Share

46. Gaunmu Berbahaya

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-09-02 23:47:16
Sisa hari itu di kantor ternyata bisa Calla lewati dengan baik.

Meskipun perasaan Calla masih berantakan, namun setidaknya Dylan tak lagi menampakkan tingkah yang aneh-aneh.

Tak ada tatapan menusuk, tak ada pertanyaan mendesak, apalagi sikap yang membuat dadanya berdebar-debar tak karuan.

Sebaliknya, pria itu justru kembali menjadi sosok dingin yang penuh jarak.

Hanya bicara dengan Calla di seputar pekerjaan, memberikan instruksi, membahas dokumen, lalu kembali larut dalam pekerjaannya sendiri.

Sikap Dylan sekarang lebih mirip pada dirinya yang dulu, saat Calla pertama kali kembali ke Luxterra setelah lama pergi.

Jauh, acuh, dan rasional.

Tapi Calla harusnya merasa lega. Bukankah ini yang ia inginkan?

Bukankah ini yang membuat segalanya menjadi lebih mudah, agar tidak ada lagi percikan-percikan berbahaya di antara mereka?

Ya. Dan Calla pun akhirnya bisa benar-benar mengubur perasaan yang semakin hari semakin berkembang kepada Dylan.

Suara ketukan di pintu tiba-ti
Black Aurora

dikit dulu ya, belum sempat nulis lagi karena repot sm bocah yg mau kemping 🫶

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    66. Rahasia

    Langkah Dylan terhenti. Mata kelabunya menajam, rahangnya mengeras. “Kritis?” “Ya, Tuan. Padahal laporan terakhir menyebutkan kondisi kesehatan beliau stabil.” Seketika, dada Dylan mengeras oleh rasa tak tenang. Ia mengumpat dalam hati. Sial. Ini terlalu mendadak. Samuel Wren adalah salah satu kunci penting yang bisa membawanya pada dalang kebocoran informasi keuangan perusahaan. Dylan menarik napas dalam, mencoba menahan amarah yang bergolak. Damned. Seharusnya ia menjenguk Samuel lebih cepat. Seharusnya ia tidak menunda. “Cek semua rekaman CCTV di ruang rawat Samuel,” ujarnya datar tanpa menoleh, namun nadanya sarat perintah. Anderson yang berdiri beberapa langkah di belakangnya mengangguk cepat. “Baik, Tuan. Anda ingin laporan lengkap siapa saja yang keluar masuk sejak hari pertama?” “Tidak,” Dylan berbalik, menatap tajam ajudannya. “Aku ingin yang lebih spesifik. Saring orang-orang yang masuk tanpa alasan jelas. Mereka yang tidak memiliki kepentingan medis atau

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    65. Dirty Talk

    Dylan menggendong tubuh Calla yang lemas keluar dari kamar mandi. Aroma sabun masih melekat di kulit lembut gadis itu bercampur samar dengan keharuman khas tubuhnya, yang membuat Dylan sulit untuk berpaling. Calla masih setengah sadar. Kelopak matanya terasa berat, namun ia tetap menggeliat kecil di dalam dekapan Dylan. Dengan langkah-langkah yang tenang, Dylan menurunkan Calla dengan perlahan di atas ranjang besar yang lembut. Seprai putih bergelombang menyambut tubuh mungil Calla, kontras dengan rambut panjangnya yang merah dan masih basah menempel di kulit pucatnya. Dylan mengambil handuk tipis, mengeringkan helai demi helai rambutnya dengan penuh kesabaran. Lalu ia memutuskan untuk mengambil hair dryer dari meja samping, kemudian duduk di tepi ranjang. Dengan gerakan hati-hati, ia mulai menyalakan mesinnya untuk mengeringkan rambut Calla. Saat angin yang hangat menyapu wajah gadis itu, Calla pun mendesah pelan dalam rasa nyaman. Antara sadar dan tidak, gadis

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    64. Diary (21+)

