Share

Bab 3

Author: Eyalani
Melihatku, mereka berdua langsung melepaskan tangan. Luna buru-buru menjelaskan dengan suara manja,

“Kak Rani, jangan salah paham. Aku bukan sengaja pakai bajumu. Soalnya kemarin … semua bajuku sobek, jadi nggak ada yang bisa dipakai. Makanya Kak Calvin suruh aku ambil dari lemari bajumu.”

Setiap ada hari penting, Calvin selalu memberiku hadiah. Dia tahu aku tak suka barang kembaran dengan orang lain, jadi baju dan tas yang dia kasih semuanya edisi terbatas.

Namun sekarang, barang-barang yang dulu katanya khusus untukku, malah dipakai perempuan lain.

Melihat aku diam saja, Calvin langsung kelihatan kesal.

“Hanya pakai bajumu saja, kenapa harus pasang muka begitu? Bajumu ada begitu banyak, memangnya kenapa kalau dikasih ke Luna beberapa?”

Aku tetap tanpa ekspresi, mengangguk ringan dan menjawab datar,

“Iya, pakai saja.”

Namun, Calvin masih tak puas, kerutan alisnya semakin erat.

“Apa sih yang kamu pikirkan, Rani? Sengaja pura-pura cuek? Mau pakai cara ini untuk menarik perhatianku?”

Aku menatap matanya, lalu berkata pelan,

“Kamu pernah kepikiran, nggak? Kalau aku beneran nggak peduli lagi?”

Wajah Calvin langsung tambah muram, bibirnya menekan kencang, lalu menarik Luna masuk ke kamar.

Aku tahu dia marah, tapi benar-benar tak ada niat menenangkannya.

Lagipula, aku juga akan segera pergi dari sini.

Calvin marah lama sekali, mungkin berharap aku bakal seperti dulu, mengalah dan membujuknya.

Namun, kali ini aku sibuk mengurus persiapan ke luar negeri, jadi tidak peduli.

Setahun setelah lulus, sebenarnya profesor di luar negeri sempat menawarkanku untuk lanjut riset bersama mereka.

Namun, waktu itu aku dibutakan perasaan ke Calvin, tanpa pikir panjang langsung menolak.

Sekarang, kalau dipikir-pikir, rasanya bodoh sekali.

Sementara itu, Luna makin sering muncul di rumahku, seolah menganggap rumah ini hotel. Dia bahkan memakai semua barang-barangku seakan-akan dia nyonya di rumah ini.

Aku pura-pura tak melihatnya, fokus mengurus urusanku sendiri.

Yang aku heran, aku sudah tak ikut campur soal mereka, tapi kenapa Calvin tetap tak mau batalkan pertunangan ini?

Aku tak percaya, kalau dia benar-benar mencintaiku seperti yang dikatakannya.

Akhirnya, aku ikutin saran ibu, pura-pura lanjutkan persiapan pernikahan seperti sebelumnya.

Begitu tahu itu, Calvin malah kelihatan puas, bahkan mendekatiku sendiri.

“Kubilang apa, Rani. Kamu itu nggak mungkin meninggalkanku selamanya. Semua omongan batalkan pertunangan, itu hanya omong kosong, ‘kan?”

“Oh iya, Luna bilang dia mau merasakan rasanya jadi pendamping pengantin. Dia mau jadi pendampingmu, kamu nggak keberatan, ‘kan?”

Ujarnya dengan santai, bahkan tak melihatku sedikitpun.

Dulu, aku sangat serius soal pernikahanku sendiri. Tentu saja, pendampingku dipilih dari sahabat-sahabat lamaku, bukan orang seperti Luna yang punya hubungan gelap dengan tunanganku.

Namun, pernikahan kali ini hanya sandiwara.

Jadi, aku hanya mengangguk dan tidak peduli lagi.

“Boleh.”

Jawabanku membuatnya kaget. Dia menatapku lama, lalu mendengus marah,

“Kuperingatkan, ya. Jangan buli Luna atau buat keributan lain!”

Tentu saja aku tidak berniat begitu.

Beberapa hari kemudian, pihak perencana pernikahan memintaku datang untuk coba gaun pengantin. Aku juga tidak menolak.

Luna juga ikut pergi.

“Wah, Kak Rani! Gaun ini cantik sekali! Boleh nggak … aku coba pakai?”

