Share

Kontrak

Pintu rumah terbuka lebar.  Menampilkan sosok pria yang duduk di sofa, terlihat tidak asing untuk Selena. Ia tampak sedang menunggu Selena. Matanya lurus menatap kedatangan gadis tersebut. Dan seorang wanita yang berdiri di sampingnya.

Pria berjas yang ada di depannya berhenti. Naomi ikut berhenti. Lalu pria berjas di depannya dan yang ada di belakang menepi, berdiri di belakang pria yang duduk di sofa.

Keheningan terjadi. Selena masih mencoba mengingat siapa pria yang ada dihadapannya. Sementara pria tersebut mengamati Selena. Ia sadar gadis itu tidak mengingatnya, ia bisa melihat eksprasi awal Selena ketika melihatnya.

Gadis itu bukannya terkejut, malah mengerutkan kening seperti berpikir.

"Anda?!" seru Selena mengingat pelanggan barnya kemarin.

"Raka."

Selena terdiam. Benar, namanya Raka. Ia ingat ketika pria yang memanggilnya kemarin menyebut nama Raka.

"Maaf. Em ... Saya kenapa dibawa ke sini?"

"Duduklah."

Raka meminta Selena duduk. Selena pun duduk di sofa yang ada di sebelah Raka. Ia meletakkan paper bagnya di lantai.

Wanita di samping Raka, yang memakai dress ketat pendek seperti Jane ketika di bar, meletakkan map di meja, tepat depan Selena. Selena nengeryitkan kening. Apalagi yang ada dihadapannya?

"Ini apa?"

Selena menatap wanita tersebut.

"Kontrak," jawab Raka singkat.

"Ha? Kontrak? Kontrak apa?"

"Jadi istri saya."

"Apa?!"

Selena terkejut bukan main saat Raka memintanya menjadi istri.

"Naomi."

"Akan saya jelaskan," ucap wanita yang masih berdiri di samping Raka.

"Silakan buka map tersebut dan baca isinya."

Selena menurut. Ia membuka map tersebut dan membaca isi kontrak yang dimaksud.

"Kontrak itu adalah kontrak pernikahan antara Anda dengan Tuan Raka, Nona Selena."

Selena menelan ludahnya pelan.

"Kontrak tersebut menjelaskan bahwa Nona bersedia menjadi istri Tuan Raka dan akan mempertahankannya. Jika Nona tidak mempertahankan posisi Nona sebagai istri, Tuan Raka akan menceraikan Nona sewaktu-waktu yang ia mau."

Menceraikan semaunya? Apa yang sedang Selena hadapi?

"Sesuai dengan kontrak, Jika Nona bersedia menjadi istri Tuan. Nona akan mendapatkan fasilitas yang disediakan Tuan. Seperti rumah, mobil, biaya hidup tahunan, bulanan, bahkan harian, serta fasilitas lainya. Dan saham perusahaan sepuluh persen."

Selena terdiam. Ia berusaha menyadarkan diri, jika tidak ia sudah ngiler dengan fasilitas yang akan ia dapatkan.

"Bagaimana, Nona Selena?" tanya Naomi selesai menjelaskan. "Apakah ada yang belum Anda pahami?"

Selena menggeleng. Ia sudah paham. Ia sering mendengar nikah kontrak yang sering terjadi di Jakarta. Ia tidak menyangka jila ia akan mendapat tawaran ini.

"Elena," panggil Raka.

Selena menoleh karena tiba-tiba namanya berubah.

"Jadi, jika saya ingin nenpertahankan fasilitas tersebut, saya harus menjadi istri sah Anda?"

"Benar."

"Apa maksudnya mempertahankan?"

"Ada banyak wanita yang nenginginkan posisi sebagai istri Tuan. Jika Nona tidak ingin kehilangan fasilitas, maka Anda harus mempertahankan posisi sebagai istri. Anda paham maksud penjelasan saya ini, bukan?" 

Naomi tersenyum pada Selena.

Selena terdiam. Ia bingung. Fasilitas yang diberikan sungguh membuatnya tak bisa berpikir, tapi apa harus ia menikah kontrak, dengan laki-laki yang baru ia kenal? Hanya untuk merasakan fasilitas mewah?

Selena mengingat biaya hidupnya mendatang. Ia sudah punya uang empat belas juta lebih. Masih butuh enam juta untuk bisa nenyelesaikan administrasi. Ia tidak mungkin terus-terusan kerja di bar.

Biaya selanjutnya masih ada lagi. Proposal, skripsi, wisuda. Semuanya butuh uang yang tidak sedikit. 

"Nona Selena. Anda hanya punya waktu malam ini. Silakan Nona pertimbangkan secepat mungkin."

Selena langsung menandatangi kontrak tersebut, tanpa berpikir lebih panjang lagi. Ia tidak ingin berusan dengan bar. Yang terpenting saat ini ia lulus kuliah. 

Raka tersenyum. Meski hubungannya sengan Selena terikat kontrak, itu tidak masalah baginya. 

***

Selena mengamati ruang kamar yang sedang ditempatinya. Benar-benar mewah bagi Selena, meski Naomi mengatakan ruangan ini ruang kamar untuk tamu. 

Selena duduk di ujung double bed. Dini hari ini ia akan menginap di sini. Sebelum nanti diantar pulang ke kosnya untuk mengambil barang-barangnya. Kata Naomi, mulai hari ini ia akan mempersiapkan pernikahannya. Jadi, mulai hari ini pula, Naomi akan tinggal di rumah Raka.

"Hahhh ...."

Naomi menjatuhkan punggungnya ke bed. Bed yang terasa empuk membuat tubuhnya lebih relaks. Hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia jadi membayangkan bagaimana fasilitas yang akan diberikan Raka.

Baru saja membayangkan, Selena langsung menggeleng. Menepis bayangan tersebut.

"Kok aku kayak jual diri, ya?"

Selena kembali bimbang.

"Nikah, terus dapat semua fasilitas yang Raka kasih."

***

"Pak, stop di depan gang aja, ya."

"Baik, Nona."

Naomi yang duduk di sebalah sopir melihat kaca tengah.

"Kenapa? Saya rasa mobil ini cukup sampai di depan kos kamu."

"Em ... Bukan itu."

Selena memilin bajunya.

"Aku nggak mau nanti jadi pusat perhatian. Orang-orang pasti bakal ngomongin aku, kalau tahu turun dari mobil."

Naomi terkekeh mendengar alasan Selena. Seperti inikah gadis yang disukai bosnya itu? Polos? Bukankah gadis polos akan membuatnya ribet?

"Kamu harus terbiasa menjadi pusat perhatian, Selena."

"Hm?"

"Karena kehidupan Tuan Raka adlah pusat perhatian."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status