"Apa? Aulia meninggal lagi katamu?" ucap Rina terperangah kaget, saat sopir pribadinya mengatakan kalau Aulia telah meninggal. Aulia yang selalu dia nanti-nantikan kepulangannya, sekarang terkabar kalau sahabanya itu sudah meninggal.Sambungan telepon itu langsung mati, karena terjatuh dari tangan Rina yang bergetar. Hatinya begitu teriris saat mengetahui kabar sahabatnya itu. Dia tidak habis pikir kalau Aulia sampai mengalami tragedi kecelakaan hingga membuat Aulia meninggal dunia.Tidak! Tidak mungkin Aulia mati. Aulia masih hidup. Itu semua bohong! Berita palsu!Dia segera mematikan televisi setelah menyaksikan sendiri berita mengenai sahabatnya itu. Hatinya begitu hancur, hatinya terasa sesak, napasnya memburu dan keringatnya bercucuran deras, tapi bulu kuduknya berdiri."Ini pasti salah! Berita ini salah! Aulia tidak mungkin secepat itu pergi meninggalkanku. Aku tahu Aulia itu gadis yang kuat. Jadi, tidak mungkin dia pergi begitu saja."Dia menjerit kuat di dalam ruangan itu hing
Seorang gadis yang masih dipasang infus dalam keadaan mata tertutup, masih belum sadar juga. Sudah dua hari gadis itu seperti itu. Sebentar dia bangun semalamnya sebelum hari ini, lalu dia kembali pingsan lagi. Begitulah seterusnya hingga dia pun masih ditunggu kesadarannya saat ini.Dia sudah ditunggu-tunggu kesadarannya oleh dua orang sepasang suami istri yang masih setia berada di dalam kamar yang sama dengan Aulia.Tidak lama tangannya mulai bergerak-gerak dan matanya mulai terbuka. "Pelan-pelan," ucap seorang wanita paruh baya itu dengan wajah tersenyum kepada Aulia. Dalam kesadarannya itu membuat Aulia merasakan kepalanya agak sedikit merasa pusing. Di tambah dengan pemasangan infus di tangannya, membuatnya agak sulit untuk bergerak bebas seperti yang dia inginkan.Dalam keadaan takut dia melihat ke arah dua orang sepasang suami istri itu, yang tiba-tiba tersenyum padanya. "Siapa kalian? dan dimana aku? kenapa aku bisa ada di sini, apakah kalian telah menculikku?" sosor Aulia de
Usai makan, Aulia pun pergi dari rumah Tante Salma dan juga Om Heru itu. Kebetulan Om Heru adalah seorang Pilot. Jadi, sudah pasti Om Heru adalah oramg kaya.Setelah permisi dari kedua pasangan yang sudah berumur itu, Aulia pergi dengan membawa mobil hasil dari pemberian Om Heru padanya.Ternyata sepasang suami-istri itu adalah orang yang baik dan tulus, tidak salah Aulia bertemu dengan mereka. Tante Salma bilang, Aulia bisa datang berkunjung ke rumah itu, kapanpun Aulia mau.Aulia menyetir mobil itu dengan kecepatan sedang. Dia tidak ingin kesalahan yang sama terulang kembali. Sudah cukup dia merasakan tubuhnya menderita, karena sebuah kecelakaan.Hari ini dia harus fokus menyetir. Lagi pula dia harus menunjukkan dirinya kepada kedua orangtuanya dan juga kakaknya Reyna. Dia sangat merindukan keluarganya itu.Di tengah perjalanan, ada sebuah mobil yang berhenti di tengah jalan dan seseorang tengah melambai-lambai ke arahnya. Aulia sangat takut kalau sampai orang itu adalah seorang pen
Selang beberapa hari dia hilang kabar, semua menganggapnya telah tiada saat insiden kecelakaan itu terjadi menimpanya. Termasuk orang tuanya. Sesampainya di rumah, Aulia langsung masuk ke dalam dan ingin memberikan sebuah kejutan untuk ayah, ibu dan juga kakaknya.Dia mengira kalau berita itu belum sampai di telinga mereka, namun sayang mereka semua saat ini tengah berkabung atas meninggalnya dirinya. Hal itu justru membuat hatinya bertambah sakit. Apalagi, saat dilihatnya air mata ayahnya yang terus mengalir hingga mata ayahnya itu sembab.Apa yang telah terjadi? batinnya seraya menyaksikan semua yang dilakukan oleh keluarganya itu. Ayahnya yang terus memperhatikan sebuah photo yang merupakan itu adalah gambar dirinya di dalam photo. Begitu pula dengan kakaknya Reyna, yang duduk mematung dengan deraian air mata, yang terlihat pucat sekali.Lain halnya dengan mamanya yang terlihat santai sambil memegang ponsel di tangannya. Memang wanita paruh baya itu tidak tidak pernah peduli dengan
