LOGIN
Suara gemuruh seketika memekakkan telinga.
Lianhua tak tahu di mana dirinya. Dinding kereta berguncang, tanah bergetar, dan ringkikan kuda memecah udara. Kereta kuda oleng hebat, nyaris terbalik. Dari luar terdengar teriakan panik para prajurit, lalu suara batu-batu besar berguling dari puncak tebing. “Ada... apa ini?” napasnya terengah, matanya menatap tirai merah yang berayun liar. Tanah bergetar di bawah kaki, udara penuh debu. Seseorang berteriak memanggilnya, tapi suaranya terdengar jauh, seperti datang dari balik air. Ia mencoba membuka pintu, namun tertahan. Brak! Sesuatu menimpa atap kereta, membuat tubuhnya terlempar ke sisi lain. Cahaya kilat menyambar, memperlihatkan wajahnya sendiri di cermin kecil—pucat, mata melebar, darah menetes di pelipis. “Ini... mimpi?” bisiknya. Sebelum sempat bernapas lagi, suara retakan keras menggema. Kereta terguncang, dunia seakan terbalik—lalu semuanya gelap. Cahaya putih menyilaukan matanya. Ia mendengar sesuatu berdenting—bel sekolah. Xiao Lianhua membuka mata, duduk dengan tegak, memperhatikan sekelilingnya yang ramai. Bel pulang berbunyi lagi, menandakan pelajaran berakhir. Guru meninggalkan kelas sambil berpesan, “Kau tidur sepanjang pelajaran. Kerjakan halaman 87 sampai 92, besok harus selesai.” Xiao Lianhua mengeluh, disambut tawa teman-temannya. Tapi dia tak begitu peduli, hanya memikirkan satu hal setelah bangun dari tidur nakal itu. “Mimpi apa yang barusan itu…,” gumamnya pelan. “Lianhua, hari ini jadwal piketmu,” ujar Ye Xi, sahabatnya yang sudah menemaninya sejak panti asuhan. “Ah, iya. Kau bisa pulang duluan.” “Aku menunggumu saja. Sekalian baca novel yang kau rekomendasikan,” jawab Ye Xi. “Itu, ya… silakan.” Lianhua menyapu kelas, masih memikirkan mimpi anehnya. “Mimpi yang barusan… sepertinya dari novel yang kau baca itu, kan?” “Kau bilang apa?” Ye Xi menoleh. “Tidak, aku bermimpi jadi NPC paling tragis dari novel itu.” “Benarkah?” *** Pats. Ye Xi mematikan ponselnya dan menjatuhkan kepala di meja. “Benar-benar novel membosankan.” Lianhua menoleh. “Bagian mana yang bosan?” “Semua alurnya. Setelah ini Yongle akan pergi ke Kekaisaran Fuyue, menikah, dan mendapat suami tampan tapi dingin. Benar, kan?” Xiao Lianhua menyeringai lebar. “Kalau tidak tampan, tidak mungkin aku merekomendasikannya padamu.” “Dan nanti dia akan didiskriminasi sebagai rakyat negeri musuh, kan?” “Kau belum baca sepuluh bab pertama, Ye Xi. Jangan buru-buru menilai.” “Aku maniak cerita kerajaan, tahu? Tapi kalau menurutmu bagus, aku akan mencoba percaya,” ucap Ye Xi sambil membuka ponselnya lagi. “Percaya saja. Lihat ilustrasinya—Lin Mulan dan Yan Haoxuan. Sempurna, kan?” Ye Xi terkekeh. “Oke, sepertinya aku harus lanjut.” “Omong-omong,” katanya sambil melangkah keluar kelas, “bermimpi jadi Lin Ruyue rasanya pasti mengerikan.” Lianhua berhenti. Hal yang ia lihat dalam mimpi itu tidak ada di novel. Kecelakaan Lin Ruyue hanya disebut sebagai ‘tanah longsor biasa’. Tapi mimpi tadi... terlalu nyata. Ia benar-benar seperti berada di dalam kereta itu. “Memang mengerikan kalau dipikir,” bisiknya pelan. Bel pulang sekolah sudah lewat lima belas menit. Ye Xi menunggu Lianhua selesai membersihkan kelas. Bosan, ia membaca lagi novel yang direkomendasikan Lianhua. Dalam perjalanan pulang, langit sudah jingga. “Lebih baik simpan dulu ponselmu, Ye Xi. Kita mau menyebrang,” kata Lianhua. “Tidak, ini salahmu. Kalau aku mati tertabrak, salahmu karena menyuruhku membaca novel ini.” Lianhua hanya tertawa, memastikan Ye Xi berjalan aman meski masih menatap layar. “Kita menyebrang dua menit lagi.” “Baiklah,” jawab Ye Xi, tapi malah melangkah lebih dulu. Lianhua refleks menatapnya. Tubuhnya mematung sesaat saat melihat truk besar melaju kencang. “Ye Xi!” Klakson meraung. Semua orang menjerit. ‘Kalau aku mati, itu salahmu,’ terngiang ucapan Ye Xi di kepala. Tanpa pikir panjang, Lianhua berlari dan menariknya ke belakang. BRAK! Lengang. Tubuh Lianhua terhempas. Dunia berputar. Segalanya merah. ‘Ah… aku mati rasa.’ Suara-suara berbaur: tangisan Ye Xi, jeritan orang-orang, langkah tergesa. “Lianhua …, jangan menutup matamu sekarang tolong, sebentar lagi, bertahanlah.” “Panggil ambulans!” ‘Aku baik-baik saja... syukurlah bukan dia yang mati.’ Pandangan Lianhua mengabur. Suhu tubuhnya turun. Satu tarikan napas terakhir, lalu gelap. Hening. Di tengah kegelapan itu, ia seolah mendengar sesuatu—lonceng kecil yang berdering lirih, jauh di kejauhan. Cahaya samar muncul dari celah hitam, seperti sinar matahari yang menembus lubang dinding. Ia ingin meraihnya, tapi tubuhnya terasa ringan, melayang tanpa arah. Dan dari dalam kabut itu, suara-suara asing mulai terdengar. “Cepat bersihkan sisa makanannya.” “Hei, apakah tidak apa-apa kita beristirahat dan makan siang tanpa membangunkan Tuan Putri?” Lianhua mengerjap, tapi matanya kembali tertutup. ‘Tuan putri?’ “Apa katamu? Bukankah dia sendiri yang menolaknya dan berkata ingin tidur? Biarkan saja, kalau lapar juga pasti akan bilang.” “Cepat, kita harus melewati pegunungan sebelum gelap.” “Berapa hari lagi tiba di Kekaisaran Fuyue?” ‘Kekaisaran Fuyue?’ Sepasang mata itu benar-benar terbuka sekarang.Istana Kekaisaran Fuyue."Yang Mulia,"Feng Xin, seorang bawahan setia Yan Haoxuan berlutut dihadapannya begitu tiba."Bagaimana? Kau sudah bisa mengkonfirmasi berita itu?" tanya Yan Haoxuan.Seorang pria muda berusia awal dua puluhan yang berwatak tenang ini adalah tokoh utama pria dalam dunia ini. Dia tinggal di Istana Mingxiao dan memiliki bawahan terpercaya."Kecelakaan itu memang mengerikan. Bahkan tidak ada satupun yang selamat, Yang Mulia. Butuh satu minggu penuh untuk membersihkan jalurnya. Dan tubuh Tuan Putri Kedua Kerajaan Qing memang tidak ditemukan.""Saya menyusup di antara 300 orang yang dipekerjakan itu dan tidak ada satupun diantara kami yang menemukan tubuh Tuan Putri.""Beberapa dari mereka berpikir tubuhnya tergelincir ke bawah dan dimakan macan kumbang. Ada juga yang berpikir dia melarikan diri.""Tapi menurut saya yang kedua ini sangat tidak mungkin, karena dapat dipastikan Tuan Putri tergelincir dengan Anda saat bencana itu terjadi. Lalu dia terpisah begitu saja
Dia sedang duduk di depan meja rias—sekarang telah benar-benar manjadi meja rias. Sambil menjajal perias wajah yang baru saja di belinya.“Kau menghabiskan semua uangmu.” Jiu'er memperhatikan Lin Ruyue dari meja makan. “Menurut yang kudengar di kedai teh tadi, seharusnya pihak kerajaan tidak akan membatalkan pernikahan itu.”Lin Ruyue menatap pantulan dirinya di cermin setelah memakai perias wajah. "Kau mengkhawatirkan gaun dan perhiasan pernikahanku? Lagi pula mereka bisa membeli dan membuatnya berulang kali. Baju merepotkan itu hanya bisa menjadi sampah kalau tidak dijual.”Jiu'er tidak menjawab, dia juga tidak begitu penasaran.Lin Ruyue menarik napas panjang, kemudian berbalik menatap Jiu'er dengan 'wajah' barunya. Dia tersenyum hangat. "Jiu'er, sebenarnya dulu, aku tidak bisa melakukan banyak hal yang ingin kulakukan. Dan aku tidak seboros dan semanja yang kau dengar. Maukah kau memercayai?"Jiu'er terdiam. Lebih tepatnya, dia bertanya-tanya apa yang dilakukan wanita yang kini te