Luna berdiri terpukau di depan gaun pengantin model duyung yang dipenuhi berlian di tengah ruangan toko.

Memang sangat cantik. Saat pertama kali melihatnya, aku juga langsung terpesona.

Itu adalah gaun yang sengaja dipesan Calvin dari desainer ternama di luar negeri untukku. Dia bahkan rela menghabiskan uang untuk membeli 99 butir berlian dan menyuruh orang menjahitkannya satu per satu di gaun itu. Sungguh luar biasa mewah.

Calvin bilang, hanya aku yang pantas mengenakan gaun ini.

Di kehidupan sebelumnya, aku pernah larut dalam kebahagiaan palsu ini, hingga akhirnya kehilangan nyawaku.

Tapi kini, aku bahkan tak mengernyit dan hanya mengangguk santai.

“Boleh, anggap saja sekalian mewujudkan impianmu jadi pengantin.”

Melihat reaksiku yang begitu tenang, Calvin justru mengernyit, lalu betanya,

“Rani, ini gaun yang kudesain khusus untukmu, satu-satunya di dunia. Kamu benaran rela orang lain memakainya?”

Aku mengangkat alis, lalu menimpali santai,

“Hanya coba saja, masa gara-gara Luna pakai gaun ini, dia langsung menggantikan aku jadi pengantinmu?”

Mendengar ucapanku, wajah mereka berdua langsung berubah drastis.

Terutama Calvin, wajahnya memerah karena marah dan bam! Dia membanting tangannya ke atas meja.

“Rani, apa yang kamu bicarakan?!”

Aku hanya mengangkat bahu sambil tersenyum kecil.

“Aku hanya asal bicara saja. Lagipula, kamu sendiri yang bilang kalau Luna itu sahabat masa kecilmu, masa aku harus sepelit itu?”

Mendengar itu, kerutan di kening Calvin semakin dalam dan tatapannya terus menempel padaku, seolah berusaha membaca pikiranku.

Akhirnya, dia mendengus dingin,

“Yasudah, terserah kamu.”

Pada akhirnya, Luna berhasil mengenakan gaun pengantin itu, bahkan dengan semangat menarik Calvin untuk foto bersama sebagai kenang-kenangan.

Namun, sepanjang sesi foto, pandangan mata Calvin sesekali melirik ke arahku, terlihat jelas pikirannya melayang entah ke mana.

Aku tahu apa yang dia pikirkan. Dia heran kenapa aku tidak lagi menempel padanya, tidak lagi mempedulikannya seperti dulu.

Aku yang sudah terlahir kembali, hanya ingin bertahap hidup di kehidupan baru ini.

Tak lama kemudian, hari pernikahan pun tiba. Karena acara penjemputan dibatalkan, Calvin pun berangkat sendiri ke lokasi pernikahan.

Di tengah sorak-sorai para tamu, Calvin pun merasa agak gugup.

Dia merapikan dasinya, menatap pintu besar di depannya.

MC mengumumkan, di balik pintu itu, pengantin perempuan telah menunggunya.

Namun, saat pintu terbuka, sosok pengantin yang seharusnya berdiri di sana … malah menghilang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 8

    Calvin yang berada di atas tubuhku, tiba-tiba berhenti bergerak. Ketika dia hendak memeriksa situasi, terdengar suara teriakan polisi dari luar.“Calvin, kamu terlibat dalam kasus peredaran obat terlarang, harap segera kooperatif untuk penyelidikan!”Mendengar itu, Calvin mendengus marah dan meludah.“Sialan!”Dia baru saja berniat melarikan diri, tapi pintu sudah didobrak polisi dan polisi yang memimpin langsung menahan Calvin, menekannya ke lantai hingga tak bisa bergerak.Baru setelah dibawa ke rumah sakit, aku baru tahu kalau Felixlah yang menyelamatkanku.Dia yang sempat kutolak masih tidak menyerah, jadi memutuskan untuk mengikuti aku pulang dan kebetulan melihat kejadian saat Calvin meracuniku.Dia langsung melapor polisi dan polisi menemukan rekaman pembelian obat terlarang yang dilakukan Calvin. Mereka segera mengirim tim ke rumah kontrakanku dan akhirnya semuanya tidak berakhir dengan buruk.Di kamar rumah sakit, suara Felix terdengar penuh kekhawatiran, “Rani, kamu pasti tr

