Beranda / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 155 : Adu Mulut

Share

BAB 155 : Adu Mulut

Penulis: Kim Hwang Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-07 23:50:34

Suasana apartemen masih terasa berat. Hanya suara televisi yang mengisi ruang, sementara Elena duduk di sofa dengan Tango di pangkuannya. Matanya melirik sekilas ke arah Daniel yang sejak tadi tak banyak bicara.

Akhirnya Elena membuka suara, nada bicaranya tenang tapi jelas.

“Perempuan tadi siapa?”

Daniel menoleh sebentar, lalu kembali menatap layar televisi. “Ah itu....teman kecil. Dulu di Maple Hollow.”

Elena mengangkat alis, menatapnya dengan penuh percaya diri. “Teman kecil? Kenapa kamu nggak pernah cerita?”

Daniel mendesah pelan, seolah malas memperpanjang. “Karena memang nggak penting. Dia cuma lewat. Nggak ada urusannya sama kita.”

Elena mengelus bulu Tango, suaranya sedikit lebih dingin. “Kalau memang nggak penting, kenapa kamu terlihat begitu nyaman ngobrol sama dia?”

Daniel menoleh kali ini, matanya lurus ke arah Elena. “Biasa aja, Elena. Aku cuma ngobrol sebentar, itu aja. Jangan dibesar-besarin.”

Elena menahan tatapannya, tidak menunduk. “Aku nggak membesar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikah Karena Visa   BAB 159 : Kencan Kedua

    Pelukan itu akhirnya mencair jadi keheningan. Elena pura-pura sibuk membetulkan rambutnya, sementara Daniel kembali ke sofa, menyandarkan tubuh sambil menatap langit-langit. Suasana masih kaku, sampai akhirnya Elena berdeham kecil. “Besok… akhir pekan, kan?” tanyanya pelan, padahal jelas-jelas ia tahu. Daniel melirik, sudut bibirnya terangkat. “Iya. Kenapa? Kamu mau aku nemenin Alicia lagi?” godanya. Elena langsung mendengus. “Jangan mulai lagi, Daniel. Aku cuma tanya biasa.” Daniel tertawa kecil, lalu duduk lebih tegak. “Kalau gitu… kita kencan. Anggap aja kencan kedua kita.” Elena terdiam sebentar, jantungnya berdetak lebih cepat. “Kencan kedua?” gumamnya, seperti tak percaya dengan apa yang baru didengar. Daniel mencondongkan tubuh, menatap Elena serius kali ini. “Iya. Besok. Karena…” ia menarik napas, suaranya merendah, “…besok juga hari terakhir kontrak kita.” Elena spontan menoleh penuh, wajahnya campur aduk. “Hari terakhir…?” Daniel mengangguk pelan. “Aku ngga

  • Menikah Karena Visa   BAB 158 : Pelukan Balasan

    Pagi pun tiba. Elena terbangun lebih dulu, membersihkan diri, lalu bersiap dengan setelan kerjanya. Daniel masih duduk di ujung kasur lipat, memainkan ponsel sambil melirik Tango yang belum juga bangun dari efek bius. “Ke kantor?” tanya Daniel ketika Elena keluar dari kamar mandi. Elena mengangguk sambil mengancingkan jas kerjanya. “Iya. Hari ini ada rapat penting. Tapi aku mikir, kamu jangan ikut dulu.” Daniel mengernyit. “Kenapa?” Elena berjalan mendekat, menaruh map di meja. “Tango butuh diawasi. Aku lebih tenang kalau kamu di sini. Aku bisa bilang ke Pak Grant nanti kalau kamu lagi aku tugasin urus data laporan dari apartemen. Jadi bukan alasan aneh-aneh.” Daniel diam sebentar, lalu menatap Elena dengan sorot yang sedikit lebih lembut. “Jadi aku libur dengan izin atasan langsung, gitu maksudnya?” Elena tersenyum samar. “Kurang lebih.” Daniel tertawa kecil. “Kamu ini… masih aja bikin alasannya terdengar resmi.” Elena menghela napas singkat sambil meraih tasnya. “Ya harus. K

