Home / Romansa / Menikah Dengan Dosen Galak / Bertemu Keluarga Gema

Share

Bertemu Keluarga Gema

Author: Siti Marfuah
last update Last Updated: 2022-10-11 16:06:32

"Maaf, Papa. Tapi saya tidak mencintai Aurel. Saya akan menikahi dia dalam waktu dekat, bukan begitu, Zahira?" Suara Gema dan wajah itu, mengarah ke Zahira. Ia mendelik kaget.

Ia semakin kaget karena merasakan kaki Gema menginjaknya dengan sengaja. Pria itu pasti sedang menunggu suara darinya, seperti yang telah diperintahkan sebelum masuk kemari tadi.

"Jadi benar, kamu pacarnya Gema?" Pria paruh baya tadi kembali bertanya, dan sekali lagi Zahira merasakan kakinya diinjak.

"Eh, itu, anu .... "  Ia berucap bingung, tanganpun menggaruk kepala yang tak gatal. Mengundang pandangan aneh dari semua yang ada di sini. Apalagi saat melirik Gema, yang ia Terima adalah tatapan tajam. Zahira menunduk cepat.

"Kenapa situasinya aneh? Gema, kamu tidak sedang bercanda, kan?" Tanya pria tadi, mendekati sang anak dengan mata menyipit. Nampaknya mereka mulai curiga dengan sandiwara yang sedang dimainkan dosen muda itu.

Melihat wajah Gema berubah sedikit panik, Zahira mengerti apa yang harus dilakukan.

"Bener kok, Om. Dia bener," Ucapnya entah darimana datangnya keputusan mendadak itu. Dan suaranya barusan, membuat dua pria beda usia itu saling menatapnya.

"Dia siapa?" Pria yang lebih tua kembali berkata.

"Dia, Pak Gema. Eh .... " Zahira memang ceroboh, ia memukul bibir dengan telapak tangannya. "Mas Gema, maksud saya. Hehe." Ia tersenyum nyengir.

"Siapa perempuan ini, Gema?" Bukannya merespon ucapan Zahira yang terkesan dipaksa, pria tadi malah bertanya pada Gema. Pria yang lebih muda, menghela nafas sebelum memberikan jawaban.

Saat ini, Zahira baru menyadari, dosen galak itu ternyata memiliki paras rupawan. Setiap apapun yang dilakukan, selalu menonjolkan sisi maskulin, dan membuatnya semakin, tampan.

Ia mengerjap, menggeleng samar. Mengetahui dirinya sedang dirasuki pikiran buruk, yang langsung disusul dengan merutuk dalam hati.

"Dia mahasiswaku, Pa. Dia sudah memiliki usaha sendiri. Jadi, tidak ada alasan bagi keluarga ini untuk menolaknya. Aku akan menikahinya segera."

"Apa? Mahasiswa?"

"Apa-apaan ini?" Suara pria lain terdengar lantang, sosoknya berjalan mendekati Ayah dan anak tadi.

"Saya benar-benar kecewa dengan kalian semua. Mulai saat ini, batalkan saja proses lamaran ini. Aurel, ayo pulang!" Pria itu menyeret gadis cantik, membawanya keluar dari rumah ini, dan tak ada siapapun yang peduli dengan raungannya.

"Papa kecewa sama kamu!" Belum usai Zahira tertegun dengan kejadian tadi, kini kembali dikagetkan dengan suara kesal yang lain. Ayah Gema mendengus kasar, lalu mengajak istrinya pergi dari ruangan indah.

Di sini, tinggalah Zahira dan Gema. Berdiri mematung, tanpa ada siapapun yang bisa memulai percakapan. Bahkan sebagai tamu, ia belum sempat diminta duduk. Kejadian ini terlalu cepat, dan ia belum berhasil menyimpulkan.

Dengan hatinya yang belum menentu, Zahira melangkahkan kaki menuju pintu keluar.

"Berhenti!" Suara Gema menghentikan langkahnya, Zahira berbalik kesal. "Saya mau pulang!" Pekiknya lirih.

Namun, belum sempat ia kembali melangkah, Gema telah lebih dulu melewatinya dan keluar menuju mobil. Zahira menurut saja saat Dosen tadi memintanya masuk mobil, hanya dengan isyarat tangan.

Selama perjalanan pun, tak ada percakapan. Mungkin keduanya sibuk dengan pergolakan hati dan pikiran masing-masing. Keduanya tiba di depan restoran, yang di sana, motor Zahira masih terparkir tenang.

