Share

Bab 2

Author: Eyalani
Bahu Luna yang telanjang penuh dengan bekas lebam ungu kebiruan. Begitu melihatku, dia pura-pura malu dan menundukkan kepala.

“Kak Rani, kamu nggak marah soal tadi malam, ‘kan? Kak Calvin juga terpaksa, ini semua demi menyelamatkanku. Salahkan aku saja, aku yang nggak berguna sampai kena jebakan racun orang.”

“Jangan dimasukkan ke hati. Kalau gara-gara aku malah menghambat rencana pernikahan kalian, aku benar-benar merasa bersalah.”

Sambil bicara, matanya tampak berkaca-kaca, seolah-olah sangat tersiksa.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki. Wajah Calvin langsung berubah muram dan langsung memarahiku.

“Semalam aku juga sudah bertanya padamu, ‘kan Rani? Kamu sendiri bilang nggak keberatan. Sekarang malah menakut-nakutin Luna sampai nangis, apa maksudmu?”

Aku benar-benar merasa konyol.

“Dia sendiri yang bicara panjang lebar dan menangis. Apa hubungannya denganku?”

Mendengar jawabanku, kerutan alis Calvin semakin dalam.

“Kalau begitu, kenapa Luna menangis? Aku sudah setuju menikahimu, masih kurang apa lagi?!”

Padahal aku sudah mengalah, kenapa dua orang ini tetap tak membiarkanku pergi?

Memikirkan itu, aku langsung menatap Calvin.

“Kalau kamu merasa sangat dipersulit, lebih baik batalkan saja pertunangan kita.”

Seketika, Calvin langsung membeku di tempat.

“Batalkan pertunangan?”

Sorot matanya langsung menjadi dingin dan tajam.

“Rani, kok kamu lebay sekali? Luna itu diracuni semalam! Kalau bukan aku yang menolongnya semalam, entah apa yang bakal terjadi.”

“Kau malah mau batalkan pertunangan kita hanya gara-gara masalah sepele begini? Kamu pikir menikah itu main-main?!”

Sebenarnya, aku juga tak pernah berpikiran seperti itu.

Tapi Calvin sendiri yang lebih dulu menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.

Aku malas berdebat, jadi dengan datar berkata,

“Aku baru sadar kalau kita nggak cocok, Calvin.”

“Nggak cocok?”

Tatapan matanya tampak gelap, lalu dengan cepat berubah menjadi marah.

“Jangan lupa, Rani. Kamu duluan yang bilang suka samaku.”

Iya benar, aku yang jatuh cinta lebih dulu.

Waktu itu, aku baru pulang ke negara ini setelah lulus kuliah di luar negeri. Di acara penyambutan itu, aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Calvin.

Aku cari tahu semua tentang dia, mendapat nomor kontaknya dan akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku.

Yang mengejutkan, dia tak langsung menolak atau menerima. Dia hanya bilang bisa dicoba.

Bagiku, secuil harapan itu sudah cukup. Mulailah kami sering ketemuan, menonton bioskop dan jalan-jalan bersama.

Lama-lama, tatapannya semakin lembut padaku. Dia juga tanpa sadar melindungiku saat menyebrang jalan.

Waktu itu aku pikir, inilah cinta. Aku terlalu bersemangat sampai buru-buru meminta ayahku mengatur pertunangan kami.

Namun, setelah resmi bertunangan, Calvin mulai berubah. Dia mulai menjauh dan Luna pun mulai muncul.

Aku yang terlalu memaksakan, akhirnya menyeret diri sendiri ke jurang ini.

Memikirkan itu, aku menarik napas panjang dan tersenyum paksa.

“Benar, aku yang lebih dulu suka padamu. Tapi sekarang … aku sudah nggak cinta lagi, paham?”

“Rani!”

Calvin marah besar, menyeretku ke kamar, wajahnya tampak penuh amarah.

“Apa lagi yang kamu ributkan? Aku sudah jelasin soal Luna! Kami sudah kenal sejak kecil, mana mungkin aku hanya diam saja saat ada masalah?”

“Jangan pakai pikiran kotormu untuk nilai hubungan kami!”

Pikiran kotor?

Mendengar kata itu, aku benar-benar tak bisa menahan untuk ketawa.

“Pikiran kotorku? Calvin, semalam itu hari valentine. Aku mengajakmu kencan, kamu bilang lembur. Tapi begitu Luna meneleponmu, kamu langsung menemui dia. Kamu pikir aku bodoh?”

