"Sagaaa!" Dela berteriak.
Saga berhenti sejenak. Namun, ketika bayangan Nayra yang tengah meratap sedih membuat pria itu kembali melangkah.
"Sagaaa ... berhenti."
Saga tidak lagi menggubris. Pria itu ingin segera menemui Nayra. Ingin memberikan dukungan pada istri mudanya.
Saga tahu rasanya kehilangan. Apalagi kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidup. Dirinya pernah merasa amat menyesal, karena tidak ada di saat ayah tercintanya menghembus napas terakhir.
Rasa bersalah dan menyesal menderanya bertahun-tahun. Apa lagi alasan saat itu adalah karena sedang berkencan dengan Dela. Makanya hari ini, apa pun yang terjadi Saga tidak akan mengulangi kesalahannya yang dulu.
PRANKKK!
Saga tidak ingin memedulikan teriakan Dela yang terus memanggil namanya. Namun, suara pecahan benda kaca itu membuat hatinya berdesir takut. Dela adalah wanita yang suka ber
"Yesss!" Saga meninju udara. "Terima kasih ya Allah," ucapnya tulus sembari meraup wajahnya. "Yeahhh!" Dia kembali berseru gembira. Di saat yang bersamaan masuk Dela. Wanita itu mengernyit melihat tingkah aneh sang suami. Saga bukan tipe pria yang ekspresif. Aneh. "Ada apa, Ga? Heboh amat," tegur Dela tersenyum miring. Tangannya terlipat di dada. Saga langsung balik badan begitu mendengar suara istrinya. "Eh, Del ...." Dia memegang kedua pundak istrinya dengan senyum yang tersungging, "doa kita didengar Allah," ujarnya bahagia. Kening Dela kian mengernyit dalam. Dia masih belum paham dengan perkataan Saga. "Kita akan menjadi orang tua, Del," jelas Saga semringah. "Kita?" Dela menyipit.
Saga dan Nayra menganga tidak percaya. Ini seperti mimpi."Sungguh kah?" tanya Saga takjub. Dia seakan tidak percaya Dela bisa punya ide seperti itu.Dela mengangguk anggun."I love you." Saga memeluk Dela dengan haru."Eum ... Mbak Dela, maaf bukannya mau menolak, tapi saya sudah terbiasa hidup mandiri seperti ini," tutur Nayra hati-hati. Sungguh dia merasa tidak nyaman jika harus seatap dengan kakak madunya. "Lagian adik saya juga sering main kok. Jadi saya jarang kesepian."Dela mengurai pelukannya dari Saga. Tatapan dinginnya membuat hati Nayra bergetar. "Jadi kamu menolak niat baik aku?""Eum ... bukan begitu." Nayra langsung menepis dengan gelengan, "tapi, kalo aku pergi, terus bagaimana dengan rumah ini? Apakah akan dibiarkan kosong tanpa penghuni? Kan sayang juga."De
UHUK-UHUK!Dela berpura-pura batuk. Sontak Saga melepaskan pelukannya dari tubuh Nayra yang berdiri di depan kompor. Melihat tatapan dingin dari Dela, hati Nayra mencelus takut. Wanita itu menunduk dan langsung melanjutkan aktivitasnya.Saga sendiri terlihat santai. Dirinya berjalan tenang mendekati sang istri tua. Bibir Dela yang terlihat merengut membuat Saga harus segera inisiatif merayunya."Pagi, Sayang," sapa Saga hangat. Dia merengkuh istrinya dengan lembut. Namun, Dela tegas menolak. Saga dibuat bingung karenanya."Kenapa kamu ganti parfum?" protes Dela kesal."Oh ... Nayra selalu mual kalo aku dekatin dia. Makanya aku ganti dengan parfum yang lebih ringan," jawab Saga santai.Pria yang sudah rapi dengan kemeja kantornya lantas berjalan pelan menuju meja makan. Tempat di mana Nayra tengah mempersiapkan sarapan. Saga menarik kursi, kemudian duduk santai.