Lin Ruyue duduk di meja rias—meski bukan meja rias sungguhan, setidaknya cermin perunggu di atasnya membuat meja ini memenuhi kualifikasi meja rias.Dia mengusap rambutnya yang berwarna kemerahan, menatap pantulan dirinya di cermin."Kau jadi seperti orang Kerajaan Jiang." Jiu'er berkomentar sambil melipat lengan di depan dada.Lin Ruyue menatapnya dengan ekspresi kesal. "Aku ingin menghindari masalah dengan cara menyamar." Dia menghitung perhiasan emas yang dibawa di kepalanya saat keberangkatan."Aku ingin menjual barang, aku butuh sesuatu yang lebih berguna dari pada emas-emas ini." Lin Ruyue berdiri."Ikuti aku.” Jiu'er tidak tertarik untuk mencampuri urusan Ruyue. “Terima kasih.” Lin Ruyue menyeringai lebar.Jiu'er menghela napas panjang. "Kau benar-benar wanita yang aneh. Apa kau benar-benar Lin Ruyue yang dirumorkan itu?" Dia berjalan menyusul Lin Ruyue."Yang dirumorkan banyak orang itu memang aku. Tapi aku yang sekarang mungkin sudah semakin berbeda dari yang dirumorkan." Li
Sejak kecil, Lin Ruyue adalah gadis yang tidak pernah menonjol di bidang apa pun. Baik itu sastra, etiket, melukis, kaligrafi maupun musik, dia hanyalah orang kolot yang tidak pernah berhasil menguasai satu pun bakat.Tapi karena dia adalah putri sah Kaisar, dia tetap mendapat kehormatan meski hanya seorang Tuan putri yang gagal.Lin Ruyue berwatak keras kepala dan kekanak-kanakan, terbiasa dimanja membuatnya menjadi gadis paling bodoh di kerajaan. Tapi dia tetap Putri yang sangat disayangi Kaisar. Perlakuan sering dimanja itu juga membuatnya meremehkan semua orang.Berbeda dengan Kakaknya, putri dari seorang selir yang disayangi Kaisar, Lin Mulan yang mendapat julukan Bunga Paling Indah di Kerajaan itu, di penuh rasa kagum dan wawasan yang seolah tiada batas. Lin Mulan adalah satu-satunya orang yang baik padanya selain ibunya dan Baginda yang selalu memberikan apa pun yang dia punya.Tapi bagi Lin Ruyue, Lin Mulan baik padanya hanya untuk memberitahu bahwa dirinya jauh lebih baik.
Malam hari datang saat mereka masih di tengah pegunungan. Ruyue terbangun karena merasa cemas, bisa saja kecelakaan itu muncul lebih cepat dari dugaan. Lalu dari kejauhan, dia mendengar suara gemuruh yang samar. Angin malam yang dingin membuat bulu kuduknya meremang. “Hei, Hao Xuan.” Ruyue mengetuk jendela. “Aku di sini.” Hao Xuan menoleh ke samping, rambut panjangnya bergerak-gerak menabrak angin malam. “Apa kau mendengar suara gemuruh?” “Iya. Tapi mungkin itu binatang buas di tengah hutan. Biasanya memang begitu.” “Begitu, ya ….” ‘Benarkah bukan suara tanah longsor?’ Lin Ruyue melongok keluar. “Dengar, ya, Hao Xuan, kau harus membantuku kalau aku dalam kesulitan, apalagi kalau itu menyangkut keselamatan.” Ruyue berpesan lagi. ‘Aku benar-benar tidak tahu kapan aku akan mati dalam insiden ini. Tapi aku benar-benar ingin tetap hidup ….’ Hao Xuan mengamati gerak-gerik Lin Ruyue di dalam kereta kuda. Seperti bertanya-tanya kenapa gadis itu terlihat gelisah. Tidak ada ma
Beberapa saat yang lalu, Xiao Lianhua mati dan merasuki karakter figuran dalam sebuah novel.Novel itu terkenal dengan judul Pernikahan Putri Pertama, yang menceritakan kehidupan Putri Pertama Kerajaan Qing, Lin Mulan, yang menikah dengan Pangeran Ketiga Kekaisaran Fuyue, menggantikan adiknya, Lin Ruyue yang mati dalam perjalanan menuju pernikahannya.Tapi saat ini, karena dia masih hidup, bab Pertama dalam novel itu belum dimulai dan hanya tersisa beberapa jam saja hingga kematiannya.Dalam waktu sesingkat itu, Lin Ruyue bertekad untuk melarikan diri dari takdir tragis pemeran figuran yang mati demi memulai kisah asmara pemeran utama. Dia ingin melepaskan identitasnya sebagai figuran dan hidup menjauh dari alur novel asli, seolah-olah dia memang mati. Konflik Pertama dari seorang figuran: melarikan diri dari takdir tragis!Rencana pertama: berhenti di penginapan sebelum memasuki wilayah pegunungan.Rencana ini bertujuan untuk mencari seseorang yang tidak muncul di dalam novel dan me