“Bahkan ada tato namamu di pundaknya, kamu masih berani bilang kalian nggak ada apa-apa?!”

Batu yang menekan di dada terlalu lama, tetap bisa terasa sesak.

Calvin terdiam, tak bisa membantah, lalu langsung pergi.

Aku juga tak mau ribut lagi. Aku langsung naik taksi untuk pulang dan kasih tahu ibu soal pembatalan pertunangan ini.

Ibu sempat kaget, tapi begitu aku ceritakan semuanya, beliau langsung marah besar.

“Kita benar-benar salah menilainya! Baiklah, kita tetap pura-pura seolah pernikahan tetap jalan. Biar di hari pernikahan nanti, semua orang lihat aibnya sendiri!”

Waktu sampai di rumah, sudah sore hari.

Begitu masuk, aku hampir mengira rumah kemalingan, rak sepatu dan ruang ganti berantakan parah.

Setelah diperiksa, ternyata semua baju dan sepatu hak tinggi edisi terbatas pemberian Calvin hilang.

Kemudian, pintu pun terbuka.

Calvin dan Luna masuk sambil bergandengan tangan.

Baju dan sepatu di badan Luna, semuanya adalah barang-barang di lemariku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 8

    Calvin yang berada di atas tubuhku, tiba-tiba berhenti bergerak. Ketika dia hendak memeriksa situasi, terdengar suara teriakan polisi dari luar.“Calvin, kamu terlibat dalam kasus peredaran obat terlarang, harap segera kooperatif untuk penyelidikan!”Mendengar itu, Calvin mendengus marah dan meludah.“Sialan!”Dia baru saja berniat melarikan diri, tapi pintu sudah didobrak polisi dan polisi yang memimpin langsung menahan Calvin, menekannya ke lantai hingga tak bisa bergerak.Baru setelah dibawa ke rumah sakit, aku baru tahu kalau Felixlah yang menyelamatkanku.Dia yang sempat kutolak masih tidak menyerah, jadi memutuskan untuk mengikuti aku pulang dan kebetulan melihat kejadian saat Calvin meracuniku.Dia langsung melapor polisi dan polisi menemukan rekaman pembelian obat terlarang yang dilakukan Calvin. Mereka segera mengirim tim ke rumah kontrakanku dan akhirnya semuanya tidak berakhir dengan buruk.Di kamar rumah sakit, suara Felix terdengar penuh kekhawatiran, “Rani, kamu pasti tr

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 7

    Sejak hari itu, Calvin tidak pernah lagi muncul di depan laboratorium. Aku mengira dia akhirnya menyerah.Meskipun Felix bilang bantuan hari itu bukan apa-apa, aku tetap mengajaknya makan sebagai ucapan terima kasih, sambil sekalian menceritakan singkat tentang hubunganku dengan Calvin.Setelah mendengar semuanya, Felix jelas terlihat emosi, bahkan tak tahan menyebut Calvin brengsek.Saat menatapku, pandangannya sedikit berubah, seolah mulai ada perasaan lain yang muncul.Aku bukan tidak menyadarinya, tapi untuk soal perasaan, aku benar-benar sudah terlalu lelah dan takut lagi-lagi mengalami luka yang sama.Akhirnya, aku memilih untuk bicara terus terang.“Untuk saat ini, aku belum berencana memikirkan soal hubungan. Aku mau fokus bekerja dulu, setelah semuanya stabil, mungkin baru akan kupikirkan.”Felix sempat terlihat kecewa, tapi dia tidak memaksa. Saat menawarkan diri untuk mengantarku pulang, aku juga menolaknya dengan halus.Perasaan yang tidak seharusnya ada, lebih baik dihenti

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 6

    Hatiku luar biasa tenang. Aku melangkah cepat, pura-pura tidak melihatnya, lalu berbaur ke kerumunan orang.Tak kusangka, tiba-tiba Calvin menerobos masuk, menerobos keramaian sambil berteriak memanggil namaku, “Rani, ini aku! Kumohon lihat aku sebentar saja, ya?”Orang-orang di sekitar langsung menoleh, mau tak mau aku pun menghentikan langkah.Setelah setengah tahun tak bertemu, Calvin tampak jauh lebih kurus dari terakhir kali aku melihatnya. Bahkan pipinya terlihat cekung.“Untuk apa kamu ke sini?”Aku baru pulang kerja, jadi suasana hatiku benar-benar tidak memungkinkan untuk bersikap ramah.Namun, pria itu tidak menyadari kekesalanku, malah menarik lenganku dengan kuat, tatapan matanya tampak penuh kebahagiaan.“Akhirnya, aku menemukanmu lagi, Rani. Kamu tahu nggak betapa aku merindukanmu!”Seolah takut aku kabur, cengkeramannya sangat erat. Aku berusaha melepaskan diri, tapi gagal. Akhirnya, hanya bisa menatapnya dengan ekspresi dingin.“Sudah kubilang dengan jelas, kamu mencar

