kamu nggak akan pernah percaya jika aku mengatakan semuanya," ucap Thalia. Detik berikutnya, dia menatap si bos. "Lang, aku nggak mau lagi dekat-dekat sama Yandra. Dia lelaki yang cukup menakutkan," keluhnya.Kening Elang berkerut, kedua alisnya hampir menyatu mendengar perkataan sang asisten. "Lia, aku mengenalmu sudah bertahun-tahun dan baru kali ini, kamu ketakutan.""Lang, Yandra ...." Ucapan Thalia terhenti karena ada yang mengetuk pintu ruangan tersebut. "Masuk," pinta Ardha. Seorang lelaki masuk dengan membawa tas plastik berisi susunan kotak makan beserta beberapa gelas jus kemasan. "Pak, ini makanan yang dipesan Bu Ardha kita kurirny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status