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 7

    Sejak hari itu, Calvin tidak pernah lagi muncul di depan laboratorium. Aku mengira dia akhirnya menyerah.Meskipun Felix bilang bantuan hari itu bukan apa-apa, aku tetap mengajaknya makan sebagai ucapan terima kasih, sambil sekalian menceritakan singkat tentang hubunganku dengan Calvin.Setelah mendengar semuanya, Felix jelas terlihat emosi, bahkan tak tahan menyebut Calvin brengsek.Saat menatapku, pandangannya sedikit berubah, seolah mulai ada perasaan lain yang muncul.Aku bukan tidak menyadarinya, tapi untuk soal perasaan, aku benar-benar sudah terlalu lelah dan takut lagi-lagi mengalami luka yang sama.Akhirnya, aku memilih untuk bicara terus terang.“Untuk saat ini, aku belum berencana memikirkan soal hubungan. Aku mau fokus bekerja dulu, setelah semuanya stabil, mungkin baru akan kupikirkan.”Felix sempat terlihat kecewa, tapi dia tidak memaksa. Saat menawarkan diri untuk mengantarku pulang, aku juga menolaknya dengan halus.Perasaan yang tidak seharusnya ada, lebih baik dihenti

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 6

    Hatiku luar biasa tenang. Aku melangkah cepat, pura-pura tidak melihatnya, lalu berbaur ke kerumunan orang.Tak kusangka, tiba-tiba Calvin menerobos masuk, menerobos keramaian sambil berteriak memanggil namaku, “Rani, ini aku! Kumohon lihat aku sebentar saja, ya?”Orang-orang di sekitar langsung menoleh, mau tak mau aku pun menghentikan langkah.Setelah setengah tahun tak bertemu, Calvin tampak jauh lebih kurus dari terakhir kali aku melihatnya. Bahkan pipinya terlihat cekung.“Untuk apa kamu ke sini?”Aku baru pulang kerja, jadi suasana hatiku benar-benar tidak memungkinkan untuk bersikap ramah.Namun, pria itu tidak menyadari kekesalanku, malah menarik lenganku dengan kuat, tatapan matanya tampak penuh kebahagiaan.“Akhirnya, aku menemukanmu lagi, Rani. Kamu tahu nggak betapa aku merindukanmu!”Seolah takut aku kabur, cengkeramannya sangat erat. Aku berusaha melepaskan diri, tapi gagal. Akhirnya, hanya bisa menatapnya dengan ekspresi dingin.“Sudah kubilang dengan jelas, kamu mencar

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 5

    Tiba-tiba, suara di balik telepon menjadi riuh dan tepat saat aku benar-benar kehilangan kesabaran, Calvin kembali berkata, “Rani,” panggilnya. Lalu dengan ragu melanjutkan lagi, “Luna baru saja kecelakaan dan sudah dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang perlu ada yang menandatangani surat izin operasi. Aku … aku tanda tangan dulu, lalu langsung menyusulmu, ya? Kamu jangan pergi ….”Aku melirik jam, menjawab dengan tenang, “Nggak perlu, sebentar lagi aku sudah mau naik pesawat. Dia yang lebih butuh kamu sekarang, ‘kan?”Dari seberang, suaranya terdengar serak dan hampir menangis, “Nggak … aku berjanji, aku bakal cepat kali ini! Aku hanya tanda tangan sebentar, habis itu langsung mencarimu. Tolong, jangan naik pesawat dulu, kasih aku kesempatan lagi, ya? Kumohon ….”Dia selalu bilang begitu, tapi setiap kali juga tak pernah menepatinya.Di kehidupan sebelumnya, pernah suatu kali aku dipaksa minum alkohol oleh klien, aku panik dan menelepon dia minta dijemput.Waktu itu dia juga janji m

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 4

    Begitu pintu terbuka, suasana langsung membeku sesaat sebelum akhirnya keributan para tamu meledak.“Di mana pengantinnya? Kok nggak kelihatan ….”“Jangan-jangan kabur? Wah, ini sih berita besar!”Calvin terpaku di tempat, Rani yang seharusnya menunggu di ujung sana, sekarang bahkan tak terlihat!Tiba-tiba, hatinya terasa berat. Ada rasa panik yang muncul tanpa alasan, seolah-olah akan kehilangan sesuatu yang sangat penting.Tanpa peduli upaya MC yang mencoba menahannya, Calvin bergegas menuju pintu, mencari-cari sosok yang selalu menunggunya itu.“Rani! Kamu di mana? Jangan sembunyi lagi!”“Rani, cepat keluar! Ini hari pernikahan kita, lho! Semua orang sedang menunggu, jangan main-main lagi!”Namun, tak peduli sekeras apa dia memanggil, sosok itu tetap tak muncul.Tatapan kepo para tamu mulai mengarah ke Calvin yang berdiri kikuk dengan jas pengantinnya, membuatnya semakin malu.Di mana dia? Di mana Rani pergi ….“Kak Calvin, jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Kak Rani? Tapi acara p