    Tubuh Calla masih terasa lemas ketika ia berbaring di dada Dylan. Nafasnya mulai teratur, meski jantungnya tetap berdegup cepat. Lengan kokoh Dylan melingkari tubuhnya, menahan agar gadis itu tetap berada di sisinya seolah tak ingin Calla pergi ke mana pun. Keheningan melingkupi kamar pribadi itu, hanya terdengar dengung halus pendingin ruangan dan detak jantung Dylan yang menggetarkan telinga Calla. Ia menggeliat pelan, lalu mendongakkan wajah. “Dylan…” suaranya lirih, ragu sejenak sebelum akhirnya bertanya, “Bagaimana… kamu bisa tahu kalau aku masih perawan sebelumnya?” Dylan tidak langsung menjawab. Ia menatap langit-langit seakan berpikir, lalu menurunkan pandangannya pada gadis di pelukannya. Senyum tipis terukir di bibirnya, samar dan sulit ditebak. “Awalnya aku hanya menebak,” jawabnya tenang. Jari-jarinya mengusap lembut rambut Calla. “Meskipun aku juga tahu, kalau dulu kamu pernah berharap jika momen pertama itu adalah bersamaku.” Mata Calla membesar. Pengakuan Dy

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    63. Lelaki Pertama

    Calla terbuai dengan suara serak sarat gairah milik Dylan yang mengguman dengan seksi di telinganya. Uh, Dylan sungguh-sungguh membuatnya tak berkutik, dan hanya bisa pasrah seraya berusaha mengimbangi ciumannya yang ganas dan membabi-buta seperti orang yang kelaparan. Mata biru Calla yang semula terpejam kini akhirnya membuka sayu, saat Dylan mulai bergerak dengan ayunan langkah pasti, bersama diri Calla yang masih menempel seperti koala di tubuhnya. Kemana Dylan akan membawanya? Calla hanya bisa melirik saat Dylan membuka sebuah pintu yang semula ia kira hanya hiasan panel di dinding. Ah, ternyata ini adalah ruang pribadi Dylan yang tersembunyi. Begitu masuk, nuansanya langsung terasa berbeda, hangat dan elegan. Dinding panel kayu gelap berpadu dengan cahaya lampu yang lembut, memberi kesan eksklusif. Ada sofa kulit putih besar dengan meja kaca rendah, rak bar mini berisi whiskey dan wine langka, serta jendela lebar yang menampilkan panorama kota. Di balik partisi ka

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    62. Kamu Menyebalkan

    Suasana kerja di Luxterra dipenuhi kesibukan sama seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini adalah jadwal rapat mingguan, yang dihadirioleh CEO beserta seluruh perwakilan masing-masing divisi, begitu halnya juga dengan Calla. Luka di kepalanya sudah jauh lebih membaik, jadi tidak ada alasan baginya untuk tidak bekerja. Hanya saja, Calla merasa bahwa kini seolah ada ruang tak kasat mata antara dirinya dan Dylan. Meski mereka berada di ruangan yang sama, tapi kehadiran Dylan terasa jauh. Calla duduk di antara para manajer, sedangkan Dylan berada di ujung meja rapat yang panjang. Wajah tampan pria itu kembali dingin dan menjaga jarak seperti dulu, seolah keintiman mereka kemarin hanyalah ilusi bagi Calla. "Huuftt..." tanpa sadar, Calla mendesah pelan seraya mengetik cepat beberapa instruksi sang CEO di laptopnya. 'Kesampingkan dulu urusan pribadimu, Calla! Ayo fokus bekerja!' rutuknya pada diri sendiri. Ia mencoba fokus pada laporan keuangan dan presentasi yang disajikan.

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    61. Konfrontasi

    Ruang kerja Dylan yang biasanya dingin kini berubah menjadi panggung yang dipenuhi ketegangan. Udara terasa berat, dan tatapan saling menantang antara Dylan Asher dan Knox Bennet membuat suasana seperti bom waktu yang siap meledak. Knox berdiri tegak di ambang pintu dengan rahang mengeras serta kedua tangan mengepal kuat. Sedangkan Calla yang masih berada di pangkuan Dylan sontak menegakkan tubuhnya, terlihat panik sekaligus canggung. “Lepaskan dia, Dylan!” seru Knox dengan suara serak menahan amarah. Alih-alih menurut, Dylan justru semakin mempererat lengannya di pinggang Calla, menahan gadis itu agar tetap berada di tempatnya. Ia lalu menyandarkan tubuhnya dengan santai di kursi, dan tatapan dinginnya yang menelusuri wajah Knox tanpa gentar. “Lucu sekali. Kamu datang ke rumahku, menuntutku, dan mengira aku akan melepaskannya hanya karena kamu mengatakannya begitu?” Dylan menyeringai dingin. “Sangat terburu-buru dan penuh emosi.” “Dia tidak butuh dikontrol olehmu!” S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status