"Turun, dan pulang." Suara pria itu menggema, memenuhi seluruh ruangan dalam mobil.

"Hah, Pak. Tapi bapak belum ngasih kejelasan sama saya, tentang kejadian tadi, Pak." Zahira membantah, sesuai dari hatinya, ia memang masih penasaran. Benarkah Dosen itu akan menikahinya.

"Semuanya sudah jelas."

Zahira nyengir, mau tak mau, ia bergerak turun dari mobil dingin. Sedingin pemiliknya itu. Bahkan baru beberapa langkah, Gema dan mobilnya telah menghilang dari pandangan.

"Itu orang, apa hantu, sih?" Gumamnya menekan perut menangis. Iya, Zahira memang belum makan sejak tadi siang.

Ia mengira, acara sore ini adalah makan di tempat yang dituju saat ini. Nyatanya, ia hanya bisa menelan saliva. Tak mungkin makan di tempat semewah itu, untuk standarnya saat ini.

Lelah hati dan pikiran, ia memakai helm dan menyalakan mesin motor. Memandang ramainya keadaan restoran, ditepis keinginan sejauh mungkin.

Prioritasnya saat ini adalah, mengumpulkan uang demi bisa terus membayar biaya kuliah. Sudah dari tiga tahun lalu, tak ada lagi orang yang bisa diandalkan. Ia harus berdiri sendiri, mengandalkan diri sendiri.

Mentari sore semakin condong ke langit barat, Zahira memacu kuda besinya sekencang mungkin. Telah terlintas dalam pikiran, ia akan berhenti di warung untuk membeli sayur jadi.

Telah beberapa mobil ia salib, dan Zahira pasti tak menyadari. Ada Gema di belakang, memicingkan mata. Melihat siapa yang telah melaju dengan motor di depannya.

Mungkin penasaran, pria itu mengikuti kemanapun arah Zahira. Ia juga berhenti dengan jarak aman, saat motor sang gadis menepi di depan warung makan kecil.

Ia mengamati, apa yang dilakukan Zahira. Mungkin Gema berfikir, gadis itu akan makan di sana. Dan telah memaklumi standar makan mahasiswa yang dari kalangan bawah. Namun, ia kembali memicingkan mata, saat yang dilihat ternyata keluar warung hanya membawa sebungkus plastik kecil.

Zahira kembali melaju dengan motor, Gema mengikuti. Bahkan saat gadis itu berbelok di gang sempit, hingga melewati pemukiman sepi di pinggir sawah.

Gema mengheningkan mobil, ia yakin tak bisa melewati jalan itu jika terus maju. Maka memutuskan turun dan melangkah mengikuti Zahira, melewati jalan rabat rusak.

Ia berhenti, saat melihat si gadis berhenti di sebuah rumah kecil. Dengan tembok setengah badan, dan dinding kayu diatasnya.

**

Pagi kembali tiba, Zahira bangun tergesa-gesa. Setelah kejadian kemarin, ia tak ingin hari ini mengalami hal yang sama.

Usai makan pagi seadanya, sambil berangkat ke kampus ia harus bertemu dengan pembeli. Pagi ini, Zahira tiba di kampus lebih awal dari yang lain. Bahkan baru ada dua mobil milik dosen.

Setelah mengamati dengan seksama, ia yakin, mobil itu milik Gema, dan ia harus bertemu sebelum jadwal perkuliahan dimulai.

Tok tok tok!

"Masuk." Tidak keras, tapi Zahira bisa mendengar suara dari dalam dengan jelas. Maka ia segera masuk, sambil berharap dalam hati. Pagi ini ia tak lagi mendapatkan, sikap dingin dan angkuh dari Pak Gema.

Namun, nampaknya harapan itu salah. Saat ia masuk, jelas-jelas melihat sang Dosen menatap arah pintu. Dan memasang wajah dingin, saat melihat siapa yang datang. Bahkan terkesan tak peduli sama sekali, meskipun Zahira duduk di depannya.

Telah jam tujuh lebih, jadwal kuliah sebentar lagi dimulai. Sementara Zahira masih membeku di ruang Dosen ini.

"Pak," Ia berucap, dan lagi-lagi tak mendapatkan respon seperti yang diharapkan.

"Pak, saya ingin kejelasan," Ia menambahkan, dan mendesah lirih. Dosen itu menyimpan ponsel dan mengambil buku, pasti akan segera masuk.

"Semua sudah jelas. Dua hari lagi, kita akan menikah."

"Hah?"