  • Menikah Karena Visa   BAB 157 : Tango Seperti Anak

    Suara gesekan hanger terdengar saat Elena menata pakaian di dalam lemari. Gerakannya cepat tapi matanya kosong, pikirannya masih bercampur aduk. Sementara itu, Daniel duduk di sofa dengan laptop terbuka, jemarinya mengetik cepat merangkum beberapa dokumen pekerjaan. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka sejak masuk ke apartemen tadi. Hening itu pecah ketika suara pelan seperti meong kesakitan terdengar. Tango berjalan terpincang-pincang dari arah balkon, bulu berantakan, dan Elena langsung memalingkan wajah. “Tango?” Elena cepat menghampiri. Matanya melebar begitu melihat ada bercak merah di lantai. “Astaga… Daniel, kakinya berdarah!” Daniel sontak menutup laptop tanpa pikir panjang. “Ya Tuhan… sini, aku lihat.” Ia mendekat, berjongkok di samping Tango, lalu mengangkat pelan tubuh kucing itu. “Kelihatannya kena pecahan sesuatu… ayo cepat kita bawa ke dokter hewan.” Elena panik, mengambil tas kecil dan kunci mobil. Tangannya bergetar saat membuka pintu. “Kita harus seger

  • Menikah Karena Visa   BAB 156 : Cemburu?

    Daniel duduk di kursi samping Alicia dengan wajah kaku. Tangannya menggenggam lutut, jelas sekali dia tidak rileks. “Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu lagi di kota besar kayak gini.” Alicia membuka percakapan dengan nada ceria. “Rasanya kayak balik ke Maple Hollow, ya? Ingat nggak, waktu kita suka main di ladang jagung?” Daniel menoleh sekilas, lalu cepat-cepat mengalihkan pandangan ke jalan. “Aku ingat. Tapi itu udah lama sekali, Alicia. Sekarang kita udah beda cerita dan dewasa.” Alicia terkekeh kecil. “Beda cerita, sih iya… tapi aku rasa nggak banyak yang berubah dari kamu. Masih dingin, masih susah ditebak.” Ia melirik Daniel. “Kecuali sekarang kamu makin ganteng aja.” Daniel menghela napas dalam, menahan diri untuk tidak terpancing. “Alicia, aku hargai kita pernah teman dekat, tapi jangan salah paham. Aku udah punya kehidupan sendiri.” Alicia mendengus. “Kehidupan sendiri? Maksudmu… Punya pacar?” Nada suaranya merendah, ada sedikit sinis. Daniel menoleh tajam. “Aku ng

  • Menikah Karena Visa   BAB 155 : Adu Mulut

    Suasana apartemen masih terasa berat. Hanya suara televisi yang mengisi ruang, sementara Elena duduk di sofa dengan Tango di pangkuannya. Matanya melirik sekilas ke arah Daniel yang sejak tadi tak banyak bicara. Akhirnya Elena membuka suara, nada bicaranya tenang tapi jelas. “Perempuan tadi siapa?” Daniel menoleh sebentar, lalu kembali menatap layar televisi. “Ah itu....teman kecil. Dulu di Maple Hollow.” Elena mengangkat alis, menatapnya dengan penuh percaya diri. “Teman kecil? Kenapa kamu nggak pernah cerita?” Daniel mendesah pelan, seolah malas memperpanjang. “Karena memang nggak penting. Dia cuma lewat. Nggak ada urusannya sama kita.” Elena mengelus bulu Tango, suaranya sedikit lebih dingin. “Kalau memang nggak penting, kenapa kamu terlihat begitu nyaman ngobrol sama dia?” Daniel menoleh kali ini, matanya lurus ke arah Elena. “Biasa aja, Elena. Aku cuma ngobrol sebentar, itu aja. Jangan dibesar-besarin.” Elena menahan tatapannya, tidak menunduk. “Aku nggak membesar

  • Menikah Karena Visa   BAB 154 : Orang Baru

    Suasana kantor terasa berbeda. Elena dan Daniel seperti dua orang asing yang kebetulan duduk dalam satu ruangan. Menjelang makan siang, Elena memutuskan untuk makan sendiri di meja kerjanya. Dia membuka kotak makan sambil tetap menatap layar laptop, mencoba menenangkan diri dengan bekerja. Daniel sempat melirik, tapi tak berani mendekat. Saat Elena tengah serius mengerjakan laporan, CEO datang menghampiri. “Elena, bagaimana progres dokumen finalnya? Saya ingin lihat draft sore ini,” kata CEO ramah tapi tegas. Elena segera berdiri sambil merapikan kertas di mejanya. “Baik, Pak. Draft-nya sudah hampir selesai. Nanti sore saya antar langsung ke ruang Bapak,” jawabnya sopan. Daniel dari tempat duduknya memperhatikan, matanya tak lepas dari Elena dan CEO yang berbicara. Wajahnya tetap datar, tapi jelas ada sesuatu yang ia tahan di dalam hatinya. Di sisi lain, salah satu anggota tim yang duduk dekat Daniel mendekat sambil berbisik. “Pak Daniel, kok keliatan tegang banget sam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status