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 3

    Melihatku, mereka berdua langsung melepaskan tangan. Luna buru-buru menjelaskan dengan suara manja,“Kak Rani, jangan salah paham. Aku bukan sengaja pakai bajumu. Soalnya kemarin … semua bajuku sobek, jadi nggak ada yang bisa dipakai. Makanya Kak Calvin suruh aku ambil dari lemari bajumu.”Setiap ada hari penting, Calvin selalu memberiku hadiah. Dia tahu aku tak suka barang kembaran dengan orang lain, jadi baju dan tas yang dia kasih semuanya edisi terbatas.Namun sekarang, barang-barang yang dulu katanya khusus untukku, malah dipakai perempuan lain.Melihat aku diam saja, Calvin langsung kelihatan kesal.“Hanya pakai bajumu saja, kenapa harus pasang muka begitu? Bajumu ada begitu banyak, memangnya kenapa kalau dikasih ke Luna beberapa?”Aku tetap tanpa ekspresi, mengangguk ringan dan menjawab datar,“Iya, pakai saja.”Namun, Calvin masih tak puas, kerutan alisnya semakin erat.“Apa sih yang kamu pikirkan, Rani? Sengaja pura-pura cuek? Mau pakai cara ini untuk menarik perhatianku?”Ak

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 2

    Bahu Luna yang telanjang penuh dengan bekas lebam ungu kebiruan. Begitu melihatku, dia pura-pura malu dan menundukkan kepala.“Kak Rani, kamu nggak marah soal tadi malam, ‘kan? Kak Calvin juga terpaksa, ini semua demi menyelamatkanku. Salahkan aku saja, aku yang nggak berguna sampai kena jebakan racun orang.”“Jangan dimasukkan ke hati. Kalau gara-gara aku malah menghambat rencana pernikahan kalian, aku benar-benar merasa bersalah.”Sambil bicara, matanya tampak berkaca-kaca, seolah-olah sangat tersiksa.Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki. Wajah Calvin langsung berubah muram dan langsung memarahiku.“Semalam aku juga sudah bertanya padamu, ‘kan Rani? Kamu sendiri bilang nggak keberatan. Sekarang malah menakut-nakutin Luna sampai nangis, apa maksudmu?”Aku benar-benar merasa konyol.“Dia sendiri yang bicara panjang lebar dan menangis. Apa hubungannya denganku?”Mendengar jawabanku, kerutan alis Calvin semakin dalam.“Kalau begitu, kenapa Luna menangis? Aku sudah setuju menikahimu,

  • Mengubah Cinta Lampau Yang Menyakitkan   Bab 1

    “Tolong bantu aku hubungi pacarku ….”Di depan pintu bar, Luna tergeletak dengan wajah memerah, kesadarannya sudah mulai kabur.Padahal hanya kalimat biasa saja, tapi aku malah berkeringat dingin. Saat itu juga, aku sadar diriku telah terlahir kembali.Kali ini, aku pura-pura tidak melihat gerakan meminta tolongnya dan mempercepat langkah menjauh dari pintu bar.Di kehidupan sebelumnya, karena rasa iba itulah aku berakhir di situasi yang begitu menyedihkan.Kali ini, bagaimanapun juga, aku tidak akan ikut campur lagi.Namun, baru beberapa langkah aku berjalan, Luna sudah berusaha bangkit dan mencoba menghadangku lagi. Karena tidak siap, aku malah terdorong hingga terjatuh.Aku meringis kesakitan, aku tidak menyadari bahwa ponsel di tangan wanita itu berdering. Tak lama kemudian, terdengar suara Calvin, tunanganku.“Luna, kenapa baru angkat telepon? Kamu tahu nggak aku sangat khawatir denganmu?!”Dengan suara manja dan lemah, Luna menjawab, “Kak Calvin, aku nggak enak badan~ Sepertinya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status