"EHEM-EHEM!"Sontak Nayra memisahkan diri dari dekapan Saga begitu mendengar dehaman suara Dela."Harus gitu bermesraan di luar sini?" sindir Dela sinis, "biar semua orang tahu kalo kalian adalah suami istri," lanjutnya sembari sesekali melirik sengit ke Nayra.Saga tersenyum kalem. Lelaki itu merangkul Dela, lalu mengajaknya masuk ke rumah. "Tadi Nayra cuma meluapkan kegembiraan saja," ujarnya santai.Dela menghentikan langkah, "memangnya habis dapat apa dia? Lotre?" Dela masih menyindir dengan sinis.Lagi Saga tersenyum manis. "Kita akan berlibur ke Lombok, Nayra akan kuajak. Dia bahagia karena nanti bisa lihat pantai. Seumur-umur Nayra dia belum pernah--""Stop-stop!" Dela memotong perkataan Saga, "tadi kamu bilang kita akan berlibur ke Lombok?" tanya Dela memastikan."Benar." Saga mengiyakan dengan anggukan semangat."Apa aku gak salah
Dela menggeliat. Kepalanya terasa pening. Sinar matahari yang menembus kaca jendela kamarnya membuatnya silau.Dela mengerang. Dia masih ingin tidur lebih lama lagi sebenarnya Tangannya meraba bantal di sebelahnya. Kosong. Wanita itu terperanjat.Melawan rasa malas, Dela membuka matanya lebar-lebar. Dia menarik rambutnya guna mengalihkan rasa pusing. Sedikit tercengang melihat bajunya yang sudah berganti dengan pakaian tidur."Pasti Saga yang menggantikannya." Dela lalu teringat kejadian semalam. "Dia memang suami yang baik," pujinya sambil terkekeh kecil. Itulah kenapa dia sangat mencintai Saga.Jam digital di nakas menunjukkan pukul sembilan pagi. Perut Dela terasa keroncongan. Dia ingin sarapan. Namun, dia perlu membersihkan diri.Dela masuk ke kamar mandi. Dia menyalakan kran air di bathtub. Dirinya juga menuang sabun cair aroma buah ke dalam bak berwarna putih tersebut. Lama-kelamaan
Saga membimbing Nayra sampai ke kamarnya. Lelaki itu menyuruh sang istri untuk berbaring. Selanjutnya dia bergegas menuju dapur.Tangan Saga cekatan mengambil sebuah cangkir pada kabinet dapur. Dia mengisi gelas tersebut dengar gula dan juga satu kantong teh celup. Usai menyeduh dan mengaduk airnya, Saga pun kembali ke kamar Nayra. Di jalan ia bertemu dengan ibunya."Minuman untuk siapa, Ga?" tegur ibunya lumayan heran. Pasalnya arah tujuan Saga adalah kamar asistennya Dela.Saga lumayan gugup mendapat pertanyaan tersebut dari ibunya. "Eum ... ini untuk Nayra, Bu." Dia menjawab jujur. Jika perlu, saat ini Saga akan mengaku jujur saja.Ibu Saga yang bernama Bu Ida berjengit mendengar jawaban sang anak. "Gadis itu cuma asistennya Dela kan?""Iya, Bu, tapi Nayra lagi sedikit gak enak badan.""Dia bisa mengurus dirinya sendiri," tukas Ibu Ida lumayan keki, "Dela yang lagi hami
"Kenapa kamu minum susu hamil? Memangnya kamu lagi hamil?"Nayra tersentak. Ibu Ida sudah berdiri di belakangnya. Tatapan mata wanita itu tertuju pada dus susu hamil pada meja tersebut."Oh ... enggak, Ibu. Ini susu, saya buat untuk Mbak Dela." Nayra mencoba berkelit. Dirinya yang jarang berbohong membuat dadanya terasa berdebar-debar."Tapi, tadi saya ngelihatnya kamu seperti mau minum susu itu," tukas Ibu Ida tidak percaya.Nayra tidak dapat berkutik lagi. Otaknya berkerja cepat untuk membuat alasan yang masuk akal."Eum ... saya cuma mau mencobanya sedikit, Bu." Kembali Nayra berbohong, "Mbak Dela tidak menyukai susu hamil, katanya rasanya hambar. Makanya saya kasih sedikit gula," terangnya sesopan mungkin.Ibu Ida terdiam. Dia masih sedikit tidak percaya. Namun, dia tidak bisa menuduh lagi.&nbs
Nayra sudah cukup menenangkan diri. Bukan sekali Saga menegaskan padanya jika dia hanya berstatus istri siri pencetak anak saja. Tidak ada cinta untuknya.Namun, sebagai perempuan, perlakuan lembut Saga selalu membuatnya baper. Padahal sudah berulang kali hati kecilnya mengingatkan jika perhatian Saga ditujukan untuk calon anaknya.Setelah merasa baikan, Nayra keluar kamar. Di ruang keluarga dilihatnya sang mertua sedang duduk sendiri menghadap televisi."Lho ... Nayra, mata kamu merah begitu, habis nangis, ya?" tebak Ibu Ida begitu menyadari kehadiran Nayra.Nayra menyengir. "Iya, tadi tiba-tiba ingat nenek. Jadinya aku nangis, Bu." Nayra membuat alasan yang cukup masuk di akal. "Ibu sendirian, boleh saya temani?""Saya lagi nunggu Dela. Dia ngajak saya belanja bulanan. Lagi dandan dia.""Oh." Nayra menyahut singkat.Tidak lama, Dela pun datang. Seperti b