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 5

    Tiba-tiba, suara di balik telepon menjadi riuh dan tepat saat aku benar-benar kehilangan kesabaran, Calvin kembali berkata, “Rani,” panggilnya. Lalu dengan ragu melanjutkan lagi, “Luna baru saja kecelakaan dan sudah dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang perlu ada yang menandatangani surat izin operasi. Aku … aku tanda tangan dulu, lalu langsung menyusulmu, ya? Kamu jangan pergi ….”Aku melirik jam, menjawab dengan tenang, “Nggak perlu, sebentar lagi aku sudah mau naik pesawat. Dia yang lebih butuh kamu sekarang, ‘kan?”Dari seberang, suaranya terdengar serak dan hampir menangis, “Nggak … aku berjanji, aku bakal cepat kali ini! Aku hanya tanda tangan sebentar, habis itu langsung mencarimu. Tolong, jangan naik pesawat dulu, kasih aku kesempatan lagi, ya? Kumohon ….”Dia selalu bilang begitu, tapi setiap kali juga tak pernah menepatinya.Di kehidupan sebelumnya, pernah suatu kali aku dipaksa minum alkohol oleh klien, aku panik dan menelepon dia minta dijemput.Waktu itu dia juga janji m

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 4

    Begitu pintu terbuka, suasana langsung membeku sesaat sebelum akhirnya keributan para tamu meledak.“Di mana pengantinnya? Kok nggak kelihatan ….”“Jangan-jangan kabur? Wah, ini sih berita besar!”Calvin terpaku di tempat, Rani yang seharusnya menunggu di ujung sana, sekarang bahkan tak terlihat!Tiba-tiba, hatinya terasa berat. Ada rasa panik yang muncul tanpa alasan, seolah-olah akan kehilangan sesuatu yang sangat penting.Tanpa peduli upaya MC yang mencoba menahannya, Calvin bergegas menuju pintu, mencari-cari sosok yang selalu menunggunya itu.“Rani! Kamu di mana? Jangan sembunyi lagi!”“Rani, cepat keluar! Ini hari pernikahan kita, lho! Semua orang sedang menunggu, jangan main-main lagi!”Namun, tak peduli sekeras apa dia memanggil, sosok itu tetap tak muncul.Tatapan kepo para tamu mulai mengarah ke Calvin yang berdiri kikuk dengan jas pengantinnya, membuatnya semakin malu.Di mana dia? Di mana Rani pergi ….“Kak Calvin, jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Kak Rani? Tapi acara p

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 3

    Melihatku, mereka berdua langsung melepaskan tangan. Luna buru-buru menjelaskan dengan suara manja,“Kak Rani, jangan salah paham. Aku bukan sengaja pakai bajumu. Soalnya kemarin … semua bajuku sobek, jadi nggak ada yang bisa dipakai. Makanya Kak Calvin suruh aku ambil dari lemari bajumu.”Setiap ada hari penting, Calvin selalu memberiku hadiah. Dia tahu aku tak suka barang kembaran dengan orang lain, jadi baju dan tas yang dia kasih semuanya edisi terbatas.Namun sekarang, barang-barang yang dulu katanya khusus untukku, malah dipakai perempuan lain.Melihat aku diam saja, Calvin langsung kelihatan kesal.“Hanya pakai bajumu saja, kenapa harus pasang muka begitu? Bajumu ada begitu banyak, memangnya kenapa kalau dikasih ke Luna beberapa?”Aku tetap tanpa ekspresi, mengangguk ringan dan menjawab datar,“Iya, pakai saja.”Namun, Calvin masih tak puas, kerutan alisnya semakin erat.“Apa sih yang kamu pikirkan, Rani? Sengaja pura-pura cuek? Mau pakai cara ini untuk menarik perhatianku?”Ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status