Aulia terbangun dari tidurnya semalam. Semalam dia hanya mengingat kalau dirinya tengah pingsan, selebihnya dia sudah melupakan apa yang terjadi padanya setelah itu.Meskipun Aulia sudah sadar dari ingatannya, tapi sebagian dari kisahnya yang baru saja dia lalui dalam beberapa bulan belakangan ini, semua dia lupakan.Termasuk saat dirinya berada di Apartemen Tuan Rey. Semua kenangan dirinya saat bersama Bi Atun, Novan, sekretaris Dion, terlebih Tuan Rey. Dia lupa semua itu.Kedua bola matanya mengelilingi kamar itu, tempat dimana dia direbahkan oleh papanya. Kamar itu sungguh menarik, sehingga dirinya ingin mencari tahu segala isi dari kamar itu. Kamar yang dihias dengan bola lampion dan lampu kerlap-kerlip di atas atap dengan nuansa merah muda dan biru, berpadu menjadi selang-seling untuk berganti warna.Dia mulai turun dari ranjang, lalu beranjak mengelilingi seisi kamar itu. Dia terpesona dengan sebuah karya vas bunga yang dihias sedemikian rupa agar terlihat sangat cantik, diletakk
"Tuan..." Panggil sekretaris Dion tanpa menoleh ke belakang karena sibuk menyetir. Dia membawa mobil itu dengan kecepatan sedang."Hmm.""Apa Tuan tidak tahu berita tadi?" ucap sekretaris Dion. Dia baru saja mengingat berita yang dia tonton tadi sore. Dia ingin memberitahu Tuan Rey sesuatu yang bisa membuat tuannya itu kembali bersemangat lagi.Beberapa hari ini memang Tuan Rey menjadi sedih atas terkabarnya Aulia meninggal. Sebelumnya dia sempat kehilangan gadis itu, dikarenakan orang tua gadis itu menyuruh beberapa orang untuk membawa gadis itu dari rumah sakit.Untung saja Ketua Black Dragon cepat menemukan keberadaan Aulia. Semenjak itu, Tuan Rey tidak perlu khawatir lagi. Aulia sudah kembali bersama keluarganya. Dia juga sudah mengetahui siapa orang tua Aulia. Satya Hermawan. Seorang pemimpin dari perusahaan Indofood yang telah memiliki banyak hutang kepada perusahaan Sinopec Grup.Belum beberapa hari gadis itu bisa menghembus napas dengan baik, dia sudah mengalami kecelakaan yan
"Apa aku tadi terlalu kasar padanya?" gerutu Aulia seorang diri. Dia masih berkutat di depan layar laptopnya. Sudah pukul sembilan malam, tapi matanya masih segar. Dia belum ada rasa kantuk sama sekali. Dia bahkan sudah menyiapkan segelas kopi untuk dia seduh nanti, setelah matanya itu mulai mengantuk. Dia memang tidak menyukai kopi panas, jadi dia menunggu kopi itu dingin barulah dia mau meminumnya.Dia sendiri heran kenapa pria itu bisa datang. Bukankah pria itu sangat membencinya atas sebuah tuduhan yang telah dilakukannya kepadanya?Aulia tidak merasa bersalah, karena apa yang sudah dilakukannya itu adalah demi membela dirinya yang sudah dihancurkan oleh pria itu secara perlahan. Dia juga sebenarnya tidak senang melihat pria itu menderita, tapi... pria itu yang lebih dulu membuatnya semakin menderita.Tiba-tiba pikirannya berdalih ke hal yang lain. Dua lembar photo yang dia ambil tadi pagi di kamar mama dan papanya. Dia melihat photo itu sekilas. Semakin lusuh akibat remukan tanga
Ketiga wanita itu telah mencumbui seluruh tubuh telanjang Tuan Rey disaat Tuan Rey benar-benar tidak mampu untuk menahan rasa mabuknya. Mereka telah berhasil melucuti pakaiannya, sehingga mereka lebih leluasa menggerayangi tubuh Tuan Rey. Ada yang melumat habis bibir Tuan Rey, ada yang memainkan payudaranya sendiri secara bergantian, meremas hingga dia merasakan sensasi yang luar biasa, dan ada yang selalu berada di bagian bawah Tuan Rey.Dia tidak bosan-bosannya memainkan keperkasaan pria itu dengan naik-turun dengan tangannya."Uh..." Mereka melenguh kenikmatan bersama-sama. Pria yang mereka mainkan itu benar-benar sangat nikmat, meskipun Tuan Rey tidak sekalipun membalas perlakuan mereka. Tuan Rey sendiri merasa pusing di kepalanya, masih terasa sakit hingga berdenyut-denyut seluruh nadinya."Aulia... Aulia... Aulia..." Pria itu terus memanggil nama itu. Sesaat dia pun membuka mata, namun apa yang dilihatnya saat ini, semuanya kabur. Saat salah satu wanita itu membenamkan diri meme