"Ini. Gunakan untuk persiapan dan membuka usaha apapun." Zahira tertegun, apalagi maksud pria cuek itu.

"Pak, pak, tunggu pak." Ia terpaksa mengejar Gema, dan tanpa sadar memegangi lengan terbalut kemeja panjang itu.

"Apa lagi?"

"Maksudnya apa ini? Kenapa bapak tiba-tiba ngajak saya nikah, dan kenapa bapak ngasih uang ini?" Bukan jawaban yang ia dapat, melainkan hempasan tangan yang membuat genggamannya terlepas.

"Saya akan menikahimu, dan ini hanya pura-pura. Uang itu, gunakan untuk membuka usaha apapun, seperti yang telah saya katakan pada orang tua saya. Mengerti, kamu?" Selain di depan kelas, kalimat panjang itu baru terdengar saat ini. Zahira benar-benar heran dibuatnya.

"Tapi .... " Harusnya kalimat itu belum usai, tapi karena lawan bicara telah menghilang, Zahira hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Tapi, kenapa?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Dengan Dosen Galak   Zahira Basah Kuyup

    Zahira menahan kesal. Ia memilih pergi, menerobos hujan.Sedangkan Gema sebenarnya termangu di tempat. Namun, pria itu cepat berdecih tak suka. "Dasar, gadis bodoh!" Rutuknya membuka pintu mobil.Gema pun menerobos hujan bercampur petir, menggunakan mobilnya. Kendaraan roda empat itu melaju kencang. Bahkan telah beberapa kali mendapatkan peringatan dari kendaraan yang lain, berupa klakson keras-keras. Sebab ia menyalip tanpa aturan.Ia tak peduli lagi pada sosok tercengang di dekat pintu sebelah. "Kenapa buru-buru sekali, sih?" Gumam Yasmin tampak tak nyaman. Wanita itu sesekali berjingkit, bahkan menutup mata ketika mobil melaju dengan kecepatan maksimal."Gema, kamu kenapa, sih?" Tak lantas mendapatkan jawaban, Yasmin menyentak. Gema yang dari tadi fokus ke depan itu hanya menatap sekilas. Lalu kembali pada posisi semula."Ini hujan deras. Aku harus cepat nganterin kamu pulang," Jawab Gema tanpa menatap lawan bicara."Tapi, katanya kita mau makan siang dulu?""Sedang hujan. Lain kal

  • Menikah Dengan Dosen Galak   Bersama Rendra

    Zahira beberapa kali menyalakan mesin motor yang entah kenapa tak juga menyala. Lalu dengan sengaja, Gema melajukan Mobil, seperti tak melihat kesulitan yang Zahira alami.Pria itu hanya sekilas saja melirik ke arah Zahira, lalu bukannya membantu atau mengajak berangkat bersama. Gema bahkan tetap acuh, dan melintas di depan sang gadis dengan cepat.Membiarkan Zahira berdecih tak habis pikir, "jangan kamu pikir aku bakal ngemis, mau ikut mobil kamu ya, pak!" Ia mendengus. Melirik jam tangan, yang tak lama lagi mata kuliah akan dimulai.Mata kuliah Gema, ia harus segera berangkat, meksipun harus berjalan kaki. Beberapa ratus meter perjalanan, ketika ia melangkah cepat, dengan sesekali menyeka keringat di dahi. Tiba-tiba ada motor sport berhenti di samping."Kok jalan kaki?" Tanya pemilik motor gede itu."Eh, motorku mogok tadi, dan nggak mungkin mampir ke bengkel. Bisa telat," Jawabnya tersipu."Ya udah. Ayo, naik." Pria yang selalu baik padanya itu menawarkan bantuan. Kemudian, mana mu

  • Menikah Dengan Dosen Galak   Yasmin Datang Lagi

    "Kamu mau halangi saya lagi?" Yasmin yang telah tiba di depan pintu kamar Gema itu menyentak. Zahira awalnya berwajah tegang, tapi hanya sesaat saja. Setelahnya, gadis itu tersenyum ceria.Bahkan malah membukakan pintu kamar Gema. Ia masuk terlebih dahulu, dan Yasmin mengekor di belakang, mengamati sang gadis yang meletakkan nampan ke atas meja di depan ranjang Gema."Yasmin, kamu datang lagi?" Tanya Gema, pria itu baru saja terbangun dari tidurnya. Yang ditanya segera mendekat."Iya, Gema. Gimana keadaan kamu? Udah lebih baik?" Wanita itu memperlihatkan wajah penuh kekhawatiran."Sudah. Kamu harus berterimakasih dengan Zahira." Gema menunjuk pada gadis yang dimaksud, membuat Yasmin mengikuti arah wajah pria itu. Yasmin mendengus dalam hatinya. "Kenapa?" Ia bertanya. Tatapannya masih terarah pada sosok Zahira yang senyam-senyum, seperti tanpa dosa."Karena dia, aku bisa sembuh tanpa harus pergi ke dokter.""Ck! Maksudnya apa, ini? Kamu mau menghina aku?""Kenapa kami jadi sewot begitu

  • Menikah Dengan Dosen Galak   Zahira Dan Yasmin

    Zahira mengejar, hingga terjadi kegaduhan sejenak di depan pintu kamar Gema. Bahkan hingga Yasmin membuka kasar pintu itu, dan melihat si pemilik kamar duduk. Menatap tajam mereka berdua."Apa maksud kalian?" Tanya pria yang terlihat masih belum ada perubahan dari Sebelumnya. Zahira ingin mendekat, tetapi dicegah oleh Yasmin. Dan wanita cantik itu yang berhasil mendekati tempat tidur Gema."Gema, kamu kenapa? Kok nggak masuk? Aku tadi mau kesini, tapi dilarang sama dia. Makanya sempat ribut," Ungkap wanita dewasa yang cantik itu. Gema mengikuti arah telunjuk pada gadis yang dimaksud, ia melihat Zahira melepas nafas lirih sambil menunduk."Keluar!" Gema memerintah ke arah Zahira, gadis itu mendongak kaget. "Tapi, Pak. Gimana kalau Pak Gema .... ""Kamu pikir saya orang jahat?" Sentak Yasmin, Zahira kembali tertunduk. Entah mengapa ada perasaan khawatir dengan suaminya itu, padahal sudah jelas, kedua dosen itu saling mencintai dan menginginkan."Cepat, keluar. Jangan ikut campur dengan

  • Menikah Dengan Dosen Galak   Menemani Gema

    "Pak," Panggil Zahira yang langsung membuat pria di atas sana hanya menoleh sekilas."Gimana kalau saya nggak mau?" Pertanyaan gadis itu, sontak membuat Gema menghentikan langkah. Tatapannya menyipit ke arah yang bertanya.Sementara Zahira, gadis itu mulai tersenyum menang. Ia yakin, pria di atas sana pasti bingung hendak menjawabnya."Bukan urusan saya!" Jawaban yang keluar dari bibir Gema, diluar perkiraan. Zahira tercengang melihat sosok tadi melanjutkan langkah dan menghilang di sana.Wajah yang tadi membentuk senyuman, kini ditariknya lagi. Zahira mendengus kecil sambil menghentakkan kaki. Selanjutnya, daripada pusing memikirkan yang tidak jelas, ia memilih untuk segera masuk kamar. Beristirahat sejenak, sebab sebentar lagi ia harus bekerja di dapur. Membuat makan malam untuk dirinya dan sang suami, jika Gema bersedia.Hari-hari kembali berlalu seperti biasa. Tak ada lagi komunikasi yang baik antara Gema dan Zahira. Nampaknya pria itu benar-benar tak ingin merubah prinsip sedikit

  • Menikah Dengan Dosen Galak   Siapa Yang Lebih Paham?

    Zahira mendekati meja makan, ia dan Yasmin menatap heran pria yang berlari, sambil membekap mulut itu. "Gema kenapa?" Tanya Yasmin pada Zahira di sebelahnya."Jadi, saya atau anda yang paham dengan kondisi Pak Gema?" Zahira menggumam jengah.Wanita tadi mungkin sadar bahwa dirinya memang salah. Namun, karena enggan mengakui, Yasmin hanya mendengus dan berlari menyusul Gema yang sudah berada di dalam kamar. Zahira juga tak mau kalah.Kini, kedua perempuan itu telah berada di depan pintu kamar Gema. Mereka saling menatap, ragu untuk segera mengetuk pintu.Cukup lama mereka di sana, dan pada saat Yasmin akan mengetuk pintu, Gema telah muncul dari sana. Membuat dua orang perempuan tadi mendongak penasaran."Ngapain kalian di sini?" Tanya Gema."Gema, kamu tadi kenapa? Kamu, nggak apa-apa, kan? Boleh aku masuk?" Pertanyaan beruntun dari Yasmin, dan entah kenapa, Gema mengangguk tanpa bertanya.Namun, pada saat Zahira akan mengikuti langkah Yasmin, Gema menghadangnya. "Kamu mau kemana?" Tan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status